17. Ungkap Rasa

1.7K 57 0
                                    

Bulan berjalan perlahan di antara jajaran rak buku yang berbaris rapi. Jari mungilnya meraba buku-buku yang tertata sempurna. Tak lama, ia berhenti ketika menemukan judul buku yang menarik perhatiannya.

"Cinta dan asa," gumam Bulan seraya tersenyum simpul. Iapun mengambil novel tersebut.

Bulan pernah membaca novel itu, novel dengan kisah sad ending di mana main lead bukanlah pemeran utama yang sesungguhnya. Maksudnya? Dia hanyalah pemeran pengganti di saat sang pemeran utama tidak dapat memainkan karakternya dengan baik. Ceritanya cukup membosankan, hanya saja Bulan merasa kalau cerita itu sangat related dengan kehidupannya. Dia hanyalah bintang kecil yang membantu bulan untuk mendapatkan kembali cahayanya, meskipun harus memohon-mohon pada matahari yang keras kepala. Melelahkan memang, tapi dia bukanlah orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Kebenciannya pada Bulan, terkalahkan oleh rasa sayang yang teramat mendalam.

"Ekhem!"

Gadis itu terlonjak kaget saat mendengar sebuah dehaman dari sampingnya.

"Serius banget, sih, baca bukunya."

Bulan berdecak pelan seraya menatap makhluk menyebalkan di hadapannya. Mahluk berwujud manusia yang bernama Jauzan Aarav. "Ganggu aja lo!"

Aarav tersenyum, lalu duduk di lantai. "Gua bosan di kelas."

"Terus?"

"Gua gak sengaja liat lo belok ke arah perpustakaan?"

"Terus?"

"Makanya gua kesini."

"Terus?"

Aarav mendesah panjang lalu menatap kesal kearah Bulan. "Bisa gak kasih respon yang lain? Jangan teras terus mulu, tar nabrak tiang listrik, lho."

"Gua lagi fokus," jawab Bulan cuek, membuka halaman selanjutnya pada novel.

"Lan," panggil Bulan.

"Hmm?"

"Lo lagi suka sama seseorang gak?"

Bulan terhenyak mendengar pertanyaan Aarav, kenapa tiba-tiba sekali dia mempertanyakan hal itu?

"Enggak, tuh," jawab Bulan santai.

"Kalo misalnya ada cowok yang suka sama lo gimana?"

Bulan menatap intens kearah Aarav. "Gua gak akan larang, itu hak dia, kan."

Aarav berdiri dari tempatnya, mempersempit jaraknya dengan Bulan. "Bulan, sebenernya gua... gua, sebenernya-"

"Bulan!"

Aarav buru-buru menjauh dan hampir saja menjatuhkan beberapa tumpukan buku.

"Hati-hati dong, Rav!" tegur Bulan.

"Sorry, sorry."

Kayla yang melihat Aarav salah tingkah, merasa tak enak hati. Apalagi melihat dirinya yang tengah ingin membicarakan hal penting pada Bulan.

"Ada apa, Kay?" tanya Bulan.

"Itu... Bu Restu manggil lo ke ruangannya,"

"Oh, oke. Gua kesana sekarang."

Bulan pun pergi dari perpustakaan, sementara itu, Aarav memberikan pelototan tajam pada Kayla.

"Waktu lo gak tepat, Kay!" keluh Aarav.

"Maaf, Rav. Kan, gua gak tau."

"Udah, pergi sana!"

Kayla buru-buru kabur sebelum Aarav memakannya hidup-hidup.

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang