Sella dan kawan-kawannya tertawa puas di sepanjang koridor malam itu. Mereka terlihat sangat bahagia karena suatu hal.
"Haha, mampus! Rasain tuh si Bulan!" kata Meri yang belum berhenti tertawa.
"Dia pasti ketakutan banget kekunci di kelas yang gelap, haha."
Sella tersenyum licik. "Biarin aja dia disana sampe besok, biar semua orang bisa ngeliat keadaannya yang mengenaskan."
"Gua yakin, tuh anak pasti udah pingsan sekarang."
Seorang laki-laki berlarian dengan begitu panik, hingga ia tak sengaja menabrak Sella.
'Bruk'
"Aww!"
"Sorry, gua gak sengaja."
Sella mendongak. "Aarav?"
Aarav sedikit heran melihat keberadaan Sella disana malam-malam begini. Tunggu… apa jangan-jangan?
"Lo ngapain disini?" tanya Aarav memastikan kecurigaannya.
Sella membuang muka. "Bukan urusan lo! Yuk gays kita cabut."
"Ayooo!"
Aarav menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mencurigakan banget gerak-geriknya." Tak lama ia kembali berlari menuju ruangan kelas yang terkunci dari luar.
Aarav segera mendobrak pintu dan memanggil-manggil nama Bulan. "Bulan!"
"Rav!" lirih Bulan yang masih duduk memeluk lututnya di bawah meja.
Aarav yang melihat kondisi Bulan saat itu sangat mencemaskannya, ia segera menghampiri dan memeluk Bulan.
"Gua takut, hiks…"
"Sutt, gua ada disini. Lo gak perlu takut lagi sekarang."
Bulan mengeratkan pelukannya pada Aarav. "Bawa gua pergi dari sini, Rav."
Aarav mengangguk, lalu memapah tubuh Bulan dan membawanya keluar dari ruang kelas yang diliputi kegelapan itu.
Tak lama, lampu sekolah kembali menyala. Sudah tidak ada lagi kegelapan yang membuat Bulan takut.
"Ada yang turunin saklarnya, tadi gua minta Ridho buat cek." Aarav memberitahu Bulan yang mungkin saja sedang bertanya-tanya.
"Maksud lo, gua dijebak?"
Aarav mengangguk. "Ya, ada orang yang sengaja ngunci lo terus matiin listriknya."
"Sial, bisa-bisanya dia tau kelemahan gua," keluh Bulan.
Aarav mengernyit. "Kelemahan lo?"
"Iya, gua phobia gelap," jawab Bulan.
Aarav memiringkan kepalanya. Bulan phobia gelap? Bukannya Bulan phobia suara petir, ya? Ah, sudahlah lupakan saja.
"Gua yakin ini pasti ulah Sella. Tadi gua papasan sama Sella CS di koridor."
Bulan menatap Aarav. "Kenapa kita gak cek CCTV aja buat mastiin?"
Laki-laki itu terdiam sejenak. Benar juga apa kata Bulan, CCTV akan memperlihatkan kebenarannya. "Ayo!"
***
Aarav dan Bulan sudah berada di dalam mobil Pajero hitam yang terparkir di halaman utama gedung SMA Pandu. Kedua remaja itu masih memperhatikan layar ponsel produksi apple yang sedang memperlihatkan aksi keempat remaja sepantaran mereka yang tertangkap basah mengunci Bulan di kelasnya.
"See, kecurigaan gua bener, kan. Emang si Sella biang keroknya," kata Aarav.
Bulan memberikan ponsel ditangannya kepada Aarav. "I know. Lo simpen baik-baik bukti rekaman CCTV. Sekarang giliran gua yang beraksi membalas perbuatan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan dan Bintang [On Going]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] [UPDATE SETIAP SABTU PUKUL 20.00 wib] Berkisah tentang Bulan dan Bintang, dua gadis kembar dengan karakter yang bertolak belakang, mendatangkan alur cerita baru dalam kehidupan keduanya. Kehidupan dua remaja itu dipenuhi...