28. Harus Devan

3.7K 203 5
                                    

"Sis," Dasha memanggil Siska yang baru kelihatan. Beberapa hari ini Siska seperti menghindarinya, Siska yang tengah berjalan sedikit melirik Dasha, namun ia segera membuang muka, "kamu kenapa?" tanya Dasha aneh.

"Minggir," ucapnya dingin, Dasha termenung. Siska lebih dulu masuk kekelas meninggalkan Dasha yang menatapnya.

"Kamu marah sama aku?" tanya Dasha saat sudah sampai dimeja Siska, gadis itu melirik Dasha dengan wajah yang kesal.

"E e ehh, ngapain lo disini, mau ngejambak Siska lagi, heh cupu udah untung yah ada yang mau temenan sama lo." Arina namanya, teman sebangku Siska.

Dasha menyernyitkan keningnya, tak mengerti arah pembicaraan Arina.

"Maksud kamu?" tanya Dasha, Siska terlihat menunduk tak mau menatap Dasha, Arina berdiri dan mendorong bahu Dasha.

"Lo gak perlu so polos cupu, lo itu munafik tau gak, kemaren lo bahkan ngejambak Siska sampai dia nangis, lo juga ngebentak dia, dan sekarang lo datang seolah kemaren gak terjadi apa-apa." Arina sepertinya murka. Dasha terdiam, apa itu Nattasha, ia memejamkan matanya demi mengingat momen itu, namun tidak teringat sedikit pun.

"Maafin aku Sis, aku.." Dasha menghentikan ucapnya, ia tidak tau kalimat apalagi yang akan ia ucapkan. Tidak mungkin ia mengatakan ia mempunyai kepribadian ganda, tidak mungkin.

"Gak perlu minta-minta maaf segala, lo cukup jauhin Siska, dia udah gak mau lagi temenan sama jalang kayak--" ucapan Arina terpotong.

"Rin, omongan lo bisa dijaga gak." Siska berdiri menatap Arina tajam, Arina sedikit kikuk ditatap tajam begitu.

"Gue ngomong gitu bua-".

"Lo gak ada hak ngehina Dasha," tegas Siska yang menghela napas, ia kemudian melihat Dasha yang menunduk, Siska menarik pelan tangan Dasha dan mereka pun keluar. Siska membawa Dasha ketaman belakang.

"Sis.." panggil Dasha melihat Siska hanya diam duduk dikursi, Dasha menelan salivanya dan ikut duduk.

"Aku mau ngungkapin sebuah rahasia sama kamu Sis," ucap Dasha sukses membuat Siska menghadapnya. Dasha menghela napas dan menatap Siska, "tapi aku mau kamu janji ... kamu gak akan nyebarin rahasia ini meski kita udah gak berteman lagi."

Siska menyernyitkan keningnya, "Iya gue janji," ucap Siska yang mengangkat jari telunjuk dan jari tengah, pertanda ia berjanji. Dasha menghembuskan napasnya kasar.

"Kemarin, yang kamu temuin adalah Nattasha, kepribadian lain aku." Dasha melirik Siska yang menatapnya tak percaya.

"M-maksud lo?" tanya Siska masih loading, kernyitan didahi Siska semakin banyak.

"Aku mempunyai kepribadian ganda Sis, namanya Nattasha. Dia muncul kalau aku tertekan, kepribadian lain aku sangat bertolak belakang dengan aku, dia keras, jahat, menyeramkan, melindungi dan tidak takut apapun." Dasha mencoba melirik Siska yang tatapanya berubah sendu.

"J-jadi yang kemaren itu Nattasha?" tanya Siska, Dasha mengangguk. Siska memeluk Dasha dari samping. "Maafin gue Sha, gue gak tau itu. Gue malah kesel sama lo, gue juga ngerasa kemaren itu lo beda banget, maafin gue Sha," Siska terus meminta maaf.

"Iya, gapapa. Aku yang harusnya minta maaf, karna aku gak ngasih tau kamu," Dasha tersenyum, akhirnya semuanya menjadi lega.


"Sha," Dasha membalikan badanya dan menatap Devan dengan kernyitan didahinya. Cowok itu terlihat ngos-ngosan.

"Baru segitu saja udah capek," sindir Dasha yang ikut duduk disamping Devan yang kelelahan. Mereka tengah joging ditaman perumahan, Devan yang ngajak, tapi malah ia yang kecapean.

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang