8. Aarav dan Bulan

1.9K 78 1
                                    

#Bulan's POV

"Assalamualaikum, Bulan pulang!" Aku yang merasakan pegal-pegal di seluruh badanku akibat naik bus, akhirnya bisa kembali kerumah untuk beristirahat. Ah, akhirnya. Welcome to hibernation.

Mamah yang melihat kedatanganku segera menghampiriku. "Waalaikumsalam, akhirnya sayangnya Mamah udah pulang."

Aku tersenyum dan mencium tangan Mamah. "Iya, Mah. Bulan capek banget, kegiatan di sekolah hari ini padet banget."

Mamah terkekeh. "Yasudah, kamu ganti baju dulu, ya, abis itu kita makan bareng," titahnya lembut.

Aku kembali tersenyum. "Siap, Mah. Bulan ganti baju dulu, ya."

Secepatnya aku bergegas menuju kamar untuk berganti pakaian. Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar dengan pakaian santai yang terkesan informal. Ya iyalah, kalau pakai dress mau kondangan namanya.

"Mamah!"

"Eh, udah selesai ganti bajunya? Ayo duduk kita makan," titah Mamah.

Aku tersenyum dan duduk dikursi yang bersebelahan dengan Bintang.

"Nah, kalian makan, ya. Mamah udah masakin ayam goreng kesukaan kalian," kata mamah antusias sambil menaruh satu potong ayam goreng ke atas piringku dan piring Bintang.

Aku tersenyum senang. "Makasih, Mah," ucapku.

"Makasih, Mah," ucap Bintang.

Saat hendak makan, tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. "Eh, iya, Mah."

"Iya, Sayang?"

"Papah kemana?" tanyaku yang sedari tadi tidak melihat tanda-tanda keberadaan Papahku itu.

"Tadi Papah nelpon, katanya malam ini pulang terlambat karena masih banyak kerjaan di kantor. Papah nyuruh kita makan duluan aja," jawab Mamah.

Aku manggut-manggut. "Oh, gitu."

"Yaudah, ayo makan mumpung masih anget."

"Iya, Mah."

"Bintang!" Mamah memanggil Bintang.

"Iya, Mah, kenapa?"

"Tadi sore Ria nelpon Mamah, katanya kamu udah mulai latihan cheers lagi, ya?"

Aku yang mendengar pertanyaan Mamah tiba-tiba langsung tersedak oleh makananku sendiri. Kaget, sejak kapan Bulan yang berperan sebagai diriku berlatih cheerleader?

Uhukuhuk!

"Yaampun, Nak. Pelan-pelan dong." Mamah segera memberikan segelas air padaku. "Ayo minum dulu."

Aku buru-buru meneguk segelas air putih yang diberikan Mamah, lalu mengatur napasku perlahan-lahan. "Huh."

"Pelan-pelan, ya, makannya. Sampai keselek gitu kamu ah."

Aku cengengesan. "Hehe, iya, Mah. Bulan terlalu semangat, maaf."

Mamah mengangguk dan beralih pada Bintang lagi. "Jadi gimana tadi, kamu kesulitan gak latihannya?"

Bintang menganggukkan kepala pelan. "Sedikit kesulitan, sih, Mah. Tapi untungnya Ria sama Lilly tuh sabar banget ngajarinnya, jadi aku cepat bisa, deh."

"Eum… bagus deh, jadi Mamah gak perlu khawatir lagi."

Aku memasang ekspresi tak percaya. Benarkah seorang Bulan yang lugu dan polos bak Dewi dari khayangan akan perfom dengan gaya jumping ala-ala cheerleader? Aneh rasanya. Ah, apa mungkin pandangan mereka terhadap Bulan yang berani melawan Sella sama seperti keterkejutanku saat ini? Aigooo, daebak!

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang