"Dasha."
Dasha menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap orang yang memanggilnya. Tama, cowok dengan style badboy yang digadang-gadang menjadi salah satu cowok tertampan di SMA ini.
"Kenapa?" tanya gadis berbola mata coklat ini, suaranya sedikit lirih, entahlah perasaan gadis ini sekarang tidak enak.
"Lo ngelamunin apa?" tanya cowok itu, Dasha menyatukan kedua alisya, cukup heran.
"Kamu sekarang jadi kepo," balas Dasha dan melanjutkan langkahnya, mereka baru saja datang ke kelas. Tama menghela napas, gadis bersurai coklat ini tidak membuka hati padanya.
"Sepulang sekolah besok gue mau ajak lo ke suatu tempat, no coment." Setelah mengucapkan itu Tama segera melenggang pergi entah kemana. Dasha menyernyit heran.
"Gak jelas banget," gumamnya, ia kemudian berjalan menuju kursinya.
"Sha, gue udah dapet ijin nyokap buat nginep dirumah lo." Siska datang dengan senyuman merekahnya, mata Dasha berbinar, Siska adalah satu-satunya teman perempuan paling dekat dengan Dasha.
Dasha kemarin mengatakan kalau kakaknya pergi keperjalanan bisnis, tadinya ia akan menginap dirumah Devan. Namun kata Siska, biar ia saja yang menginap dirumah Dasha.
"Syukur deh, hm. Sis, gapapa kan kalau dirumah aku ada Devan juga," ucap Dasha, dahi Siska menyernyit, seolah mengatakan kenapa. "Soalnya kamu tau kan, Nattasha, bisa saja muncul, dan hanya Devan yang bisa ngendaliin." Jawab Dasha.
Seketika wajah Siska langsung cerah. "Ahaha, iya gue lupa. Ya gapapa lah Sha, itung-itung ada yang jagain," balas Siska, Dasha mengangguk setuju mereka kemudian kembali bercerita.
Setelah istirahat, Tama baru datang, entah dari mana lelaki itu. Padahal pagi tadi Tama sudah datang.
"Woi Xav." Teriak Rido teman Tama yang baru melihat datangnya lelaki ini. Tama berhenti dan menunggu Rido yang datang menghampirinya.
Xav adalah nama dari Xaverio, teman-teman Tama memanggilnya itu.
"Apaan." Dengus kesal Tama, Rido ikut mendengus sebal.
"Bokap lo kan polisi yah." Ucap Rido, Tama mengangguk. "Gue kamaren mergok anak ipa 4 lagi make kokain Xav," lanjut Rido, alis Tama mengkerut.
"Anak ipa 4. Siapa?" tanya Tama, si Rido kayak liat kanan dan liat kiri. Dia lalu mendekatkan dirinya pada Tama, lalu membisikan nama itu dengan pelan. Alis Tama terangkat satu, ia menatap Rido lagi. "Lo serius?" tanya Tama.
"Gue serius, dan dia kayaknya dapet dari anak kelas 12 deh." Balasnya, Tama mengangguk kemudian tersungging smirik menyeramkan itu. Rido beranjak pergi, ia lalu mengambil ponselnya, menulis sesuatu disana dan megirimkanya pada seseorang.
Gotcha Batinya.
*
"Gue bawa baju kebanyakan yah?" tanya Siska polos, mulut Dasha masih menganga lebar. Oke itu lebay.
Siska membawa pakaian satu koper, tak lupa selimut yang ia tenteng, dan bantal strowberry yang melekat pada lehernya, baiklah.
Dasha tertawa kencang, ia tak kuat menahan tawanya melihat begitu banyak barang yang dibawa Siska.
"Sis, kamu udah kayak mau pindahan ajah tau gak," Dasha masih tertawa. Siska mendengus sebal, ia menaruh barangnya disamping sofa.
"Biar ga ngeperotin elo ajah Sha," balasnya. Dasha sudah berhenti tertawa, ia kemudian mengangkat selimut itu.
''Kamu pikir aku gak punya selimut yah, sampe kamu bawa dari rumah?" tanya Dasha sambil menggelengkan kepalanya. Siska tersenyum malu.
"Sebenernya itu selimut kesayangan gue Sha, gue hehe, gak bisa tidur kalau gak pake itu," balasnya dengan malu-malu. Dasha mengangguk dan mulai membawa barang-barang Siska kekamarnya.
"Temen lo belum dateng?" tanya Siska, yang dimaksud adalah Devan. Jujur saja sebenernya mereka belum pernah bertemu.
"Nanti malem kayaknya," balas Dasha dan mendudukan tubuhnya diranjang.
"Terus entar dia tidur dimana? Gue gak mau yah tidur satu kamar." Sarkas Siska, Dasha mengangguk dan mulai menidurkan diri.
"Paling dikamar satu lagi, tapi bukan dikamar kakak juga. Ada dilantai satu," jawab Dasha mulai menutup matanya, Siska mengangguk dan ikut menidurkan tubuhnya disamping Dasha.
Keheningan yang melanda membuat kedua gadis ini terlelap dengan cepat. Tanpa menyadari kini siang sudah berganti malam.
*
Siska merasakan pegal ditubuhnya, sepertinya saat tidur ia tidak bergerak sama sekali, ia merentangkan tanganya. Tidak ada Dasha, mata Siska terbuka lebar.
Ia melihat kesekelilingnya, tidak ada Dasha, Siska beralih duduk dan mengumpulkan kembali kesadarannya, samar-samar ia mendengar sebuah suara desahan.
Siska menajamkan pendengaranya, suara itu samar-samar. Siska beralih berjalan keluar kamar, suara itu sepertinya dari lantai satu, Siska sekali-kali menguap.
Siska menuruni tangga, dan suara itu semakin jelas, rasa penasaran Siska semakin bertambah saat mendengar suara lelaki.
Ia merapatkan pendengaranya, suara itu dari salah satu kamar. Siska semakin mendekatkan diri, ia merasakan gugup dihatinya.
Siska perlahan melihat dari lubang kunci, kosong, tidak ada apa-apa dikamar ini. Ia berjalan kearah kamar disampingnya, ia kembali melihat melewati lubang kunci.
Napas Siska tercekat, tubuhnya sedikit bergetar, keringat mulai bercucuran.
Disana ia melihat Dasha dengan Devan telanjang dan melakukan.
Tenggorokan Siska rasanya sangat perih, bagaimana bisa mereka melakukan ini, Dasha terlihat seperti gadis polos.
Tapi tunggu.
Itu Dasha bukan sih, atau jangan-jangan itu Nattasha, gue inget kata Dasha mereka cuma sahabatan, kok bisa. Jangan-jangan Devan memanfaatkan kemampuanya untuk mengendalikan Dasha Batin Siska.
Siska segera naik kembali kekamar Dasha, ia cukup shok, apa mereka sering melakukan itu. Ya maksudnya melakukan seperti hubungan suami-istri.
Bahkan Siska tidak pernah terbesit mengenai hal itu. Apa ia harus menanyakannya pada Dasha tentang hubunganya dengan sahabatnya itu. Tapi tidak mungkin. Siska masih shok atas penglihatanya tadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung
Saya Ernesstine Ninna Maria Nattasha mengucapkan selamat hari raya Natal bagi umat Khatolik diseluruh Indonesia dan selamat tahun baru 2020. Tuhan memberkati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepribadian Ganda [END]
Ficção Adolescente(mengandung gore) Gadis lugu yang mempunyai kepribadian ganda. Dasha dan Nattasha Ditulis tanggal 2 Januari 2019 Selesai tanggai 24 Februari 2020