9. Phobia Gelap

1.8K 73 1
                                    

Bulan menatapnya penuh penasaran. "Karena?"

Aarav mendekatkan wajahnya pada wajah Bulan. "Karena gua peduli sama lo."

Seketika, Bulan menghentikan langkahnya dan berdiam diri sambil menatap Aarav.

"Apa lo bilang?"

"Gua peduli sama lo, Bulan!"

Bulan terdiam sejenak, menatap Aarav dengan tatapan yang sulit diartikan. Detik berikutnya, gadis itu tertawa renyah. "Haha."

Aarav menaikkan alisnya. "Kenapa lo ketawa? Ada yang lucu?"

Bulan menunjuk Aarav. "Ya lucu lah, lo tiba-tiba bilang peduli sama gua. Kan, aneh."

Aarav mendesah berat. "Aneh gimana?"

"Ya aneh aja, sejak kapan lo peduli sama gua?"

"Emang kalo kita mau peduli sama seseorang harus ada alasan khusus, ya?" tanya Aarav.

Bulan menepuk pundak Aarav. "Udah, ya gausah dibahas lagi. Gua mau cabut dulu, dah!"

"Gua belum selesai ngomong, Lan."

Bulan segera berlari menjauhi Aarav. "Gua sibuk, bye!"

Aarav menghentakkan kakinya kesal. "Astaga!"

Bulan pergi ke gedung gymnasium sekolahnya, disana ia tertarik untuk bermain basket di lapangan basket yang sepi siang itu.

Bulan melakukan sedikit peregangan. "Udah lama gua gak main basket," ujarnya.

Gadis itu mengambil basket dari dalam keranjang dan mulai men-drubling bola basket. Tanpa ia sadari, Aarav sedang memperhatikannya dari pintu gedung.

Sudut bibir lelaki itu terangkat dan membentuk sebuah senyuman. "Boleh juga cara main lo!"

Bulan berhenti men-drubling bola dan menoleh kearah sumber suara. "Ngapain lo disini?"

"Tempat ini dibangun buat umum kali, bukan punya nenek moyang lo, kan?"

Bulan berdecak pelan. "Ck, sinting."

Aarav berlari kearah Bulan dan merebut bola dari tangannya.

"Woi!" teriak Bulan jengkel.

Aarav men-drubling bola ditangannya dan melakukan shooting dengan satu tangan.

'Shoot'

Bulan cukup terkagum melihat bola yang berhasil masuk kedalam ring basket. Refleks gadis itu bertepuk tangan. "Woah, daebak!"

Aarav menaik turunkan alisnya beberapa kali. Lelaki itu menyibakkan rambutnya dengan gaya cooly khas Jauzan Aarav. "Gimana, keren gak gua?"

"Keren," jawab Bulan spontan sembari mengacungkan jempolnya. Gadis itu membulatkan matanya sempurna, dan langsung membekap mulutnya sendiri.

Aarav menghampiri Bulan dan mencubit pipi gadisnya. "Gemesin banget sih, lo."

Bulan memukul tangan Aarav. "Ish, apaan, sih."

"Aish, tempramen banget sih, lo!"

"Bodo!"

"Nyebelin!"

Bulan menye-menye. "Gua emang nyebelin."

Aarav berkacak pinggang. "Daripada ribut mulu, mending kita tanding one by one!" tantangnya.

"Of course, siapa takut."

Lantas, Aarav melempar bola kearah Bulan. "Silakan, ladies first."

Bulan tersenyum simpul. "Thanks."

Bulan dan Bintang [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang