35. Sita Kartu

957 44 2
                                    

Alina berdiri di depan pintu apartemen Bintang dengan menjinjing sebuah totebag besar yang isinya adalah makanan untuk bosnya itu. Wanita itu terkejut ketika tangan seseorang tiba-tiba menyambar kartu akses apartemen yang dia keluarkan dari tasnya.

"Kamu—" Wanita itu tidak meneruskan kalimatnya, padahal tadinya dia hendak mengomeli orang itu namun niatnya batal setelah melihat siapa yang kini berada dihadapannya. "Selamat pagi, Pak Bimantara."

Aarav tersenyum. "Jadi, ini kartu akses untuk masuk apartemen bos kamu?"

Alina mengangguk. "Iya, Pak."

"Oke, mulai sekarang biar saya yang pegang kartunya."

Alina terbelalak. "Tapi, Pak—"

"Kamu tenang aja, saya nggak akan berbuat buruk pada bos kamu yang keras kepala itu, kok."

"Tapi masalahnya Nona Nadya pasti akan marah sama saya, Pak. Apalagi kalo sampai Nyonya Sofia tau, bisa habis saya."

"Saya yang akan jamin, kamu tenang aja."

"Tapi—"

"Sstttt! Sini makanannya, biar saya yang antar. Kamu bisa pergi sekarang."

"Tapi—"

"Sekali lagi bilang tapi, saya bakar apartemen bos kamu!" ancam Aarav.

Alina nampak ketakutan. "Eh, iya Pak, iya. Saya pergi sekarang, ini makanan untuk Nona." Dia menyerahkan totebag yang dibawanya kepada Aarav.

Aarav tersenyum penuh kemenangan. "Thank you."

***

Bintang menatap layar ponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi tapi Alina masih belum datang juga membawakan pesanannya.

"Tumben lama, biasanya si Alina ini gesit."

Ceklek!

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Wanita itu tersenyum lebar dan segera berlari ke luar dari kamarnya.

"Alin—" Ucapannya terpotong karena apa yang dia harapkan benar-benar tak sesuai ekspektasinya. Itu bukan Alina.

"Pagi, My star!" Sapaan itu bersumber dari Jauzan Aarav.

"Kamu!"

"Aku bawain makanan buat kamu, lebih tepatnya titipan dari sekretaris kamu itu."

"Kok bisa? Terus Alina ke mana?"

"Aku suruh pergi," jawab Aarav dengan entengnya. "Kartu akses apartemen juga aku sita. Jadi mulai sekarang aku yang pegang kartu akses cadangan ini."

"Gila kamu!" Bintang berteriak kesal.

Aarav tak menggubrisnya. Pria itu langsung menyibukkan dirinya untuk menyiapkan sarapan Bintang.

"Pergi nggak kamu sekarang!" usir Bintang.

"Sayangnya aku lupa jalan keluarnya," sahut Aarav.

"Kamu nggak bisa berbuat seenaknya kayak gini. Balikin kartu aksesnya."

"Nggak mau."

"Kamu benar-benar, ya. Kamu nggak sadar kalo tindakan kamu ini sudah bikin aku merasa nggak nyaman, dan aku bisa menuntut kamu atas hal ini!"

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang