9. Darah

7.1K 374 1
                                    

"Sha, kamu tadi pulang jam berapa?" tanya Dasti memastikan sesuatu.

Dasha kemudian tersenyum, "Langsung pulang kok kak, tenang aja, aku gak telat kok." Kawab Dasha. Dasti pun mengangguk, ia kemudian merapikan belanjaanya.

"Tadi kaka ketemu Devand di jalan, ternyata gak bareng sama kamu yah," ucap Dasti.
Dasha kemudian membantu Dasti merapikan belanjaanya ke kulkas.

"Iya, kayaknya kelas Devand lebih dulu pulang deh, soalnya pas aku keluar kelas Devand sepi," ucap Dasha.

"Tapi kaka ketemu Devan barusan, sebelum kaka belanja sayur, ... oh iya Sha , besok kita ke rumah sakit yah," ucap Dasti, Dasha yang sedang merapikan sayuran pun berhenti.

"Loh, bukanya minggu ini udah?" tanya Dasha yang selesai merapikan sayuranya.

"Mm, ya, tadi kan kaka nengok tante Iris, terus ketemu om Herman, dia minta..., buat kita ceck-up lagi," balas Dasti tidak enak.

"Emang ada masalah yah sama aku?" tanya Dasha memastikan.

"Nggak, nggak kok,.. Kalau kamu gak mau gppah, kaka gak maksa," ucap Dasti yang mulai memasak nya.

"Aku mau kok, besok pas pulang sekolah yah.. mm, aku bantuin masak yah, biar cepet," ucap Dasha yang membuat Dasti tersenyum lega.

**

"Aaaaaaaarrhhhhh." Teriak seseorang ditoilet, semua orang panik mendengarnya.
Mereka kemudian mendatangi toilet, alangkah terkejutnya mereka saat melihat lantai toilet bergelimangan darah.

"Astaga, darah siapa itu?"
"Apa ada orang yang mati?"
"Kenapa ada darah ditoilet?"

Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan mereka yang ketakutan. Satpam pun menyuruh semua murid untuk keluar dari toilet, para guru juga ikut syok melihat ini.

Tak lama kemudian ada polisi yang datang ke tkp, karna keadaan kacau sekolah diliburkan. Namun masih banyak anak murid yang tetap disekolah karna ingin mengetahui darah siapa itu.

"Jangan disini, cepat pulang , bapak tidak ingin kalian melihat semua ini," ucap pak kepala sekolah dengan syok nya.

"Pak itu darah siapa?" pertanyaan itu mewakili setiap anak murid, mereka benar-benar ingin tau.

"Bapak juga tidak tau, sebaiknya cepat kalian pulang, biar polisi yang menyelesaikan," ucap pak kepala sekolah. Keadaan sekolah kini ricuh, Devano pun menemui Dasha yang sedang duduk ditaman belakang.

"Kenapa gak pulang?" tanya Devand yang ikut duduk dikursi taman.

"Kira-kira itu darah siapa yah Van?" tanya Dasha yang mengetuk-ngetuk dahinya.

"Mungkin ajah darah hewan,'' ucap Devand yang mengeluarkan minuman nya.

"Issh, jangan bercanda, .. mungkin gak sih Van, darah itu karna Nattasha, soalnya kemarin waktu mereka bully aku, Nattasha keluar, dan aku gak tau apa yang terjadi," ucap Dasha yang sangat khawatir.

"Maksud kamu, Nattasha yang membunuh mereka?" tanya Devand dengan menaikan sebelah alisnya, Dasha pun mengangguk.

"Hmm, Sha, denger yah, Nattasha emang kejam, tapi aku percaya, dia tidak mungkin berbuat sejauh itu, membunuh, itu gak mungkin."

Balas Devand menyakinkan, Dasha pun menghela napas gusar, ia sangat ketakutan.

"Atau mungkin saat Nattasha menghukum mereka, setelah dia pergi, ada yang membunuh mereka bertiga, mungkin ajah kan."

Dasha pun mengangguk setuju, ia yakin sisi lainnya tidak mungkin membunuh, Nattasha juga pasti tau aturan.

"Jangan dipikirin, lebih baik sekarang kita pulang, setuju," ajak Devano yang membuat Dasha tersenyum.

"Setuju," jawabnya, mereka pun segera pergi.

**

Dasti dan Dasha pun masuk keruangan Dr.Herman, disana sudah ada perawat yang biasa merawat Dasha.

"Sha, kaka temuin Paman dulu yah, kamu tunggu disini," ucap Dasti dan membuat Dasha mengangguk. Setelah Dasti masuk keruangan Dr.Herman, Meli kemudian mendekati Dasha.

''Sha, apa kabar?" tanya Meli yang ikut duduk diruang tunggu.

"Baik, kamu sendiri?" tanya balik Dasha, Meli pun tersenyum.

"Baiklah, oh iya , aku denger nih yah, disekolah kamu ada penemuan darah yah ditoilet perempuan?" tanya Meli antusias. Pasalnya ini adalah berita yang viral, Dasha pun menyernyitkan keningnya.

"Tau dari mana Mel, kan kejadianya baru tadi pagi," ucap Dasha aneh, setidaknya berita akan heboh 1-2 hari selanjutnya, dan ini baru beberapa jam saja.

"Aiissh, kamu gak tau yah kalau aku punya mata dan telinga diseluruh Indonesia," ucap Meli membuat Dasha geli sendiri.

"Kamu tau siapa korbanya?" tanya Meli kembali.

Dasha pun menggeleng, "Aku juga gak," balas Dasha, ia kemudian melihat Dasti keluar dari ruangan.

"Sha, kita akan melakukan tes otak."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang