43. Tamat [end]

6.5K 243 37
                                    

Citttttt

Suara rem mobil yang sengaja diinjak, mobil Tama berhenti dan menabrak beberapa mobil, setelah mobilnya berhenti. Ia segera turun dan berlari menuju mobil yang beberapa meter darinya itu.

Mobil depan yang ditumpangi Dasha ringsek, Tama berlari, ia segera membuka pintu mobil dengan sekali hentakan. Tangan penuh darah itu terkulai lemas.

Setelah membuka sabuk pengaman Tama segera menarik tangan Dasha dari mobil itu.

"R-rio." Panggil Dasha yang melihat Tama dengan tatapan sayunya. Tubuh Tama bergetar melihat Dasha.

Darah keluar dari mana-mana, sesekali Dasha meringis merasakan sakit disekujur tubuhnya.

"Kamu tenang Sha, kita akan kerumah sakit sekarang, kamu akan selamat Sha." Gumam Tama membuat Dasha tersenyum. Namun gadis ini menggeleng, tangannya bercampur darah itu terulur mengusap air mata Tama yang keluar.

"Gak perlu Rio, gak berguna," lirih Dasha, gadis ini sesekali tercekat. Tama menggeleng, saat cowok ini akan mengangkat tubuh Dasha, tangan gadis ini menahan dengan tenaga yang sudah habis.

"Rio, tanggal berapa sekarang?" tanya Dasha dan menghentikan pergerakan Tama, gadis ini menatap langit yang mendung diatas. Bibir Tama bergetar tidak sanggup menjawab, lelaki ini menghela napas.

"14 Febuari." Jawab Tama dengan suara lirih, Dasha tersenyum.

"Selamat hari valentine Rio," Dasha tersenyum, namun kemudian ia berbatuk dan mengeluarkan darah, Tama menutup matanya, tangan Dasha kembali terulur mengusap wajah Tama.

"Rio, disana," Dasha mengangkat tanganya dan menunjuk sesuatu, Tama langsung menatap apa yang Dasha maksud, sebuah mall. "14 Febuari, 10 tahun yang akan datang, ayo temuin aku disana, di atap mall itu, kamu mau kan?".

Alis Tama bertaut, apa maksudnya 10 tahun yang akan datang, Tama menggeleng. Ia mengangkat tubuh Dasha kembali, namun lagi-lagi Dasha menggeleng.

Tama menutup rapat matanya. "Iya, aku akan temuin kamu disana, 10 tahun yang akan datang," setelah mejawab itu Tama membuka matanya, Dasha tersenyum lebar. Perlahan matanya menyayu.

"Maafin Devan yah Rio," gumam gadis itu kemudian matanya menutup sempurna, mata Tama terbelalak, ia menepuk-nepuk pipi Dasha.

"Sha, Shasa, jangan tidur Sha, ayo bangun," gumam Tama, ambulance dan polisi akhirnya datang, mereka langsung memeriksa Devan yang tergeletak setelah dikeluarkan oleh pengendara lain.

Devan meninggal.

Para medis menatap iba pada Tama yang menangis tanpa suara, dipangkuanya seorang gadis yang menutup mata, para medis langsung mengambil alih.

"Catat waktu kematianya." Ucap para medis setelah memeriksa Dasha.

Dasha meninggal.

Tubuh Tama bergetar melihat mereka melepaskan tabung oksigen, apa yang barusan terjadi, apa maksud dari ini. Tama masih menggelengkan kepalanya.

Ia masih belum percaya, apa barusan adalah perpisahan terakhirnya dengan Dasha, Tama meraih tubuh Dasha kembali.

"Sha, gak mungkin Sha, ayo bangun, jangan bercanda Sha," panggil Tama yang mengguncang tangan Dasha, ia menggeleng dengan cepat.

Para medis lalu membawa Devan dan Dasha kerumah sakit, dan beberapa orang yang luka-luka akibat kecelakaan itu.

Tama berdiri didepan kamar mayat, didalam ada keluarga Devan, dan ada Dasti juga. Mereka belum tau kronologi kecelakaan nya bagaimana.

Pakaian Tama masih berlumuran darah Dasha, matanya kosong menatap pintu itu. Kejadianya begitu tiba-tiba, Tama masih belum menyadari kepergian itu.

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang