32. Welcome to bullyng room

3.2K 166 10
                                    

"Nath,"

Gideon menahan tangan Dasha yang akan melewatinya saat dikoridor. Wajah Dasha terlihat memerah menatap Gideon.

"Lo ternyata," gumam Gideon yang menghempaskan tangan yang sempat ia genggam. Dasha menggigit bibir bawahnya. Gideon sedikit mendorong bahu Dasha sampai menyentuh tembok, Dasha meringis.

"Kamu benci banget sama aku Gi?" tanya Dasha yang melihat punggung Gideon semakin menjauh, matanya memanas. Namun sebuh tangan mengusap ujung mata Dasha.

"Kenapa?" tanya orang itu. Dasha tersenyum lembut, "dia ada ngomong apa?" tanya kembali Devan. Dasha menggeleng dan mulai berjalan.

"Besok camping yah?" tanya balik Dasha. Devan mengangguk lalu menaruh tanganya dipundak Dasha. Beberapa mata menatap sinis mereka, wajah Dasha sedikit menunduk mengalihkan pandanganya.

"Apa?"

Dasha terpaksa berhenti karna Devan pun terhenti, entah karna apa. Dasha mendongakan wajahnya dan melirik Devan yang menatap kedepan, disana ada dua orang gadis yang bersidekap dada.

"Gak tau yah lo pake pelet apa cupu, perasaan cowok-cowok pada nempel sama lo."

Devan menaikan sebelah alisnya.

"Ada masalah buat lo?" tanya Devan yang sedikit perutnya Dasha sikut.

"Gue gak lagi ngomong sama lo Dev, gue ngomong sama ini nih.." si cewek itu kayak mau jambak Dasha namun tangannya langsung ditepis oleh Devan.

"Lo sentuh dia pake tangan kotor lo ini. Ck, sampah kayak lo gak pantes ngajak ngomong berlian kayak dia." Dasha melirik Devan yang berucap. "Dan lagi, namanya Dasha, Dasha Nattasha, bukan si cupu."

Setelah ngomong gitu Devan menarik Dasha pergi, meninggalkan si cewek yang udah pasti mencak-mencak kesal disana.

"Van."

Panggil Dasha, mereka berhenti, Devan menaikan sebelah alisnya.

"Ucapan kamu yang ngatain dia sampah, gak baik Van." Tegur Dasha membuat cowok yang mempunyai wajah tenang ini menghela napas, melepaskan gengaman tanganya itu. Devan lalu manaruh kedua tanganya dibahu Dasha.

"Sha jangan terlalu baik, kalau ada yang menghina kamu, kamu harus lawan Sha, jangan cuma diem, mereka akan semakin melewati batas saat liat kamu lemah." Jelaskan Devan.

"Aku gak mau semakin nambah masalah Van, aku lebih baik diam kalau itu emang buat mereka ngerasa puas." Devan kembali mengusap wajahnya kasar.

"Sha, gak semua hal kamu harus tetep diam, ada kalanya kamu juga berontak dan membela diri, sejujurnya aku nunggu kamu buat bungkam mereka. Tapi dengan diri kamu, Dasha bukan Nattasha."

Setelah itu Devan melepaskan tanganya dari bahu Dasha, kembali menggengam tangan gadis ini dan membawanya memasuki kelas.

"Nanti pulang jangan kemana-mana dulu, soalnya aku gak bisa nganter, aku harus ngurus sesuatu." Kata Devan. Dasha mengangguk, lelaki itu celingukan. "Siska, gue nitip Dasha," lanjutnya, Siska mengoke kan, setelah itu Devan kembali natap Dasha dan mengusap pelan kepala Dasha dan melenggang pergi.

Siska memang masih menemani Dasha dirumah, rencananya sehabis camping baru Siska akan kembali kerumahnya. Siska berjalan kearah Dasha.

"Wajah lo keliatan sedih?" tanya Siska yang menyadari raut wajah Dasha menurun. Namun gadis ini menggeleng, Siska mengangguk itu berarti Dasha tidak ingin bercerita.

"Oh iya, kita nanti bawa makan apa aja yah?" tanya Dasha dan mereka berjalan menuju kursi mereka. Ya sekarang Dasha duduk disamping Dasha, dan cowok bernama Tama sudah pindah kebelakang.

"Paling kita bawa mie instan, terus sama pendamping-pendampingnya gitu." Balas Siska.

Dan setelah pelajaran terakhir selesai Dasha mengemasi barang-barangnya.

"Siska Nabila, angkat tangan dong," seseorang sedikit berteriak didepan pintu. Siska yang merasa namanya disebut melirik siapa yang memanggilnya.

"Gue," sahut Siska yang berdiri, gadis yang memanggil tadi menghampiri Siska.

"Dipanggil kak Selva, temuin dia 10 menit setelah bel di lab bahasa ya," setelahnya gadis itu pergi, Siska menyernyitkan keningnya.

"Kak Selva? Siapa ya, gue gak kenal? Bodo amat lah." Siska kembali memasukan peralatan tulisnya, ia melirik Dasha yang menatapnya. "Kenapa Sha?" tanya nya.

"Kamu mau nemuin kak Selva-Selva itu?" tanya Dasha yang menatap Siska intens, Siska ditatap seperti itu sedikit gugup.

"Gak tau, tapi males sih harus nunggu 10 menit, lagian gue juga gak kenal," balas Siska membuat sebuah lengkungan muncul dibibir Dasha, jenis senyuman yang baru Siska lihat.

"Temuin aja yuk, sekalian kenalan, siapa tau bakal seru." Siska mengerutkan keningnya, suara Dasha sedikit berbeda dari sebelumnya.

"Lo... mau ikut nemenin?" tanya Siska ragu, sebenarnya tidak ada niatan untuk Siska akan menemui kak Selva itu dan Dasha mengangguk.

Setelah selesai, Dasha dan Siska masih duduk dikelas, semua anak kelas sudah pada pulang, bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu.

"Sha.. seriusan nih kita nunggu?" tanya Siska yang emang ragu, perasanya berubah menjadi tidak enak sejak Dasha mengatakan agar menemui kak Selva itu.

"Ck,"

Siska membasahi bibir bawahnya mendengar decakan dari Dasha, mungkin Dasha lelah makanya ia sedikit jutek, helaan napas keluar dari mulut Siska.

Siska mengeluarkan ponselnya dan bermain diinternet.

"Ayo, udah 10 menit." Ujar Dasha yang berdiri menghadap Siska yang menatapnya, wajah Dasha terlihat dingin.

Siska mengangguk, dan mereka mulai berjalan keluar kelas menuju lab bahasa. Setelah sampai Siska mengetok pintu itu, dan pintu terbuka menampilkan seorang gadis dengan pakaian bebas dan rok SMA.

"Gue Selva, ayo masuk," ajak cewek bernama Selva itu, Siska menatap Dasha yang menaikan sebelah alisnya, Dasha masuk lebih dulu disusul Selva, ruangan ini kosong.

"Hm, kak mau apa yah manggil gue," setelah sekian lama akhirnya suara Siska terdengar, wajah manis Selva menampilkan seringai lebar.

"Selamat datang diruang pembullian,".

Ini akan sangat seru. Gideon lo akan dapet banyak jatah batin Nattasha.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang