U.22 : Is this the end of us?

3.8K 416 34
                                        

Lalisa mendesah, rasanya lima menit terakhir sebelum Jiyong melangkah pergi seolah ada tangan yang mencekiknya.

Jiyong meninggalkan Lalisa dengan beribu pertanyaan yang tertinggal di benak. Lalisa sama sekali tidak mengerti maksud dari kedatangan Jiyong, semua yang dikatakan Jiyong, dan maksudnya apa.

Tersadar, Lalisa bangkit dan buru-buru keluar dari lounge area, menahan orang pertama yang ia lihat, "Lihat Jiyong oppa?" tanyanya.

"Eungg... saya tadi melihatnya di toilet."

"Terima kasih," ucap Lalisa tanpa membuang waktu segera berlari menuju toilet di lantai yang sama. Ia menghela napas lega melihat Jiyong baru saja keluar dari toilet.

"Lisa? Ada apa?" Jiyong membatalkan menaikkan tudung hoodie-nya melihat kedatangan Lalisa.

Lalisa mengatur napasnya, "Hanya itu yang oppa ingin sampaikan?"

Lalisa berharap Jiyong menjawab tidak, lebih jelas menyebutkan apa maksud ucapannya. Jelly pemberian Jiyong adalah sesuatu yang penting, mempunyai makna tersendiri. Menjadi penghitung mundur atas siksaan menunggu kembalinya Jiyong dan agar ia berhenti menyiksa diri sendiri, menyimpan perasaannya.

"Ya."

Lalisa kecewa tapi tidak mampu mengatakannya.

"Aku ada urusan disini dan sebagai sunbae yang cerewet, aku memberikan sedikit pesan denganmu. Kenapa?"

Lalisa menggeleng lemah, "Tidak apa-apa."

Lalisa ingin bertanya soal jelly, ia tidak masalah kalau harus kembali tidak mendapatkan kabar apa-apa dari Jiyong tapi soal jelly itu, ia merasa sedih Jiyong mengatakan untuk membaginya dan berhenti memakannya.

Lalisa ingin sekali menanyakannya tapi ia tahan, jauh di dalam lubuk hatinya, ada bisikan untuk tidak bertanya kalau ingin selamat. Kalau masih ingin terlihat baik-baik saja setelah pembicaraan aneh dengan Jiyong.

Lebih banyak jawaban yang akan membuatnya menangis daripada tersenyum jadi lebih baik Lalisa tidak menanyakan, membuat asumsi sendiri untuk menyelamatkan hatinya.

"Lisa."

"Ya, oppa?"

"Aku punya banyak pikiran sekarang, can i hug you until i feel okay?"

Lalisa terkejut dengan permintaan Jiyong tapi seketika hatinya merasa lega. Asumsinya seolah benar bahwa Jiyong hanya sedang banyak pikiran, melewati banyak hal sulit di tempatnya wajib militer, dan ia masih sakit, percakapan mereka sebelumnya salah satu dampak dari semua itu.

Ini di koridor lantai dua, meski tidak terlalu banyak yang berlalu-lalang tapi tetap saja akan ada saksi mata. Lalisa selalu berusaha mengurangi interaksi akrab dengan Jiyong jika ada pegawai YG yang tidak ia kenali.

Memeluk bukanlah hal yang mudah, banyak gosip yang akan tersebar dan ia tidak akan berhenti dibicarakan. Lalisa selalu menghindari itu tetapi gadis itu justru melangkah maju, memutus jarak, menyelipkan tangannya diantara tangan Jiyong dan tubuh pria itu, kemudian mempertemukan tangannya dibalik punggung Jiyong.

Lalisa bisa merasakan tubuh yang ia peluk menegang sebelum perlahan rileks lalu membalas pelukannya.

Ia tersenyum, ia berniat menghibur Jiyong dengan cerita-ceritanya tapi tidak berhasil, kalau dengan memeluk Jiyong bisa membuatnya merasa lebih baik. Lalisa dengan senang hati melakukannya. Sejak melihat sosok Jiyong, ia juga sangat ingin memeluknya tapi ia tahan dan sekarang Jiyong sendiri yang meminta, ia tidak akan menyianyiakannya.

Lalisa ingin membantu meringankan beban Jiyong meski harus membuatnya menjadi bahan gosip. Lalisa tidak apa-apa.

"Semuanya baik-baik saja oppa," bisik Lalisa.

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang