27. Penekanan

3.4K 217 1
                                    

Gideon duduk dijok motor ninja merah dengan tenangnya, ia sedang menunggu seseorang.

"Gi," seseorang memanggil Gideon, cowok ini menatapnya lewat spion.

"Naik," titahnya. Dasha gadis yang berdiri disamping Gideon hanya menautkan jari-jarinya yang berkeringat. "Lo budek, gue bilang Naik." Tegasnya. Dasha mengangguk dan menaiki motor Gideon, lelaki ini bahkan tidak memberikannya helm.

Gideon kemudian menjalankan motornya keluar dari area sekolah yang tanpa disadari Tama melihat mereka.

Dasha menyernyitkan keningnya saat mereka berhenti disebuah rumah besar, yang Dasha yakini adalah rumahnya Gideon.

"Turun," suara Gideon kembali terdengar, Dasha dengan perasaan ragu turun dari motor, ia melirik Gideon yang memasukan motornya ke garasi, "ikut gue," Dasha meremas jari-jarinya saat mendengar suara berat Gideon. Lelaki ini masuk kerumahnya yang tidak dikunci, ketakutan mulai Dasha rasakan.

"A-aku mau pulang, Gi." Ucap Dasha yang membuat Gideon yang tengah menaiki tangga menuju kamarnya terhenti. Terdengar decakan sebal dari Gideon.

"Ck, gue gak peduli," ucapnya dengan tegas, Dasha diam saat melihat Gideon membalikan badanya dan menatap tajam kepadanya. "Ikut gue," ulangnya membuat Dasha dengan pelan berjalan menuju tangga. Jantung Dasha mulai berpacu cepat, apa yang akan terjadi sekarang.

Dasha memasuki kamar Gideon, aroma khas lelaki yang pertama kali masuk keindra penciumanya.

"Lo gak perlu takut, gue gak ada selera sama lo." Ucap Gideon seolah tau pemikiran buruk yang Dasha pikirkan tentangnya. Dasha duduk dikursi yang berada dikamar Gideon. Ini kedua kalinya ia duduk dikursi ini, dulu ia tak sengaja muncul dan berada disini.

Gideon membuka kancing seragam sekolahnya, sontak Dasha menutup wajahnya dan hanya melihat dari balik selaan jarinya. Memang tubuh Gideon itu sangat sempurna, terlihat sekali bahwa Gideon suka olahraga, ia lelaki yang berotot kekar dan sangat gagah. Terlihat Gideon yang akan keluar dari kamarnya.

"Kam-," belum sempat Dasha bertanya ia sudah mendapat tatapan tajam dari Gideon. Dasha kemudian mengurungkan niatnya, Gideon menghilang beberapa lama kemudian.

Dasha mengedarkan pandanganya, Dasha terpaku dengan sebuah photo, terlihat disana seorang gadis yang berseragam ketat sedang memeletkan lidahnya kearah kamera, dan disebelahnya ada lelaki yang tengah merangkulnya dan tertawa lebar, mereka memakai seragam SMP. Dasha sedikit menyunggingkan senyumnya, karna itu dirinya. Atau lebih tepatnya itu Nattasha.

Dasha mengambil photo itu dan membalikan prame nya, ia melihat sebuah tulisan dibelakangnya.

'Aku cinta kamu. Nattasha-Gideon. Agustus 20××'

"Lepas." Ucap seseorang yang membuat Dasha otomatis menjatuhkan photo itu karna kaget. Gideon melotot sempurna dan mengambil photo yang jatuh itu. "Lo bisa ngerusak ini, sialan." Umpat Gideon yang menatap tajam Dasha yang tertunduk takut.

Dasha meremas jari-jarinya saat melihat Gideon kembali meletakan photo itu dinakas.

"Kamu suka Natta-." Ucapanya Dasha terpotong karna Gideon menatap tajam dirinya.

"Ya, gue suka dia. Ada masalah?" tanya Gideon yang mendudukan dirinya disisian ranjang, ia melihat photo itu. Sedikit memutar otak dengan suasana yang ia rasakan saat photo itu diambil dulu, Dasha memandangi Gideon, segitu sukanya kah Gideon pada Nattasha, si gadis kasar dan menyeramkan.

"Aku mau pulang." Ucapnya yang langsung berjalan kearah pintu, namun tangannya ditarik paksa sampai ia terlentang diranjang. Tanpa diduga tubuh Dasha sudah ditindih oleh Gideon. Mata Dasha melotot sempurna melihat Gideon berada diatasnya, sangat menempel denganya membuat Dasha menahan napas.

Hembusan napas Gideon berdesir menerpa wajah Dasha, merinding, adalah kata yang cocok. Napas gadis ini sudah tidak teratur, jantungnya berdetak dengan cepat, tanganya sudah basah oleh keringat. Mata Dasha semakin melotot saat tangan Gideon mengusap wajahnya lembut.

Dasha menutup matanya rapat-rapat matanya, ia tidak ingin nerada diposisi ini.

Nattasha batin Dasha, seketika mata Dasha, atau lebih tepatnya Nattasha menatap tajam Gideon yang berada diatas tubuhnya.

"Ngapain lo nempel-nempel," sentak Nattasha yang mendorong tubuh Gideon sampai terjungkal kebelakang. "Lo mau perkosa gue?". Tanya Nattasha yang melepaskan tas yang menempel dipunggunya.

"Akhirnya lo kembali," ucap Gideon yang mendudukan tubuhnya disamping Nattasha, Nattasha kemudian berdiri dan melepaskan kancing seragamnya.

"Ya, dia yang maksa gue muncul." Jawab Nattasha yang melepaskan seragamnya yang hanya menyisakan dalaman tangtop saja, Gideon masih menatap Nattasha.

"Jadi gue harus buat dia tertekan supaya lo bisa muncul?" tanya Gideon yang baru mengetahui fakta ini.

"Hm," jawab Nattasha yang mengambil kaos Gideon dari lemari dan memakainya. "Gue laper, lo ada makanan?" tanya Nattasha yang keluar dari kamar dan meninggalkan cowok yang menatapnya itu.

"Lo gak punya makanan?" tanya Nattasha yang melihat dapur Gideon tidak ada makanan masak. Banyak memang bahan masakan, tapi siapa yang mau masak coba.

"Ya, lo nya yang masak lah Natt," ucap Gideon yang mengambil keripik yang tersedia dimeja. Nattasha mendengus sebal.

"Lo becanda Gi, ancur nih dapur kalau gue masak." Balas Nattasha, Gideon terbahak membayangkan seorang Nattasha masak, benar juga ia sangat khawatir dengan keadaan dapurnya nanti.

"Mau order ajah?" tanya Gideon, Nattasha seketika menggeleng, "mau beli ajah kedepan?" tanya lagi, Nattasha kembali menggeleng.

"Mau makan mie, dimana mie nya Gi?" tanya Nattasha, Gideon kemudian beranjak dan mengambil kumpulan mie instan itu dan memberikanya pada Nattasha. "Pake apa yah kira-kira pelengkapnya, Gi potongin sayur yah." Pinta Nattasha dengan manis, Gideon mengangguk dan segera mengeluarkan sawi hijau.

"Nyalain kompor gimana?" tanya Nattasha membuat Gideon yang sedang membersihkan sayur meliriknya.

"Gini," ucap Gideon yang menyalakan kompor kemudian menaruh panci kecil yang sudah diisi air.

"Hebat lo Gi, gak takut meledak?" tanya Nattasha takjub, Gideon menghela napas melihat betapa bodohnya Nattasha dalam memasak. "Ehh, telurnya ditaroh gitu ajah," ucap Nattasha.

"Lah, dipecahin dulu Natta, masa sama kulitnya sih," Gideon menggerutu melihat Nattasha akan memasukan telur tanpa dipecahkan.

"Gimana caranya, gue gak tau sumpah," kesal Nattasha yang mencoba melihat-lihat telur itu, Gideon mengambil telur kemudian dipecahkan dengan sendok, "Yah, pecah," ringis Nattasha yang melihat Gideon memecahkan telur dan itu terlepas dari tanganya.

"Sori-sori, gue ambil pel dulu," ucap Gideon yang segera membersihkan sisa telur yang pecah itu.

"Gak usah pake telur lah, susah, bau amis, males gue." Rentetan kekesalan Nattasha teralihkan saat memasukan mie itu dengan mudah. Beberapa menit kemudian mie sudah selesai. Nattasha memasukanya kemangkuk masing-masing.

"Gi," panggil Nattasha yang meletakan mangkuk untuk Gideon dimeja, ia pun duduk dan mulai menyantap mie buatannya. Gideon datang dan ikut melahap mie itu.

Inilah yang Gideon inginkan, menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Meski ia harus memberi penekanan dulu pada kepribadian lain Nattasha.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

■■■

Mau tanya dong.

diantara para readers ada yang nonton exo gak di Cibubur beberapa minggu lagi.
gue seneng banget sumpah, di tahun ini sering banget ketemu exo (curhat dikit gapapa).

Walau Oppa Dyo gak ada tetep semangat.
sekedar info bias ane Ceye ame Dyo. (jangan bilang gak nanya ya).

Dah lah.

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang