U.2.2 : Ride or Die

5.7K 509 106
                                    

Teror yang diterima Lalisa bukan hanya sekedar pesan berisi kata-kata menyakitkan dan mendapatkan kiriman hal-hal menyeramkan ke dorm mereka. Yang paling tidak nyaman adalah ketika BlackPink memiliki konser atau acara di negara lain terutama di China, bel kamar hotelnya terus berbunyi, di tengah malam saat ia membutuhkan istirahat yang cukup tapi justru membuatnya stress.

Telfon dari nomor-nomor tidak dikenali terus berdatangan bahkan yang paling terburuk, ada telfon dari pria yang menanyai harganya per malam seolah Lalisa adalah pekerja seks. Nomornya telah disebar untuk hal-hal negatif dan Lalisa tidak tahu sampai kapan bisa tahan melewati semuanya.

Jennie memilih tidur bersama Lalisa untuk malam terakhir mereka di Beijing, sadar sasaeng Jiyong di China lebih agresif dan Lalisa butuh seseorang untuk mengalihkan pikirannya.

"Sini ponselmu, matikan saja. Aku juga sudah meminta penjaga untuk mengawasi kamar ini."

Jennie berbaring menyamping menghadap Lalisa, memperhatikan gadis itu yang menonaktifkan ponselnya kemudian menatap langit-langit kamar.

"Jangan biarkan mereka menang," desis Jennie, "Menyianyiakan apa yang kalian berdua perjuangkan untuk mereka sama sekali tidak imbang."

Lalisa melirik Jennie, tersenyum tipis.

"Aku tahu, unnie."

"Kau dan Jiyong oppa itu relationship goals ku, you know?"

Lalisa terkekeh.

"Kau... kau tahu Jiyong oppa sekarang ada dimana?"

Lalisa mengangguk.

"Oppa datang kesana karena acara teman dekatnya."

Lalisa berbaring menghadap pada Jennie tersenyum tipis, "Ya, unnie."

Jennie menghela napas, mengelus lengan Lalisa kemudian menjadikan telapak tangannya sebagai bantal sambil bibirnya mengerucut, "Fase kalian saat ini adalah fase yang terberat jadi kau harus kuat."

Lalisa menahan tawa, "Unnie berbicara seolah berpengalaman saja."

"Ya!" Jennie melotot.

Lalisa tertawa terbahak-bahak, puas menggoda Jennie.

Setelah puas tertawa, Jennie kembali menatap Lalisa dengan serius. Mau tidak mau, Lalisa ikut membalas tatapan itu sama seriusnya.

"Aku yang melihat perkembangan hubungan kalian, kalau sesuatu terjadi pada hubungan kalian, aku orang yang paling patah hati."

Lalisa tersenyum tipis, "Kenapa semua orang begitu mengkhawatirkan hubunganku dan oppa? Ya, memang berat tapi kami justru semakin belajar mengenal satu sama lain lebih baik."

Jennie memutar bola matanya, "Too much information tapi aku senang mendengarnya."

"Thank you, unnie."

"Nevermind, good night, Lisa."

"Good night."

Lalisa memejamkan matanya, berusaha untuk tidur tapi karena sama sekali tidak merasa mengantuk, ia membuka mata untuk melirik ponsel miliknya lalu ganti melirik Jennie yang tidur disampingnya. Satu hal yang Jennie tidak tahu, saat ini ia dan Jiyong sedang bertengkar. Bukan karena sasaeng tapi karena Jiyong yang masih tidak menuruti permintaan untuk memperkenalkannya kepada teman-teman pria itu.

Jiyong terbuka mengenai hubungan mereka di teman-teman pria itu tapi untuk memperkenalkan, Jiyong masih menolak. Lalisa tidak mau menjadi gadis yang banyak menuntut tapi ia ingin masuk ke dalam dunia Jiyong dengan lebih mengenal lingkungan pergaulannya.

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang