25. Menyukai

3.7K 220 0
                                    

"Lo tau kan kalau Nattasha adalah tersangka dalam kasus penganiayaan Sully dkk beberapa bulan yang lalu?".

Devan melirik Tama yang menanyainya dengan tatapan tajam, sejenak Devan menghela napas. "Ya," jawab Devan dengan melihat area taman sekolah dari atas atap.

"Kenapa lo malah membantu mereka menghilangkan bukti, lo hapus rekaman cctv yang merekam jelas perbuatan mereka." Ungkap Tama, Devan berdecih.

"Terus gue harus gimana? Jadi saksi atas skandal itu dan memasukan orang yang gue cinta kedalam penjara. Lo gak gila kan Tama?" tanya Devan, Tama mengalihkan tatapanya. Ia juga cukup bingung dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, jadi instingnya yang mencurigai Dasha memang benar, tapi kenapa polisi seolah terkecoh dengan skenario yang dibuat Nattasha dan Gideon.

"Lo udah kenal dari lama kan dengan Dasha?" tanya Tama mengalihkan, karna jika terus mendesak Devan ia tidak akan mendapat jawaban. Sekilas Devan memusatkan pandanganya pada Tama, namun kembali mengalihkan.

"Dari kelas 1 SMP."

Flashback

"Dasar sialan," Devan menghentikan langkahnya saat seorang gadis menangis tertunduk dilantai, disampingnya ada gadis yang berdiri dengan menendang-nendang kasar kaki gadis itu.

"Maaf Nat, g-gue gak sengaja," rintihnya yang memegangi kaki kirinya yang kembali ditendang kasar oleh gadis yang tidak lain adalah Nattasha.

"Gue Dasha Nattasha, dengan mata kepala gue sendiri, lo lari dan nubruk gue. Lo pikir gue buta, dasar bego." Kembali Nattasha menendang kaki gadis itu sampai merintih kesakitan. Devan akan melanjutkan jalannya kembali, namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Nat, dia boleh buat gue gak, gue free malam ini." Devan membalikan badanya melihat percakapan antara 2 orang itu, lelaki itu menatap gadis yang terkulai dengan senyum menyeramkan.

"Pake sesuka lo, gue rasa dia masih perawan. Lo menang banyak Gi." Ucap Nattasha dengan tawa seram, gadis itu kembali menangis namun ia tidak meminta tolong. Percuma, tidak ada yang peduli, semuanya takut pada si psikopat Nattasha dan Gideon.

Saat Gideon akan menarik tangan gadis itu, seseorang menahan tanganya dan menghempaskan dengan kasar.

"Jangan berani sentuh dia," tegas Devan yang menatap tajam Gideon, terdengar decakan sinis dari Gideon.

"Kenapa? lo mau, nanti abis gue." Balas Gideon yang mendapat pukulan keras dari Devan.

"Jaga bicara lo, gadis ini tidak serendah itu. Dan buat lo," Devan menunjuk Nattasha dengan telunjuknya, tatapan mata Nattasha membuat Devan menurunkan tanganya, tatapan yang membuat Devan tenggelam. Lama Devan menatap Nattasha dalam. Dapat Devan liat ada sisi lain dimata Nattasha, dan saat itulah Devan memunculkan Dasha.

Flashback end

"Jadi, Dasha yang mengambil alih tubuh Nattasha?" tanya Tama baru mengerti. Ia kira Nattasha lah kepribadian lain Dasha, namun ternyata ia salah. Dasha lah yang dimunculkan.

"Gue coba buat Nattasha mengerti kehidupan, tapi gak bisa. Dia terlalu kejam buat memahami, ada hal yang harus lo tau." Devan menatap Tama. "Saat Nattasha berulah, Dasha tidak akan tau apa-apa. Tapi disaat Dasha mengambil alih Nattasha merasakan semuanya." Lanjut Devan.

**

"Sha," panggil Dasti yang membuat Dasha melirik kakanya itu sebentar.

"Iya kak," jawab Dasha dengan senyumanya, Dasti kemudian duduk disebelah Dasha yang tengah meminum susu.

"Kita besok cek lagi yah, mau kan?" tanya Dasti, dahi Dasha mengerut lama, sepertinya ini bukan waktunya ia cek-up.

"Kenapa gak lusa ajah, kan hari minggu. Biar aku gak usah libur sekolah," saran Dasha membuat kakanya itu menggeleng sebari tersenyum.

"Kaka udah jadwalinnya besok, gapapah kan?" tanya Dasti, setelah berfikir beberapa saat Dasha mengangguk seraya tersenyum. Dasti mencium kening Dasha lembut, "Yaudah, sekarang kamu tidur yah. Mimpi indah," ucap Dasti yang meninggalkan Dasha sendiri.

**

Dasha duduk dikursi tunggu, ia menunggu Dasti yang sedang menyelesaikan administrasi, pengecekan sudah selesai dan Dasha akan segera pulang. Dasha memainkan jarinya karna bosan.

"Dasha," panggil seseorang, Dasha mendongakan wajahnya, keringat dingin mulai keluar dari dahisaat melihat orang ini. Tanganya bahkan sudah basah, "Ngapain lo disini, ngambil obat buat nahan Nattasha, ck, lo egois sialan."

Dia Gideon, entah ada perlu apa lelaki ini dirumah sakit. Dasha menundukan wajahnya mengahadap lantai. Ia tidak berani menjawab hinaan Gideon.

"Mau sampai kapan lo ambil alih tubuh sahabat gue. Lo belum cukup kah selama 4 tahun terahir ini," Dasha melirik Gideon yang duduk disampingnya. Wajah Gideon tidak pernah ramah, ia selalu menunjukan bahwa dirinya sangat membenci Dasha, "Lo tau Dasha, lo bener-bener gue benci, lo ambil apa yang Nattasha punya, lo egois, lo sialan, kenapa lo gak menghilang ajah layaknya angin hah." Satu tetesan air mata Dasha keluar, penghinaan demi penghinaan sudah cukup ia rasakan.

Kenapa Gideon terus saja memojokan dirinya, kenapa Gideon sangat membencinya. Rasanya begitu sakit saat orang yang kita suka sangat membenci kita. Ya Dasha sangat menyukai Gideon saat pertama kali ia melihat lelaki tampan namun menyeramkan ini. Ia tidak bisa berpaling meski Gideon selalu menghinanya karna muncul dari tubuh sahabatnya, meski Gideon sangat membencinya, namun rasa cinta itu benar-benar mengalahkan semuanya.

"Ck, bego." Gideon kembali mengumpat karna Dasha tidak menyahuti hinaannya. Lelaki itu kemudian melenggang pergi, tak lama Dasti datang membuat Dasha menghapus air mata yang sempat keluar itu. Dasha tersenyum atas pertanyaan Dasti mengenai dirinya kenapa menangis.

"Kak." Panggil Dasti saat mereka baru sampai dirumah, Dasti melirik Dasha.

"Ada apa?" tanya Dasti, menghela napas beberapa kali mencoba Dasha lakukan.

"Apa aku bisa dihilangkan?."

"Maksud kamu?" tanya balik Dasti, Dasha kembali menahan napasnya saat melihat wajah gelisah Dasti.

"Nggak, lupain ajah." Jawab Dasha yang memeluk Dasti, tentu saja kakanya ini mengerutkan kening aneh. Jangan sampai yang dipikirkan Dasti terjadi, Dasti menggelengkan kepalanya.

Pukul 21:45

Dasha membuka selimutnya, ia tidak bisa tidur, ia kemudian duduk dan mengambil ponsel yang berada disampingnya. Dasha sangat penasaran sekarang. Kemudian dia membuka apk google.

'Cara menghilangkan kepribadian ganda'

Setelah mengklik cari, terdapat banyak sekali ulasan mengenai pencarian Dasha itu. Dimulai dari ciri-ciri timbulnya sisi lain, cara mencegah, dan menghilangkanya. Dasha kemudian mengkliknya.

'Kepribadian ganda yang kamu miliki jenis apa, yang selalu berubah sifat, emosi yang tidak kamu sadari atau berubah menjadi pribadi yang bukan kamu, jika memang ciri-ciri kamu merupakan salah satu yang diatas kamu masih bisa diobati'

Dasha membaca dengan serius ulasan itu, sampai akhirnya ia menemukan sesuatu yang membuat dia menutup mulutnya tidak menyangka.

"Apa itu terjadi padaku"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang