***••••••••••***
Time.
Just a game that runs fast
Leave a trace of the past
And carry it in the future
And i'm stuck in timeBetween love and hatred.
–Bintang Nadya Meliana Putri
***••••••••••***
Dokter berhenti melakukan kejut jantung dan menatap monitor lalu beralih menatap susternya.
"Detak jantungnya sangat lambat, jika terus begini pasien bisa kembali mengalami henti jantung."
"Lalu apa yang harus kita, Dok?"
"Sekarang kita hanya perlu memastikan kondisi pasien tetap stabil. Awasi terus perkembangannya, dan pastikan ventilator terpasang dengan baik."
"Baik, Dok."
Dokter Riska meninggalkan ruang ICU dengan perasaan tak karuan. Dia sedang mempersiapkan diri sebelum menemui keluarga pasien.
Krek!
"Dokter Riska, bagaimana keadaan putri saya?"
Benar saja. Begitu dia keluar, Herman langsung melemparnya dengan pertanyaan tersebut.
Dokter Riska tak menunjukkan ekspresi apa pun, dia hanya menatap Herman dan Arin secara bergantian. "Mari kita bicarakan di ruangan saya, Pak, Bu."
"Kenapa harus di ruangan dokter? Kenapa nggak di sini? Saya juga mau tau apa yang terjadi sama adik saya." Bulan menimbrung tiba-tiba.
"Iya dokter, kami semua butuh penjelasan," sergah Nathan.
Dokter Riska menarik napas dalam-dalam. "Tapi itu akan menyalahi aturan yang berlaku di rumah sakit ini."
"Saya nggak peduli dengan aturan itu, Dok. Sekarang saya cuma mau tau keadaan Bintang, itu aja." kata Aarav tegas.
"Kalian semua diam! Jangan memperkeruh keadaan!" tegas Herman. Kemudian ia dan Arin pergi mengikuti dokter Riska ke ruangannya.
***
Herman dan Arin kembali dengan ekspresi yang menggambarkan kesedihan, bahkan saat ini Arin sudah terisak sambil memeluk suaminya.
"Ma, Mama kenapa?" Bulan bertanya pada Arin dengan perasaan cemas.
Arin menggelengkan kepalanya tak berdaya. Sementara itu Herman hanya terdiam dengan tatapan kosong.
"Pa, ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi sama Bintang?" Bulan menuntut penjelasan pada Herman.
Herman menatap putrinya, menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Bintang... setelah kecelakaan itu terjadi perdarahan pada otaknya, dan sekarang... ." Ia menggantung kalimatnya. Rasanya sulit bagi Herman untuk menjelaskan semuanya.
"Sekarang apa, Om?" tanya Aarav.
Herman memejamkan mata dan menitikkan air mata. "Bintang mengalami koma."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] [UPDATE SETIAP SABTU PUKUL 20.00 wib] Berkisah tentang Bulan dan Bintang, dua gadis kembar dengan karakter yang bertolak belakang, mendatangkan alur cerita baru dalam kehidupan keduanya. Kehidupan dua remaja itu dipenuhi...