31. Memanfaatkan

3.2K 173 4
                                    

Beberapa saat tadi Siska tidak berkicau, mereka tengah makan sekarang. Siska, Dasha dan Devan, mereka makan dengan tenang.

Dasha dan Devan seperti tidak pernah melakukan apapun. Terbesit diotak Siska menyangka kalau mereka sering melakukanya, namun wajah polos Dasha menghentikan pemikiran itu.

"Van, jam berapa kamu dateng?" tanya Dasha memulai percakapan, bolamata Siska bergerak melihat Devan dan Dasha, jangan-jangan firasat yang mengatakan bahwa Devan memanfaatkan Dasha itu benar.

"Baru ajah kok, mamih tadi minta dianterin ke rumah sakit dulu," jawabnya enteng, Siska mendesis pelan.

Si Devan ini sepertinya pembohong ulung, padahal dia sudah beberapa jam disini, sial kok gue makin gak suka yah sama sifat nih cowok Siska membatin.

Dasha mengangguk atas jawaban Devan, entahlah ia tadi tiba-tiba bangun dikamar tamu, padahal ia ingat banget kalau ia sama Siska tidur dikamarnya.

Mereka menyelesaikan makan malamnya dengan diam.

*

Tama menatap seseorang yang tengah berdiri diatap gedung mall ini dengan rokok dibibirnya. Tama mengajak lelaki ini ketemuan disini.

Dia Gideon.

"Dari mana lo dapet narkoba itu?" tanya Tama yang menatap hamparan lampu dibawah, Gideon dan Tama tengah bersisian.

Ya, Gideon lah anak ipa 4 yang memakai barang haram itu.

"Lo gak perlu tau, lagipula bukan urusan lo." Jawab Gideon, Tama menghembuskan napasnya jengah. Kalau bukan karna Dasha, ia tidak ingin mencampurinya.

"Gue bisa lepasin lo dari kasus kokain yang gue udah punya buktinya. Gue mau kesepakatan sama lo." Tama menawarkan. Alis Gideon tertarik sebelah.

"Kesepakatan?" tanyanya. Tama mengangguk, ia beralih melirik lawanya itu.

"Gue mau lo kasih informasi tentang," Tama kembali memfokuskan wajahnya kehamparan lampu, "Nattasha." Lanjutnya.

Bibir Gideon tersungging sedikit, tatapan matanya yang tajam menelisik Tama.

"Apa yang lo mau soal sahabat gue?" tanya Gideon yang kembali menghirup dalam-dalam rokok yang ia hisap.

"Cara menghilangkan Nattasha dari Dasha," ucap Tama, rahang tegas Gideon mengeras, mendengar itu sama saja mengatakan ingin membunuh sahabatnya.

"Beraninya lo," tangan Gideon sudah terkepal, namun ia urungkan mengingat ia harus banyak-banyak menahan emosi saat ini.

"Lo tau kan, Devano Gunawan, gue rasa dia selalu memanfaatkan status dia dengan Nattasha untuk mengendalikan Dasha," lanjut Tama. Rahang Gideon mulai mengendur, yang satu ini Gideon setuju.

"Ya." Tama yang kini mulai melirik Gideon, "Nattasha itu sahabat gue, sejak sekolah dasar, gue gak tau kenapa dia bisa dikendaliin hanya lewat tatapan dan sebuah sentuhan." Lanjutnya.

Tama menyapu pandanganya kepenjuru upuk yang terlihat. Kini keheningan yang menemani mereka yang sama-sama bungkam.

*

Siska menatap Dasha yang baru selesai mandi, Dasha yang merasa diperhatikan menoleh begitu saja.

"Ada apa Sis?" tanyanya. Siska menunduk, perasaan tak nyaman mulai menyelimutinya, ia ingin menanyakan perihal hubungan Dasha dengan sahabatnya itu. Apakah hanya sahabat atau lebih.

"Hm..gue mau tanya." Siska terlihat ragu, Dasha mengangguk dan duduk sambil menunggu kelanjutan Siska. "Lo pacaran yah sama Devano?" tanya Siska yang langsung menutup matanya erat.

Hening.

Namun beberapa saat kemudian terdengar suara tawa Dasha.

"Bhaha, kamu..haha...ngomong apaan sih?" Dasha masih belum meredakan tawanya. Siska menggaruk belakang telinganya, ia menatap Dasha. "Aku pacaran sama Devan.. haha, itu gak mungkin, kamu ada-ada ajah sih." Rutuk Dasha.

Siska menatap manik coklat Dasha, mencari kebohongan disana, namun sorot mata Dasha mengisyaratkan kejujuran.

"Tapi, lo... kalian deket," balas Siska, Dasha mengangguk dan menatap penuh Siska.

"Aku sama Devan emang deket, kami udah sahabatan sejak kecil, Devan itu ibarat malaikat buat aku, dia datang saat orang-orang menjauhi aku, dia datang saat mereka ngebulli aku. Devan itu penjaga aku, bukan pacar." Perkataan terakhir Dasha diselingi tawa.

Siska mengangguk, namun kejadian tadi dikamar itu, apa perlu Siska ungkapkan. Kebusukan Devan yang memanfaatkan kesadaranya Dasha.

"Lagian nih yah," Dasha menahan senyumnya, Siska menaikan sebelah alisnya, "Aku suka seseorang." Lanjut Dasha.

Kening Siska semakin berkerut. "Siapa?" tanya Siska, ia sebenarnya tahu, pasti jawabanya adalah Tama. Karna cowok itu yang akhir-akhir ini selalu berada disekelilingnya.

"Gideon Pramudya," jawab Dasha yang tidak bisa lagi menahan senyumnya. Mata Siska membulat sempurna.

"Anak ipa 4?" tanya Siska, kening Dasha sempat berkerut namun tak elak ia hanya mengangguk saja, "Astaga, anak baru yang nakal plus psyco itu, gue kira lo suka Tama." lanjut Siska.

"Tama? kenapa kamu kira aku suka Tama?" tanya Dasha, Siska menghela napas.

"Karna yang selalu disisi lo itu Tama, dan gue juga liat doi beda waktu ngeliat lo itu, dia kayaknya suka sama lo." Balasnya, Dasha menggeleng, tidak mungkin Tama menyukainya. Lelaki itu bahkan pernah menuduhnya, ya meskipun Tama pernah sempat menembaknya.

"Sha." Panggil Siska, Dasha hanya berdehem saja, "lo pernah melakukan hubungan intim gak.. ah maksud gue sex." Mata Dasha membulat sempurna.

"Kamu gila, aku gak pernah ngelakuin itu, bahkan aku belum pernah pacaran," jawab Dasha sambil geleng-geleng kepala.

Siska mengangguk, ia sekarang yakin yang bersetubuh dengan Devan adalah Nattasha, Devan sialan, dia berani merusak Dasha dengan cara memanfaatkan keperibadian yang lain Dasha.

Siska semakin membenci sosok cowok yang Dasha sebut sebagai malaikat itu. Malaikat apanya lelaki seperti Devan itu adalah iblis dari segala iblis.

"Emang kenapa sih kamu tanya-tanya itu? kamu pernah ngelakuin yah," tebak Dasha, Siska seketika tertawa.

"Belum lah, gue masih kelas 10, ah mungkin kelas 11 nanti boleh juga," Dasha langsung mencubiti tubuh Siska karna tidak setuju dengan ucapan barusan, sementara Siska terus tertawa karna geli di cubit-cubit kecil oleh Dasha.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang