42. Sad or Happy

3.5K 177 2
                                    

Tama menyernyitkn keningnya, ponsel Dasha tidak aktip. Sangat aneh, padahal ia sudah berpesan agar setelah sampai rumah Dasha memberinya kabar.

Tama menggeleng, mengenyahkan fikiran negative nya, ia lalu mengambil kunci motornya. Satu-satunya cara agar hatinya tenang adalah dengan menemui gadis itu.

Tama mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, motornya meliuk-liuk menyalip kendaraan yang ada didepanya. Setelah sampai didepan rumah Dasha, ia menghela napas.

Tama turun dari motor, ia lalu menyernyit saat melihat pagar rumah Dasha tidak terkunci, perasaannya mulai berkecamuk. Tama segera menuju pintu dan menekan bel. Cukup lama namun tidak ada tanda-tanda ada orang.

Mata Tama terpaku melihat sebuah kunci yang berada dilantai, kunci rumah Dasha. Tama segera mengambilnya, hatinya sudah gundah sekarang.

Ia kembali menelpon nomor Dasha dan kembali tidak aktip, Tama mencoba membuka pintu, dan ternyata tidak terkunci. Tama segera masuk dan mencari Dasha, namun nihil gadis yang ia cari tidak ada sama sekali.

Tama duduk disofa, ia berfikir, kemana kah Dasha pergi, apa kerumah Siska, fikiran Tama mencoba tetap positif meski ia sedikit tidak yakin.

Ia lalu menelpon Siska, ia memang mempunyai nomor gadis itu.

"Hallo." Sapa Siska disebrang sana, suaranya terdengar seperti baru bangun tidur.

"Lo lagi sama Dasha?" tanya Tama, hening disebrang telpon, Siska terdiam.

"Gue gak lagi sama Dasha, emangnya dia kemana?" tanya balik Siska, Tama sama sekali tidak menjawab, ia malah menutup sambungan telpon. Jika ia tahu kemana Dasha pasti Tama tidak akan menelpon Siska kan.

Tama menghembuskan napasnya, ia lalu teringat kalau Dasha pernah bilang kalau rumah ini ada cctv nya.

Tama lalu mencari dimana letak cctv itu, Tama keluar rumah dan baru mengetahui kalau ternyata cctv itu ada diatas plafon yang menyorot langsung pada halaman depan rumah.

Tama lalu mencari akses untuk menerobos cctv dirumah Dasha, ia menuju pos satpam untuk meminta rekaman nya, namun pak satpam bilang cctv itu tidak terhubung.

Tama kembali mencari dimana cctv itu bisa terkontrol, ia menghela napas, kamar Dasti, dengan perasaan tidak enak Tama membuka kamar Dasti. Ia bukanya tidak sopan masuk kekamar orang tanpa ijin, namun ini semua demi menemukan Dasha.

Sebuah laptop yang terbuka dinakas membuat perhatianya teralihkan, Tama lalu mendekati laptop yang mati itu, Tama mengaksesnya, ia tersenyum saat tau bahwa itu adalah laptop yang terhubung dengan cctv.

Namun tidak ada rekaman sama sekali, cctvnya pun ternyata mati, namun bukan Tama namanya kalau tidak bisa meretas rekaman yang sudah dihapus.

Tama adalah seorang hacker, ia bisa membuka rekaman yang bahkan rekaman itu sudah dihapus. Keahlianya sama seperti Devano.

Mata Tama melotot marah melihat rekaman yang baru ia buka itu, napasnya memburu.

"Devano gunawan."

Ucap Tama lalu melenggang pergi, menuju tempat dimana Shasa-nya berada. Tidak perlu waktu lama untuk menemukanya.

Devan berdecih.

"Tama sialan." Gumam lelaki itu saat tau kalau lokasinya sudah dilacak, ia segera menuju vila yang ditempati Dasha, setelah sampai Devan segera masuk dan mencari Dasha.

"Sha," panggil Devan keras, Dasha pun muncul dari ruang tv, ia menyernyit melihat Devan yang seperti habis berlari.

"Kamu kenapa Van?" tanya Dasha, tangan Dasha segera ditarik oleh Devan.

"Kita harus segera pergi Sha, tempat ini udah gak aman," balas Devan, kening Dasha berkerut, ia sungguh tidak mengerti.

"Gak aman gimana?" tanya lagi Dasha, dikepala sekarang penuh dengan pertanyaan, Devan tidak mengindahkan pertanyaan Dasha, ia menarik tanganya Dasha menuju pintu.

Namun saat ia membuka pintu, senyuman evil menyambutnya. Tama berdiri dengan menyilangkan kedua tanganya didada. Alisnya terangkat satu.

"Rio." Panggil Dasha yang menyembulkan kepalanya dari balik punggung Devan, Tama mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum.

"Kamu lagi ngapain disini Sha'' tanya Tama yang akan meraih tangan Dasha, namun segera ditepis Devan.

"Van, gak boleh gitu," tegur Dasha yang memukul kecil lengan Devan, "aku lagi maen disini Rio," jawab Dasha.

Tama kembali tersenyum.

"Yaudah, yuk pulang, kamu udah satu malem kan disini?" tanya Tama membuat Dasha mengangguk, saat Dasha akan berjalan tubuhnya langsung ditahan Devan.

"Gak." Tegas Devan menatap tajam Dasha, dan itu membuat si gadis langsung menunduk.

Tama meraih kerah baju Devan, Dasha memekik keras melihat akan terjadinya perkelahian itu.

"Beraninya lo nyulik Shasa gue," tajam Tama yang hampir saja melayangkan pukulanya pada wajah Devan, namun matanya langsung mengarah pada Dasha yang menggeleng cepat, gadis itu menangis.

Brugh

Tubuh Tama ambruk, bahkan ia sampai terdorong kemeja disampinya, Devan langsung menarik Dasha menjauh dan segera memasukan Dasha ke mobil. Setelah Devan juga masuk mobil, lelaki ini memakaikan sabuk pengaman pada tubuh Dasha.

"Van, kita mau kemana?" tanya Dasha yang melihat Devan menjalankan mobilnya, sesekali ia melihat spion dimana Tama mengejarnya.

"Pergi jauh dari lelaki itu." Jawab Devan dengan suara dingin, rahang Devan mengeras terlihat sekali dia tengah menahan amarahnya.

"Van, hati-hati... Ya tuhan Van jangan ngebut." Teriak Dasha saat memasuki jalan raya dan Devan membawa mobilnya dengan kebut-kebutan. Mobil putih dibelakang terus membayangi mobil Devan.

Devan tetap diam, matanya terfokus pada jalanan dan menerobos lampu merah, bunyi klakson terus membayangi mobil ugal-ugalan ini. Sumpah serapah sudah dilontarkan untuk kedua mobil yang seperti sedang balapan ini.

Tama membuka kaca mobilnya.

"BANGSAT. BERHENTI LO, LO BISA NYELAKAIN DASHA SIALAN." Tama berteriak saat mobilnya bersisian dengan mobil Devan, lelaki ini hanya melirik kecil dan kembali menambah kecepatan.

"Van, berhenti, kita bisa mati Van," bisik Dasha yang tanganya begitu erat memegangi sabuk pengaman, matanya tertutup rapat tidak ingin melihat jalanan.

"Gak akan, kamu tenang yah," Dasha membuka matanya, ia melihat Devan yang tersenyum padanya, perasaan tenang mulai muncul, namun semua itu berakhir.

Saat Devan kembali memfokuskan perhatiannya pada jalanan ia langsung menginjak rem nya, ada mobil yang tiba-tiba berhenti didepan nya.

Langsung Devan membuang stirnya kekiri, ia langsung menabrak pembatas jalan, tangan Devan tetap menahan tubuh Dasha dari samping agar Dasha tidak terbentur.

Suara klakson terdengar nyaring, mobil Devan terbalik karna saking kerasnya benturan itu.

Brakkkkk

Beberapa mobil menabrak mobil Devan dari depan, hingga akhirnya kepulan asap keluar dari mobil Devan.

"Sha..Sha, k-kamu g-gapapa? m-maafin ak---"

Dasha merasakan tubuhnya ditarik oleh seseorang, matanya memburam melihat Devan disampingnya banyak mengeluarkan darah.

Tangan Dasha bergerak menggapai Devan, namun tarikan itu berhasil membuatnya keluar dari mobil yang terbalik itu.

"R-rio."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

[Jadi guys 1 part lagi menuju ending, besok update yang terakhir. Males nulis sekarang, jadi gue percepat aja. Sekian]

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang