29. Psycho

3.9K 185 2
                                    

"Iya tan, Dasti dipindah tugas sama bos ke Surabaya,"

Dasti tengah berada dirumah Iris mamahnya Devan, ia mengatakan tentang dirinya yang dipindah tugaskan ke luar kota, Iris mengangguk.

"Kalau begitu Dasha tinggal disini ajah, tante yang akan urus dia, kalau ditinggal sendiri tante takut lho Das," ungkap Iris membuat Dasti mengangguk setuju.

''Dasti juga berpikir kayak gitu tan, boleh deh nanti aku sama Dasha obrolin lagi," balas Dasti dan diangguki Iris, mereka kemudian kembali mengobrol hal lain.

**

"Haii," sapa Tama yang mensejajarkan langkahnya, Dasha baru saja menunjukan wajahnya digerbang, dan Tama sudah menunggunya.

Dasha diam, ia merasa Tama semakin gencar mendekatinya, mudah-mudahan yang dipikirkan Dasha mengenai cowok ini salah.

Mereka sampai dikelas.

"Sha, ikut kemping gak?" tanya Siska yang langsung menarik Dasha kekursinya, meninggalkan Tama yang sempat mengajak bicara Dasha.

"Kemping?" ulang Dasha, Siska mengangguk.

"Lo tau kan Sha, masa disekolah lo dulu gak kemping," dumel Siska, bukan gak ada kemping. Tapi Dasha tidak pernah ikut kemping, karna disaat-saat seperti itu ia takut sisi lainnya berbuat masalah.

"Mungkin aku gak ikut," ucap Dasha.

"Kok bisa, lagian kempingnya diarea sekolah, dibelakang sana loh." Balas Siska.

"Oh ya," ucap Dasha baru tahu, bukanya biasanya kempimg itu dihutan yah.

"Bentar lagi pasti diumumin, rugi banget loh Sha, katanya yang gak ikutan disuruh nge-cat kamar mandi cewek sepenuhnya," Siska mengatakan konsekuensi kalau tidak ikut.

"Kok bisa," Dasha sedikit heran, betapa ketat nya peraturan disini.

"Ya emang gitu kali,"

Dasha tidak menyahuti lagi, pusing juga harus nge-cat seluruh permukaan kamar mandi cewek sekolah ini.

Dasha beralih duduknya menuju kursi disamping Tama, cowok itu terlihat main game. Jika orang mengatakan bagaimana pendapatmu mengenai proporsi Tama, Dasha akan menjawab, Tama sangat tampan, tubuhnya berotot yang pas, perutnya sispax karna Dasha pernah melihat bentuknya waktu Tama membuka baju saat olahraga, badannya tinggi dan putih bersih.

Namun jika Dasha ditanya ia suka tidak pada Tama, Dasha akan menjawab TIDAK, karna visual sempurna yang berhasil mendapatkan hati Dasha adalah seorang psikopat sex seperti Gideon, visual Gideon maupun Tama tidak jauh berbeda, meski Dasha sangat tahu Gideon lebih unggul untuk ukuran paras. Tapi itu semua kembali lagi untuk urusan tipe cowoknya seperti apa.

Dasha menghentikan aktipitasnya yang membandingkan Tama dengan Gideon, ia menggelengkan kepalanya seolah baru saja pikiranya mulai seperti Nattasha.

**

Sreeekk

Sebuah tangan terlepas dari tubuhnya, dipotong menggunakan pisau daging yang dipegang seseorang.

Nattasha.

"To-tolong..."

Wanita itu merintih, matanya ditutup oleh kain merah, tubuhnya telanjang bulat direntangkan dimeja.

"Shuuut, diem karna gak akan ada yang denger," bisik Nattasha membuat wanita yang kesakitan itu menutup rapat mulutnya.

"Ck, sebenarnya gue tergoda sama tubuhnya, tapi lo udah potong tanganya duluan." Balas lelaki yang mengusap paha wanita itu. Dia Gideon.

Nattasha sedikit terkekeh, ia kemudian mengambil pisau buah yang berada disampingnya, menaruh kembali pisau daging ditempatnya.

Akhhhhrrrggg.

Wanita itu berteriak kesakitan saat pahanya dikuliti dengan pisau buah yang sangat tajam. Wanita itu menangis histeris saat pisau buah itu terus menguliti kulitnya.

Darah keluar dengan deras, darah hitam yang Nattasha usap dan merasakan kehangatan darah itu. Ia menyeringai lebar saat pisau dapur itu menembus mata yang dibalut kain merah itu.

Kembali teriakan kesakitan terdengar nyaring diruangan ini. Nartasha dan Gideon sengaja tidak menutup mulutnya karna mereka ingin merasakan teriakan korbanya.

Nattasha mencabut pisau itu dari mata korbanya, wanita ini masih hidup. Nattasha memotong daging dipaha wanita itu, teriakan demi teriakan terdengar memilukan. Kesenangan tersendiri bagi kedua psikopat ini.

Nattasha nenaruh daging paha di mulut wanita itu, wanita itu memuntahkanya dan membuat Nattasha tertawa terpingkal-pingkal.

Gideon beralih duduk disofa yang menghadap langsung kepertunjukan yang dilakukan sahabatnya itu.

Nattasha menancapkan pisau buah itu diperutnya, semakin memasukan pisau itu sampai terbenam diperut korbanya, ringisan mulai melemah. Nattasha membiarkan pisau itu disana.

Ia beralih mengambil kapak besar yang tersedia, Nattasha mengangkat kapak itu dan mulai mengarahkan pada kaki si wanita.

Brugggrh.

Dalam satu pukulan betis dan paha terpisah begitu saja, suara si korban kembali berteriak memilukan, seringai Nattasha semakin lebar. Ia kembali mengarahkan kelutut yang sebelah kiri lagi.

Dan.

Bruggrh.

Kembali terlepas.

Nattasha mencebikan bibirnya saat melihat korbanya sudah tidak bernapas, ia merasa kecewa karna dia mati hanya dengan dipotong kakinya saja. Padahal ia masih ingin bermain-main.

Nattasha sudah selesai dengan acara main-mainya, ia menatap Gideon yang menyeringai padanya.

"Giliran lo," ucap Nattasha yang mencuci tanganya, ia melepaskan pakaian yang berbalut darah itu, Nattasha pergi untuk membersihkan dirinya.

Gideon melihat wanita yang sudah mati itu, ia meringis melihat kaki dan tangan berada dilantai sementara tubuhnya masih dimeja.

Gideon mengambil cairan dimeja lainya, ia kemudian memungut tangan serta kaki korbanya. Setelah mengumpulkanya Gideon mulai menuangkan cairan itu keseluruh tubuh korbanya.

Tubuh itu dengan seketika melepuh, mulai menciut menjadi semakin kecil, asap menyebar dimana-mana. Bau kebakaran yang ditimbulkan cairan itu membuat Gideon mentup hidungnya. Tubuh itu semakin menciut dan semakin kecil sampai akhirnya menghilang menjadi asap.

Dengan begini tidak akan ada yang menemukan korbanya. Gideon tersenyum manis saat melihat Nattasha keluar dari kamar mandi dengan keadaan bersih.

"Sudah selesai?" tanya Nattasha. Gideon mengangguk dan membereskan peralatan itu.

"Gue pergi," ucap Nattasha dan melenggang dari ruangan itu. Hari ini cukup untuk main-mainnya, ia sudah puas. Dan sekarang waktunya pulang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang