12. Kepingan Puzzle

1.8K 75 0
                                    

Bulan terheran-heran saat melihat suasana kelasnya yang ramai. "Kok, rame banget, sih? Ada apa, ya?" tanyanya.

"Bulan!" panggil Kayla yang sedang melambaikan tangannya penuh antusias.

Bulan pun langsung menghampiri Kayla. "Kay, ini kenapa kelas kita rame banget, sih?" tanyanya.

Kayla menatap Bulan sambil tersenyum penuh arti. "Hehe."

"Ih, Kay, gua seriusan nanya."

"Lo beneran gak tau?"

Bulan menggeleng cepat. "Kalo gua tau gua gak bakal nanya ke lo, Kayla."

"Ya ampun, Lan. Ini lho, sekolah kita bakal ngadain field trip ke Bandung."

Bulan membulatkan matanya sempurna. "Hah, serius?"

Kayla mengangguk-angguk. "Iya seriusan, acaranya minggu depan."

"Wah, pasti seru nih. Kudu ikutan pokoknya."

"Iya, kita semua diharuskan ikut. Nanti dibentuk kelompok juga buat pengerjaan tugas laporan."

"Oke, deh. Thank you buat infonya."

"Iya, Lan, sama-sama. Kamu ikut, kan?"

"Pastilah aku ikut, kapan lagi kan field trip."

Kayla tersenyum. "Iya, gua juga ikut kalo lo ikut."

"Okay."

Tak lama, Pak Raka masuk ke ruang kelas dan segera memberikan pengumuman untuk semua siswa XI-A. Katanya, surat perijinan orangtua akan diberikan hari itu juga dan dikumpulkan besok. Setelah itu barulah Pak Raka membagi setiap siswa kedalam beberapa bagian kelompok.

"Bulan Navya Calmira Putri!"

Bulan mendongak. ''Iya Pak saya."

"Kamu masuk kelompok 7, bersama Aarav dan Kayla."

Bulan terbelalak lebar. "Sama Aarav, Pak? Yah, apa gak ada orang lain, Pak? Saya mau sekelompok sama siapapun asal jangan sama Aarav, Pak."

Pak Raka menatap Bulan dan Aarav bergantian. "Tidak ada protes!"

Bulan menatap kesal kearah Pak Raka, guru yang satu itu benar-benar tidak bisa diajak bernegosiasi. Menyebalkan.

"Udah, sih, terima aja keputusan Pak Raka, gausah banyak protes!" bisik Aarav di telinga Bulan.

Bulan berdecak. "Gua tonjok mau lo?"

"Aarav, Bulan, kalian ini berisik sekali. Tolong diam!" tegur Pak Raka.

"Aarav Pak yang mulai duluan bukan saya," sahut Bulan memberi pembelaan.

"Sudah, sudah, diam!"

"Iya, Pak, maaf."

Bulan mencubit lengan Aarav. "Lo, sih! Jadi kena marah, kan, gua."

"Dih, nyalahin gua, orang itu murni kesalahan lo."

"Awas lo, ya!"

***

"Bulan!"

Bulan yang sedang fokus membaca novel trilogi di atas kasur empuknya pun segera menoleh. Gadis itu tersenyum. "Eh, Bintang. Ada apa?"

Bintang menggeleng, lalu duduk di samping kakaknya. Gadis itu hanya diam sembari memandangi wajah Bulan.

Bulan mengernyit bingung. "Lo kenapa natap gua sampe segitunya? Ada yang aneh sama muka gua?"

Bintang menggeleng. "Engga ada, kok, Lan."

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang