40. Ada apa dengan Siska

3K 176 0
                                    

'Sha tidurnya jangan terlalu malem'

Dasha tersenyum melihat pesan dari Tama, ia ingin mengetikan balasan namun ia tidak tahu harus membalas apa.

Dasha memilih menyimpan ponselnya, sudah 1 minggu semenjak urusan dengan Devan, lelaki itu tidak pernah lagi memunculkan batang hidungnya.

Gideon. Lelaki itu sedang disidang sekarang, perasaan Dasha untuk Gideon juga menguap begitu saja, ternyata selain membunuh. Gideon juga seorang bandar narkoba, dia adalah orang yang sudah diselidiki selama 5 bulan oleh detektip narkoba.

Gideon sangat licin seperti belut, ia bisa lolos dari segala jebakan yang polisi dan detektip buat.

Hubunganya dengan Tama sangat terjalin erat, Dasti pergi keperjalanan bisnis dari 3 hari yang lalu. Untuk itu Dasha sendirian dirumah, hubungan nya dengan Siska pun sangat renggang, Siska tidak pernah membalas sapaanya, tidak pernah menatapnya.

Besok adalah ujian kenaikan kelas bagi kelas 11, dan Dasha sudah belajar dari beberapa hari yang lalu. Setelah membaca do'a, Dasha menutup matanya menuju alam mimpi.

Krek

Dasha membuka matanya, ia seperti mendengar suara sesuatu, Dasha menajamkan lagi pendengaran nya, namun hanya suara malam lah yang terdengar. Dasha lalu mengenyahkan pemikiran negativenya, ia kembali menutup mata dan pergi kealam mimpi.

Devano, lelaki yang selalu menatap Dasha dari balik pintu itu menghela napas. Ia tidak bisa membenci Dasha, membenci cintanya, Devan tidak bisa.

Devan menutup pintunya dengan perlahan agar tidak mengeluarkan bunyi. Devan lalu duduk diruangan tv, ia kembali menghela napas. Penampilanya sudah acak-acakan, kemarin Devan mengikuti sidang Gideon, lelaki itu dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, namun pengacara Gideon mengajukan banding untuk meringankan hukuman itu.

Devano berdecih, ia melirik flashdisk yang berada didepanya, didalam flashdisk ini semua kejahatan Gideon terkumpul, tidak butuh lama agar Devan mendapatkan bukti itu, besok ia akan memberikan bukti itu pada persidangan. Dan membuat Gideon tidak akan pernah keluar dari penjara.

"Satu tikus sudah tuntas," gumam Devan yang memasukan falshdisk itu pada sakunya, tatapan matanya menajam.

"Tama Xaverio." Devan menggumam kan nama lelaki itu, lelaki yang sudah berani mengusik nya. "Satu lagi hama yang masih berkeliaran," lanjutnya.

Tama adalah hama bagi Devan, anak polisi itu bisa membuatnya jauh dari cintanya, dan Devan tentu saja tidak akan membiarkannya.

Ia harus memikirkan sebuah rencana matang agar bisa menyingkirkan Tama, agar ia bisa bersama cintanya selamanya.

*

Hari pertama ujian kenaikan kelas adalah Matematika, sangat cocok dihari rabu ini.

"Kalian harus mengerjakan soalnya dalam waktu 1 jam 20 menit, ini untuk catatan rumusnya." Bu Ruri memberikan kertas putih berisi soal dan kertas pendamping untuk menulis rumus.

"Jangan berani mencontek, ada cctv yang yang mengawasi kalian, hukuman untuk orang mencontek adalah dirobek dan mendapat nilai kosong diraport."

Bu Ruri kembali memberi intruksi, dimeja hanya ada alat tulis dan kertas ujian saja.

Mereka semua mulai mengerjakan soal satu persatu, keadaan sangat hening bahkan hanya terdengar helaan napas dari bebrapa murid yang tidak mengerti dengan soal dikertas.

Dasha, ia duduk didepan Siska, ia sesekali mengetukan pensil nya kedagu kerna berfikir. Sistem dikelas 11 dan kelas 10 ini memang belum menggunakan komputer, hanya kelas 12 saja yang sudah menggunakan sistem komputer.

'Ini bisa mudah kalau x sama y gak ada'

Dasha sedikit terkekeh mendengar gumaman Siska dibelakang, entahlah ujian ini emang sangat sulit untuk ukuran kelas 11.

Hingga akhirnya ujian pun selesai dikerjakan, kelas mendapat jatah istirahat 10 menit sebelum ujian bahasa Indonesia dilaksanakan kembali.

Mereka memanfaatkan waktu untuk membaca lks, buku paket, atau searching diinternet mengenai pelajaran bahasa Indonesia yang pastinya akan sangat menguras otak itu.

"Gimana tadi, susah?" Dasha mengadahkan wajahnya, yang barusan bertanya adalah Tama. Cowok yang kini tengah duduk dimeja Dasha.

"Ehm, lumayan susah, ada beberapa soal yang rumusnya bahkan baru aku tau." Jawab Dasha, Tama mengangguk kemudian mengambil buku paket yang tergeletak dimeja, sementara Dasha tengah membaca lks.

"Guys, karna ini bahasa Indonesia, bisa gak kalau nanti guru pembimbing gak mantau, kita kerjain bersama, ini bahasa Indonesia loh guys, yang jawabanya pasti ngarang."

Teriak Kato si ketua kelas, semuanya memandang Kato lalu saling mengangguk pertanda bahwa mereka harus bekerja sama.

10 menit sudah berlalu, pak Danang selaku guru bahasa Indonesia masuk, semuanya hening, mereka kira guru pejaganya adalah pak Josep, yang kalau lagi tugas mengajar itu suka keluyuran.

"Waktu nya 1 jam, kerjakan mulai dari sekarang," ucap pak Danang lalu guru galak itu duduk dikursi guru, tatapan matanya menelisik satu persatu wajah muridnya yang mulai membaca soal.

15 menit membaca soal, 45 menit untuk mengerjakan soalnya, tidak ada yang berani melirik temanbya, jika mereka ketahuan hanya melirik temanya saja, sudah dipastikan kalau kertas jawaban mereka akan dirobek.

Hingga akhirnya ujian pun selesai, bel berbunyi pertanda istirahat. Dasha merentangkan tanganya agar rasa pegalnya menghilang.

Kelas berubah menjadi ribut saat bel berbunyi, semuanya membicarakan jawaban apa yang tadi mereka tulis. Dasha membalikan badanya dan kaget melihat Siska yang menatapnya dengan tajam.

''Sis, kamu kenapa?" tanya Dasha yang membuat Siska memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat Dasha, Siska lalu beranjak dari duduknya dan pergi. Namun Dasha segera menahan tangan Siska.

"Sis, kamu kenapa sih, apa aku punya salah sama aku, aku minta maaf Sis, kamu tau kan kalau aku punya..." Dasha menghentikan ucapanya, ia melirik sekelilingnya, tidak ada yang memperhatikan mereka.

Siska menghempaskan tangan Dasha, "jangan pernah ganggu gue lagi Dasha, lo gak tau kan seberapa bahaya nya kepribadian lo, kalau lo mau tau kenapa gue bisa benci sama lo, sini." Siska menarik tangan dan membawa gadis itu kedalam toilet.

Tak lupa Siska mengunci toilet dari dalam, lalu memeriksa satu persatu bilik toilet, tidak ada siapa-siapa.

Siska lalu mengeluarkan ponselnya, ia pun mengetikan sesuatu disana, lalu diarahkan pada Dasha, agar gadis ini membacanya.

Tulisanya adalah.

'Ada polisi yang lagi mantau kamu Sha.'

Dasha mengerutkan keningnya, ia menatap Siska yang juga menatap Dasha, Siska mengangguk.

"Maksudnya apa?" tanya Dasha yang emang gak ngerti maksud Siska apa, polisi memantau Dasha, memangnya apa yang sudah dilakukanya.

Siska kembali menuliskan kata-kata di ponselnya, lalu diarahkan pada Dasha.

'Lo harus tetap bersama Tama, dia bisa lindungin lo,'

"Ha?" sungguh Dasha tidak mengerti dengan Siska, tadi Siska membawanya kesini karna alasan Siska membenci Dasha, lalu dia menuliskan kata bahwa polisi tengah memantaunya, lalu barusan di menulis lagi harus tetap bersama Tama.

Ada apa dengan Siska, lagi pula kenapa gadis didepan Dasha ini tidak berbicara.

"Kamu kenapa Sis, kenapa cuma diem, aku gak ngerti, tolong jelasin Siska." Rasa penasaran Dasha sudah tidak tertahankan, Siska menggeleng.

Ia malah melenggang pergi, membuka pintu yang sempat dikunci dan keluar kamar mandi begitu saja.

Meninggalkan Dasha dengan kernyitan didahinya yang terus bertambah, Siska sangat aneh, ada apa dengan Siska.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang