22. Di Antara Dua Pilihan

1.3K 54 1
                                    

Mobil Aarav terparkir di halaman utama istana megah keluarga Saputra. Cowok itu menatap gadis yang masih bergeming di kursi penumpang.

"Udah sampai," kata Aarav, membuyarkan lamunan Bulan.

"Eh, iya?"

Aarav menunjuk ke arah luar dengan dagunya. "Udah sampai depan rumah."

Bulan ikut menatap ke arah luar, tepat di mana rumahnya berdiri kokoh. Gadis itu melepas seatbelt dan membuka pintu mobil. Niatnya yang hendak melangkah keluar dari mobil, terurung dan kembali berbalik menatap Aarav.

"Mau mampir dulu?" tanya Bulan. Percayalah, dia hanya berbasa-basi saja.

Aarav menggeleng pelan. "Lain kali aja, gak enak juga karena penampilan aku lagi berantakan. Masa ketemu camer kumel begini."

Bulan tertawa kecil. "Ganteng, kok," pujinya yang membuat Aarav tersipu malu. "Kalo gitu aku pergi, ya. Kamu hati-hati di jalan."

"Iya, Sayang."

Bulan pun turun dari mobil Aarav dan berjalan ke arah pintu rumahnya.

"Bulan!"

Panggilan Aarav berhasil menghentikan langkahnya. Gadis itu segera berbalik menghadap ke arah cowok yang memanggilnya.

"Apa?" tanya Bulan sembari memiringkan kepala.

Aarav tak menjawab, justru ia berlari ke arah Bulan. Cowok itu tersenyum lalu tiba-tiba mencium pipi kanan Bulan. Bulan bergeming, tubuhnya mendadak kaku seketika. Ciuman yang Aarav berikan berhasil memberikan desiran hebat di dadanya. Jantungnya bahkan memompa darah lebih cepat dari biasanya.

"Nighty night, my sweet princess!"

***

Krek!

"Annyeong!"

"AIGOO!" Bintang memekik tatkala Bulan yang bersembunyi di balik pintu membuatnya terkejut.

"Kaget, ya?"

"Sialan! Udah tau pake nanya lagi," kesal Bintang.

"Tadi aku lihat kamu di antar pulang sama Aarav."

Bintang menatap kakaknya dengan wajah yang mensyaratkan kegelisahan. "I-iya, itu emang Aarav."

"Sejak kapan kalian sedekat itu?"

"Lan, apaan sih?" Bintang nampak tak nyaman karena pertanyaan sang Kakak yang seperti mengintimidasinya.

"Aku cuma nanya, lho. Kamu tinggal jawab aja, simple."

"Tadi dia nanya alamat kantor dekorasi ke gua, kebetulan kantornya searah ke rumah kita, kan. Jadi, ya, dia sekalian anter gua balik," elak Bintang.

Bulan menelengkan kepalanya. "Bohong, jelas-jelas tadi aku lihat dia cium kamu. Kalian berdua pacaran?"

Mendengar pertanyaan sang Kakak, Bintang langsung terhenyak. Jadi Bulan melihatnya? Astaga, situasinya bisa kacau.

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang