U.14 : The YG Show

5K 470 28
                                    

Lalisa memperhatikan coretan-coretan Jiyong, sebuah coretan-coretan tidak jelas tetapi Lalisa tidak bisa banyak bergerak saat ini seperti biasa. Suasananya sedang serius dan Jiyong sedang mengeluarkan aura leader-nya. Lalisa jadi takut untuk sekedar meledek karena Teddy saja sampai ikut memperhatikan atau setidaknya menambahkan coretan-coretan tidak jelas diatas selembar kertas tersebut.

''Kau ingat skandal Jennie?'' tanya Jiyong.

Lalisa mengangguk, dia tidak bisa melupakan skandal itu. Ia belum ada dua tahun setelah ia masuk ke YG saat berita itu jadi bahan omongan para trainee, dari penjelasan Rose saat itu ia mengatakan YG punya semacam kutukan. Setiap akan merilis lagu, baik sebelum dan setelahnya, ada saja berita yang ingin membuat publik lebih fokus pada skandal tersebut dibandingkan karya yang YG keluarkan.

Saat itu Jennie yang sedang beruntung mendapatkan kesempatan untuk bekerjasama dengan Jiyong berakhir menjadi ketidakberuntungan karena justru ia yang menjadi pemberitaan media. Jiyong tetaplah jadi sasaran media, hanya saja waktu itu tidak ada yang bisa diberitakan maka media menggunakan Jennie.

Pertama mendengar skandal itu, Lalisa tidak mempercayainya. Jennie adalah gadis yang sangat baik dan sangat menggemaskan. Skandal itu hanya semacam kejutan mental diantara trainee. Cacian yamg Jennie terima tidak main-main.

''Kasus itu akan dibahas lagi saat kalian sudah debut.''

''Hah?'' Lalisa kebingungan dengan penjelasan Jiyong.

Jiyong mengetuk kening Lalisa, ''Kau daritadi mendengarkan atau tidak?''

''Sedikit?''

Wajah Jiyong berubah datar, dia sudah berbicara panjang lebar sampai menggambar-gambar di kertas dan Lalisa tidak memperhatikan. Kalau bukan kesayangan, Jiyong malas melakukan semua ini.

''Aku banyak kerjaan untuk debut oppa. Pikiranku kemana-mana, mian.''

''Jadi aku tidak perlu menjelaskan soal ini? Kau istirahat saja kalau begitu.''

Teddy memukul pelan belakang kepala Jiyong, ''Kau ini! Dia baru mengeluh sedikit, kau sudah memanjakannya. Tetap pada rencana pertama!''

Jiyong mengelus belakang kepalanya, mencebikkan bibir. ''Jadi aku yang kena,'' gerutunya.

Lalisa menahan tawa, dia bercanda soal mendengarkan penjelasan Jiyong sedikit. Dia hanya tidak mengerti mengenai kalimat Jiyong yang terakhir. Menjadi kurang ajar sedikit karena dia senang menggoda Jiyong, penghiburnya dengan semua kesibukan akan debut.

''Dia pasti sudah dijelaskan dengan tim-nya, hyung. Sistem disini masih sama, kan? ''

''Kau tidak mau menjelaskan padanya?''

''Kalau Lisa mau, biarkan pikirannya istirahat sebentar.''

''Oppa,'' Lalisa mengelus tengkuknya, tidak enak candaannya dianggap serius yang berujung sebuah perdebatan. ''Lanjutkan saja, aku hanya menggoda oppa tadi.''

"Kau harus berhenti menggodaku."

"Kenapa?"

"Jangan tanya kenapa!" Teddy berteriak, menutupi telinganya. "Kau tidak ingin mendengarnya, Lisa-ah."

Alis Lalisa menyatu, justru karena Teddy berteriak demikian, Lalisa jadi semakin ingin tahu. "Kenapa oppa?"

"Karena aku tergoda,'' bisik Jiyong ke telinga Lalisa.

''See? I'm out!'' Teddy mengangkat kedua tangannya. Mengambil ponsel diatas meja sebelum keluar dari studio. Apa yang dikatakan Jiyong semacam penghinaan atas karya-karyanya. Teddy merasa kotor dengan mendengar itu, hal terakhir yang ingin ia lihat adalah melihat Jiyong melakukan flirting pada Lalisa meski gadis itu seperti biasa gagal untuk paham ada makna tersembunyi dibalik setiap candaan yang Jiyong lontarkan.

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang