13. Hukuman untuk Sella

1.9K 80 3
                                    

Bulan menyusul langkah Aarav yang berjalan di depannya. Gadis itu menepuk pundaknya dan menyeret tangannya tiba-tiba.

"Lan, lo apa-apaan, sih?" tanya Aarav tak terima atas perlakuan Bulan.

Bulan tak menjawab pertanyaan Aarav, gadis itu membawanya menaiki beberapa anak tangga dan berakhir di rooftop.

"Ngapain lo bawa gua kesini?" tanya Aarav seraya mengangkat alis kirinya.

Bulan berdecak lalu menyilangkan tangannya. "Ini udah tiga hari, Rav, katanya lo udah kirim videonya ke kepsek? Tapi kenapa sampe sekarang masih adem ayem aja?" tanyanya jengkel.

"Soal Sella?"

"Iyalah, siapa lagi."

"Sabar, semuanya butuh proses kali. Lo jangan lupa kalo Sella anak ketua yayasan, gak segampang itu buat ujug-ujug kasih hukuman sama dia. Kepsek harus kasih bukti yang benar-benar valid sama Pak Bram."

Lagi-lagi Bulan berdecak. "Mau dia anak ketua yayasan, anak sultan, anak presiden sekalipun gua gak peduli, yang penting dia harus tanggung jawab atas perbuatannya. Para pejabat zaman now emang benar-benar, ya, giliran keluarganya yang bikin masalah selalu berusaha dilindungi."

Aarav mendesah pelan. "Udahlah, Lo tunggu aja kabar selanjutnya dari Pak Chandra. Gua yakin dia pasti bisa atasi masalah ini dengan cerdik."

"Oke, wait and see!"

***

'Tring… tring'

Semua siswa kelas XI-A sudah duduk tertib di kursi masing-masing sebelum guru mereka datang. Tak lama, Bu Siska memasuki ruang kelas ditemani oleh siswa kelas 12 yang membantunya membawakan modul pelajaran. Siswa senior itu bernama Andra, kelas XII-B. Ketua basket SMA Pandu yang kepopuleran hampir menyamai Aarav. Saat hendak keluar dari kelas, Andra menyempatkan untuk menatap Bulan sambil tersenyum penuh arti. Bulan tak banyak reaksi, hanya memejamkan mata sejenak.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Siska tak lupa dengan senyuman manisnya.

"Selamat pagi, Bu!"

Bu Siska tersenyum. "Wah, nampaknya hari ini kalian semangat sekali, ya, kursi juga gak ada yang kosong satupun. Oke anak-anak, hari ini kita akan praktikum kimia, ya."

Nampaknya semangat para siswa itu langsung pudar begitu mendengar praktikum kimia, mata pelajaran yang paling mereka benci. Berbeda dengan Bulan yang nampaknya sangat bersemangat.

"Siap, Bu!" sahut Bulan, hanya dia seorang yang menyahuti.

"Kayaknya cuma Bulan yang semangat, yang lainnya mati sebelum perang seperti biasanya," kata Bu Siska seraya tertawa kecil.

Selanjutnya Bu Siska membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Seperti biasanya, Bulan dan Aarav selalu berada di dalam kelompok yang sama.

"Oke anak-anak, kita ke lab kimia sekarang!"

Mereka langsung mengikuti langkah Bu Siska yang memimpin di depan, bak para prajurit mengikuti raja mereka.

Setibanya di lab kimia, mereka segera memakai jas dan sarung lab yang sudah disediakan demi keselamatan kerja.

"Silakan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing!"

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang