"Astaga, Bintang! Kamu kenapa, Nak? Kenapa ini bisa terjadi sama kamu? Hiks..." Itu adalah suara Arin yang khawatir ketika melihat puterinya terbaring lemah di atas brankar.
"Nak, sayang, kamu nggak apa-apa, kan? Ini Papah, Nak." Itu adalah suara Herman yang datang bersama Arin.
Gadis remaja cantik yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit menatap keduanya penuh kebingungan. "Maaf, tapi om dan tante ini siapa, ya?" tanyanya.
Wanita dan pria itu tercengang dengan pertanyaan Bintang.
"Kamu bicara apa, nak. Ini Mamah, Bintang, ini Mamah."
"Ini Papah sayang. Kamu Bintang anak Papah, Nak."
Namun sang putri tetap saja menggelengkan kepalanya. "Maaf, tapi aku beneran nggak kenal sama kalian."
Herman dan Arin benar-benar terguncang, mereka bingung kenapa putri mereka tidak bisa mengenali mereka.
"Mah, Pah!"
Herman dan Arin menoleh. "Bulan?"
"Maaf harus mengatakan ini, tapi dokter bilang... Bintang amnesia."
Seketika, tangis Arin pecah memenuhi ruangan bernuansa putih itu. Sang suami memeluknya erat, padahal Herman pun sudah ikut menangis.
Bulan menatap kedua orangtuanya, lalu menatap Bintang pada detik berikutnya. "Cepat sembuh, ya, Bintang."
***
Herman membantu Bintang untuk berjalan dan membawanya naik keatas mobil. "Bulan, tolong bawa tas adik kamu."
Bulan mengambil tas dari tangan Herman. "Iya, Pah."
Di dalam mobil, Bulan dan Bintang duduk berdampingan. Bintang nampak tak terbiasa dengan kemiripan di antara dirinya dan Bulan.
Bulan menatap adiknya. "Kenapa?" tanyanya.
Bintang menggeleng. "Gapapa, Kak."
Bulan tersenyum, lalu mengelus rambut Bulan. "Lo tidur aja, nanti kalo udah sampe rumah baru gua bangunin."
Bintang mengangguk patuh.
Bulan pun menyandarkan kepala Bintang pada pundaknya. Gadis itu menghela napas panjang, ia tidak tahu apakah yang ia lalukan ini memang benar atau justru salah. Tapi saat ini, ia hanya ingin melindungi saudaranya.
Flashback onn
Setelah mendengar kenyataan bahwa Bulan kehilangan ingatannya, sesuatu terlintas di benak Bintang.
"Dok, apa dokter bisa bantu saya?" tanya Bintang berharap.
"Apa yang bisa saya bantu untuk kamu, Bintang?" tanya dokter Aldi, dokter tampan yang masih sangat muda.
"Eum... dokter, tolong saya kali ini ajaa, kalo bisa dokter bilang sama mamah dan papah kalo yang amnesia itu bukan Bulan, tapi-"
"Tapi apa?"
"Tapi Bintang," jawab Bintang.
Aldi tertegun. "Maksud kamu, saya menukar identitas kalian? Bintang, hal ini sangat—"
"Berisiko, saya tahu itu Dokter. Kalo sampai kita ketahuan, surat izin praktik dokter bisa dicabut karena sudah melakukan tindakan illegal dengan menukar data pasien. Tapi saya mohon Dok, tolong bantu saya sekali ini aja."
"Sebenarnya saya nggak yakin, tapi... saya akan mencobanya!" Well, keputusan yang dibuat Aldi membuat Bintang tersenyum sumringah. Walaupun sebenarnya Aldi sendiri belum yakin apakah rencana Bintang bisa berjalan lancar atau tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] [UPDATE SETIAP SABTU PUKUL 20.00 wib] Berkisah tentang Bulan dan Bintang, dua gadis kembar dengan karakter yang bertolak belakang, mendatangkan alur cerita baru dalam kehidupan keduanya. Kehidupan dua remaja itu dipenuhi...