Pagi ini terlihat seorang gadis tengah memasuki gedung sekolah sangat pagi. Dan sepertinya dia satu-satunya murid yang datang sepagi ini.
Pak satpam yang melihat pun segera membuka pintu gerbang, wajar saja jam 5 pagi dan gerbang pun belum dibuka.
"Wah, dek Evi sudah dateng yah jam segini," ucap pak satpam membuat langkah Evi terhenti. Ia melihat pak satpam lalu mengangguk sebentar.
Yap, dia Evi.
Badan Evi bergetar hebat saat ia sampai dikelasnya, menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan.
Evi melihat sekelilingnya, mencari orang itu, takut dia akan kembali dan membunuhnya seperti orang itu membunuh teman-temanya.
Sudah satu jam Evi duduk disini, memperhatikan setiap sudut kelasnya, takut orang itu muncul dan kembali membawanya ketempat laknat itu. Andrew teman kelas Evi yang baru datang sangat kaget, tidak biasanya Evi datang jam segini.
"Wah Evi, kenapa kemarin lo gak sekolah?" tanya Andrew yang meletakan tasnya diloker.
Evi sangat kaget, saat ada yang berbicara kepadanya, ia kemudian menggeleng dengan menatap Andrew takut.Andrew yang aneh mendekati Evi, "Lo kenapa sih Vi?" tanya kembali Andrew yang memegang bahu Evi.
Segera Evi menjerit, membuat Andrew dan beberapa orang yang baru datang kaget.
"Ampuni gue...gue mohon ampuni gue," teriak Evi yang menyatukan kedua tanganya memohon. Andrew yang aneh pun menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan apa yang Evi katakan.
"'Lo apaan sih Vi, emang gue ngelakuin apa, lo gila yah," ucap Andrew yang meninggalkan Evi. Tidak ingin dituduh macam-macam sama temanya.
Evi lalu menundukan wajah nya, ia menangis tersedu-sedu, banyak yang melihat Evi karna teman-teman kelasnya semua pada datang.
"Ampuni gue..gue mohon ampuni gue," kata-kata itu selalu bergumam dibibir Evi, ia seperti sudah kehilangan akalnya.
"Sha, nanti kekantin bareng yah," ucap Devan saat sampai dikelas Dasha. Dasha pun mengangguk, sebari mengacungkan jempolnya, tapi tak sengaja ia melihat Evi.
"Van, aku masuk yah." Pamit Dasha yang diangguki Devand, setelah Devand pergi Dasha menghampiri Evi. Ia cukup kaget gadis itu kembali kesekolah, berarti darah itu bukan darah mereka.
Ada kelegaan dihati Dasha, sebelum ia menghampiri Evi , Dasha pun memasukan tasnya keloker.
"Kamu gapapah?" tanya Dasha yang melihat tubuh Evi bergetar karna menangis. Evi hanya menatap Dasha dengan tajam, bibirnya tidak henti-hentinya bergumam.
"Eh anak baru, jangan gangguin si Evi, hari ini dia aneh banget," ucap Andrew yang baru kembali kekelas.
Semua orang yang mendengar menatap Evi dengan iba, namun tangisan Evi semakin meledak.
"NGAPAIN KALIAN LIATIN GUE, BANGSAT, PERGI KALIAN." Teriak Evi membuat semua orang kaget. Bahkan yang sedang melewati kelas pun berhenti, melihat siapa yang membuat keributan.
Dengan kemarahan Evi meninggalkan kelas, tidak tau ia pergi kemana, namun semua orang segera membicarakan kelakuan Evi barusan, kalian tau bukan kalau sebuah berita akan cepat menyebar layaknya debu yang tertiup angin.
**
Saat pelajaran pertama Evi tidak muncul kembali, namun lelaki itu. Tama, dia kini menatap Dasha tiada henti.
Dasha yang merasakannya pun sangat risih."Kamu kenapa liatin saya terus?" tanya Dasha yang mengucapkanya sangat pelan, wajar saja didepan sedang ada guru.
"Emangnya lo merasa gue liatin lo?" tanya Tama dengan senyuman anehnya.
Dasha pun menghela napas, siapa yang tidak menyangka bahwa Tama menatap Dasha coba, orang Dasha duduk disamping tembok, masa iya Tama menatap tembok.
"Terserah," ucap Dasha yang kembali meneruskan catatanya, ia ingin kembali fokus, namun lelaki itu terus menatapnya.
"Flora, Sully, kemana dia?" tanya Tama entah pada siapa, namun mata nya tetap menatap Dasha.
Teng teng
Suara bel istirahat sudah berbunyi waktunya mengakhiri kelas. Guru sudah keluar, begitupun murid yang lain, namun Dasha masih ditahan oleh Tama.
"Kamu bisa minggir, aku mau kekantin," ucap Dasha untuk kesekian kalinya, namun Tama masih tidak bergeming. Tama kemudian menarik Dasha paksa, ia membawa Dasha kebelakang sekolah, tentu saja Dasha menolak, namun Tama tidak terpengaruh.
Ia lalu melepaskan cengkramanya pada tangan Dasha, membuat Dasha tersentak seketika.
"Pagi ini orang tua Sully dan Flora membuat laporan orang hilang, mereka mengatakan Sully dan Flora tidak pulang seusai sekolah, pada hari kamis, itu artinya 2 hari yang lalu.
"Lo tau bukan 2 hari yang lalu lo dipanggil bu Iis dan pulang terlambat, gue nunggu lo, tapi 3 jam kemudian lo baru keluar sekolah dengan baju kotor dan ada noda darah di baju lo, gue boleh tanya darah siapa itu?".
Tanya Tama panjang lebar, Dasha menyernyitkan kening.
"Kamu nuduh saya yang membuat mereka hilang?" tanya balik Dasha tidak percaya.
Tama tersenyum evil, "Apa gue kelihatan menuduh, gue cuma curiga sama lo," ucap Tama berubah menjadi seram. Dasha yang mendengarnya pun sangat takut, tubuh Dasha menjadi bergetar.
"Kamu nuduh saya, apa kamu tidak lihat Evi datang kesekolah, bagaimana kamu bisa menuduh saya," ucap Dasha tidak percaya.
"Siapa yang tau, kamu membunuh Flora dan Sully, dan membebaskan Evi agar tidak dicurigai."
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepribadian Ganda [END]
Teen Fiction(mengandung gore) Gadis lugu yang mempunyai kepribadian ganda. Dasha dan Nattasha Ditulis tanggal 2 Januari 2019 Selesai tanggai 24 Februari 2020