19. Dimunculkan

5K 265 3
                                    

Untuk kesekian kalinya Dasha membatin, ini beneran Tama batinya.

Otak Dasha gak habis pikir, cowok tinggi bermata coklat terang itu sudah stay didepan rumah Dasha. Cowok dengan seragam yang tidak dimasukan itu melirik Dasha yang masih melongo dipintu rumahnya.

"Ayo naik, gue udah rela bangun pagi nih." Panggil Tama membuat Dasha mengigit bibir bawahnya, cowok ini apa-apaan, untuk apa dia repot-repot bangun pagi dan menjemput Dasha.

Apa Tama punya tujuan lain. Dasha menggeleng, mengenyahkan pemikiran buruk mengenai cowok ini. Setelah insiden Tama berkunjung kerumahnya, Dasha masih tak habis pikir.

Dasha berjalan pelan kearah Tama yang memegang helm ditanganya, sepertinya akan diberikan pada Dasha.

"Nih." Dan benar saja, cowok itu memberikannya, Dasha menerima helm nya tanpa banyak bertanya. Ia masih memikirkan akhir-akhir ini Tama lebih mendekatinya, Dasha khawatir kalau Tama ada maksud tertentu. Seperti yang pernah Devand peringati.

Diperjalanan tidak ada yang memulai percakapan, keduanya sibuk memikirkan perdebatan pikiran mereka.

Sesaat sebelum sampai ke gerbang Tama berdehem yang langsung didengar Dasha.

"Hm, makan siang boleh bareng gak?" tanya Tama membuat Dasha menyernyit aneh, ini apa lagi coba, Tama itu kayak sengaja banget ingin mendekati Dasha. Hal ini sama seperti sebelum Dasha dituduh oleh cowok ini.

"Maaf.." lirih Dasha, "aku makan siang sama Devand kayaknya." Lanjutnya, Tama mengangguk maklum, sebenarnya itu hanya alasan, Dasha merutuki dirinya karna sudah berbohong pada cowok yang menjemputnya ini.

Jujur saja tidak enak rasanya jika menolak ajakan Tama, namun harus gimana lagi, Dasha trauma, sebelum insiden dituduhnya Dasha oleh Tama, cowok ini juga sama mengajaknya makan siang.

"Oh, yaudah sih gapapa." Balas Tama yang sudah sampai parkiran, Dasha segera turun dan berjalan secepatnya, agar Tama tidak berdampingan saat jalan.

''Eh.. tunggu." panggil lagi Tama membuat Dasha mengigit bibir bawahnya, gak tau kenapa sikap Tama yang berbeda membuat Dasha was-was, Dasha membalikan badan nya. Menatap Tama yang menyernyitkan keningnya, "helm nya." Lanjut cowok itu seketika membuat Dasha segera memegang helm yang masih bertengger dikepalanya.

Dasha meringis, ia segera melepas helm nya dan berjalan kembali pada Tama.

"Sori, aku lupa," ucap Dasha yang membuat Tama mengangguk maklum.

Akhirnya mereka berjalan berdampingan yang sempat Dasha hindari.

"Oh iya." Dasha ingat sesuatu, ia kemudian mengambil sesuatu dari tasnya, Tama menyernyit saat melihat seduatu yang dikeluarkan Dasha, "ini sebagai ungkapan terima kasih aku." Lanjut Dasha.

"Terima kasih?" tanya Tama membuat Dasha mengangguk cepat, bukanya Tama tidak megerti ucapan terima kasih apa yang dimaksud Dasha, habya saja, Tama tidak ingin ketahuan kalau ia sebenarnya sudah tau kalau gadis ini akan memberikan hadiah.

"Iya, waktu kamu nolongin aku, kalau kamu gak ada mungkin luka aku akan infeksi." Lanjutnya, Tama kemudian mengangguk-ngangguk seolah baru mengerti.

"Thanks." Balas Tama yang mengambil kotak itu kemudian membukanya, isinya adalah sebuah gelang hitam, topi dan dasi. Tama mengangguk mengerti kenapa Dasha memberinya topi dan dasi sekolah, sepertinya gadis ini memperhatikan Tama, kalau dia tidak pernah memakai dasi maupun topi saat sekolah.

Tapi untuk gelang, Tama mengangkat gelang itu kemudian memakainya segera, terlihat pas ditanganya.

"Maaf yah aku gak bisa kasih yang aneh-aneh hehe, aku gak ada uang soalnya." Balas Dasha sebelum Tama mengucapkan apapun.

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang