Sudah 30 menit berlalu sejak bel istirahat dibunyikan, namun gadis ini, Dasha, masih sibuk dengan buku biologi tebal yang tengah ia baca.
Dasha menghela napas saat ada sesuatu yang belum ia mengerti.
"Haii.." sapa seseorang yang baru datang kesekolah, jam istirahat baru datang ke sekolah, dia adalah Tama.
Dasha melirik Tama sebentar, setelah itu kembali melanjutkan aktipitasnya meski sedikit tidak konsen.
"Dasha, gue mau ngomong sesuatu sama lo," kata Tama sedikit ragu, pasalnya ia sangat malu sekarang ini, setelah apa yang sudah ia lakukan.
"Mau apa? nuduh aku lagi, udah aku bilangin, aku gak ada hubunganya," jelas Dasha yang menutup buku tebal ini dengan keras.
"Bukan.. bukan itu, justru gue mau minta maaf sama lo, gue salah, gue juga udah tau kalau lo gak ada hubunganya dan gue minta maaf banget," lanjut Tama dengan menstabilkan napasnya dengan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang.
Dasha mengehela napas, kenapa juga ia berurusan dengan cowok seperti Tama ini, kemarin ia mengolok Dasha sebagai dalangnya, sekarang minta maaf.
"Aku harap permintaan maaf kamu bisa membuat kamu mengerti jangan pernah menuduh orang sembarangan," balas Dasha, ia kembali menghela napas. Akhir-akhir ini ia sering bicara panjang lebar pada orang asing.
Dasha kemudian beranjak berdiri, meninggalkan kelas yang masih membuat Tama merenungi perilakunya kemarin.
Dari kejauhan Dasha sudah melihat Devano yang akan menuju nya, karna tidak ingin ada yang melihat, akhirnya Dasha mengalihkan jalannya menuju taman belakang.
"Tadi kenapa ko jalannya beda, gak mau yah berpapasan sama aku?" tanya Devand karna cukup aneh dengan peristiwa tadi. Devano datang beberapa saat setelah Dasha.
"Kan udah aku bilang, aku gak mau kamu ikut terlibat dengan apa yang terjadi sama aku, murid disini masih banyak yang memanggilku orang gila, dan aku gak mau kamu terlibat," ujar Dasha yang merenungkan dirinya.
"Sha..heii." Devand menarik dagu Dasha, "aku sama sekali gak peduli pendapat orang sama kamu, yang aku tau kamu adalah Dasha, hanya itu, jadi mulai sekarang, jangan pernah ngehindarin aku saat disekolah, okee," sahut Devand dengan mengacungkan jari kelingkingnya.
"Tapi Vand, gimana kalau kamu nanti dianggap gila juga?" tanya Dasha dengan raut wajah sedih.
"Jawaban aku, gak peduli," jawab Devand dengan senyuman ramah nya, "Ayo kelingkingnya mana," lanjut Devand yang menggerak-gerakan jari kelingking nya.
Dasha kemudian tersenyum, dan menempelkan jari kelingking nya pada jari kelingking Devand.
''Oh iya, tadi waktu kamu keluar kelas, kenapa kayak marah gitu?" tanya Devand, inilah pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan.
"Emang keliatan yah?" tanya balik Dasha yang memegangi wajahnya, ia kembali menghela napas. Devand kemudian mengangguk.
"Kamu masih inget Tama kan, kan aku cerita sama kamu kalau dia itu nuduh aku menjadi dalang atas peristiwa Sully dan Flora, nah, tadi tiba2 dia minta maaf gitu, aneh gak sih." Dasha malah tidak menyangka dengan kejadian tadi. Jujur saja ia sangat kaget dengan minta maaf nya Tama, meskipun ia tidak tau tujuan Tama meminta maaf apa.
Apakah memang tulus karna Tama sudah mengetahui kalau Dasha tidak bersalah, atau karna ada niatan lain.
"Kok bisa.." aneh Devand , Dasha mengedikan bahunya pertanda ia juga tidak tahu.
"Terus kamu jawab apa?" tanya Devand kali ini memfokuskan jawaban Dasha.
"Gak ada, karna aku rasa tuduhan dia itu keterlaluan," jawab Dasha dengan menatap wajah Devand, "Vand, aku kelewatan yah?" tanya balik Dasha.
Devand menggeleng, "nggak sama sekali, kamu berhak buat gak nerima permintaan maaf dia, aku aja yang denger kamu dituduh kesel banget, apalagi kamu yang dituduh nya," jelaskan Devand dengan mengusap puncak kepala Dasha.
"Gue rasa mereka pacaran deh," ucap Tama yang sedari tadi melihat Dasha dan Devano berbicara ditaman belakang, jujur saja ia mengikuti Dasha sejaka keluar kelas, cuma yah ia gak berharap ngeliat orang yang berpacaran.
Setelah itu Tama pergi dari situ.
**
"Dasha," panggil seseorang saat jam pelajaran telah usai, Tama sedari tadi menganggu Dasha dengan permintaan maafnya yang sama sekali tidak di gubris.
"Kamu bisa gak sih jangan ganggu aku," ucap Dasha saat ia merapikan alat tulisnya, seharian ini ia menjadi pusat perhatian karna dari tadi Tama terus nyebut-nyebut namanya, sampai teman kelasnya menegur Dasha.
"Ya lo maafin gue dulu kek, ini gue bener-bener ngerasa bersalah banget," ucap Tama untuk kesekian kalinya, inilah kelemahan Tama, saat seseorang tidak memaafkanya ia akan sangat gelisah.
"Gak," ucap Dasha yang berdiri dari kursinya, ia kemudian berjalan sedikit terburu-buru, ada sesuatu soalnya. Tama kemudian mengejar Dasha, namun ia cukup kaget, Dasha tidak pergi ke gerbang tapi malah pergi ke belakang.
"Dasha, lo mau kemana, gerbangnya disana lho," ujar Tama yang masih mengejar Dasha di belakang.
Dasha menggerutu kesal saat ia mendengar suara Tama, kenapa cowok itu malah ngikutin sih, padahal Dasha ada panggilan alam.
Saat berada didepan toilet, Dasha berhenti dan itu otomatis membuat Tama ikut berhenti.
"Kamu ngapain ngikutin aku, aku mau ke toilet please," wajah Dasha udah bener-bener memerah, udah gak tahan banget kayaknya.
"Lho.." Tama kemudian melihat plang didepanya, ia kemudian menutup mulutnya saat melihat tulisan toilet itu.
"Astaga, gue gak tau, sory-sory.." ucap Tama yang membalikan tubuhnya, dan segera berjalan.
Tidak menunggu lama, Dasha pun segera masuk ke toilet, panggilan alam ini sungguh mendesak.
Sekitar 15 menit akhirnya Dasha keluar dari toilet dengan keadaan segera kembali. Baru saja beberapa langkah Dasha berjalan, tiba-tiba.
Brughh
Tubuh Dasha terlentang dilantai, Tama yang masih menunggu Dasha segera menghampiri asal suara jatuh nya sesuatu itu.
Tama sangat terkejut karna ternyata Dasha lah yang jatuh dengan keadaan terlentang.
"Lo gapapa?" tanya Tama kemudian menahan kepala Dasha, sekilas Tama melihat darah di lantai.
Ia segera mengangkat tubuh Dasha dan membawanya segera ke Uks.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepribadian Ganda [END]
Teen Fiction(mengandung gore) Gadis lugu yang mempunyai kepribadian ganda. Dasha dan Nattasha Ditulis tanggal 2 Januari 2019 Selesai tanggai 24 Februari 2020