Dibalik Lalisa yang selalu memberikan terbaik untuk penggemar. Ada Lalisa yang membaca komentar jahat, mendapatkan teror, tidak memiliki privasi dan nyaris merenggut nyawa. Sejak awal Lalisa sudah tahu resiko menjadi seorang publik figur. Demi Tuhan, kalimat itu terlalu sering ia dengar sebelum debut. Terlalu sering sampai Lalisa hapal dengan baik.
Entah dari mana agenda publik figur harus menerima semua resiko itu dimaklumi. Diwajari dan menjadi sebuah kesepakatan setiap kali kelemahan seorang publik figur muncul dipermukaan dianggap sebuah kesalahan. Setiap keluhan dianggap tidak pantas.
Idola pantas menerimanya karena resiko publik figur. Sebuah kalimat dan persetujuan untuk membunuh bersama-sama.
Lalisa gadis yang kuat tapi manusia selalu ada batasan kekuatannya. Kehancuran pertama adalah ketika sasaeng dengan berani mencoba membunuhnya. Baik ia dan anggotanya yang lain mendapatkan trauma berkepanjangan yang selalu tertahan untuk dibahas karena terlalu menakutkan.
Lalisa pun enggan membahas kejadian itu lagi melihat bagaimana Chaeyoung kesulitan berhenti menangis, Jennie nyaris kesulitan bernapas tapi tetap mencoba kuat untuk Lalisa, dan Jisoo yang selama beberapa malam terus menemani Lalisa tidur sementara gadis itu sama ketakutannya.
Namun, untuk malam ini keempatnya sepakat untuk melakukan pesta piyama di ruang tengah. Sepakat untuk membahas semua kejadian yang terjadi pada mereka akhir-akhir ini yang publik sama sekali tidak tahu menahu. Salah satu alasan pesta piyama dadakan diadakan adalah untuk pertama kalinya semenjak debut, Lalisa mendapatkan teguran.
Si gadis paling patuh — kecuali mengenai kencan — pada aturan agensi.
"Mereka keras padamu?" tanya Jisoo.
Lalisa menggeleng, "Mereka mengerti keadaanku. Meminta aku datang untuk berkonsultasi kalau ada kesulitan."
"Aku tidak mau ikut campur tapi kau ada apa dengan Jiyong oppa?" tanya Chaeyoung, wajah tanpa riasan membuatnya seperti anak kecil. Matanya menjadi poin penting untuk bisa membaca apa yang gadis itu pikirkan.
"Aku tidak tahu," gumam Lalisa, dia menjawab jujur. "Aku juga tidak tahu," ulangnya.
Jennie duduk mendekat, memajukan tubuhnya, "Ceritakan."
Lalisa bukan tidak punya pilihan tapi dia mulai tidak bisa mencari jalan keluar sendiri. Semangat dirinya yang tidak ingin membiarkan Jiyong berperang sendiri untuk mempertahankan hubungan mereka pudar karena Jiyong serasa menyerah duluan. Sementara Lalisa butuh kekuatan dari Jiyong.
Pada ketiganya, Lalisa menceritakan. Ia berpikir ketiganya pantas untuk mengetahui karena efek dari hubungannya juga berimbas kepada mereka. Merasa bersalah, tentu.
Lalisa menceritakan semuanya, tentang teror awal. Tentang bagaimana sulitnya menerima semua itu diawal tapi Jiyong selalu berusaha membuatnya lebih baik. Tentang ketakutannya hubungan bersama Jiyong diketahui banyak orang. Tentang perubahan Jiyong setelah pria itu mengatakan untuk mempercayainya.
"Kau juga tahu oppa," ucap Jennie, berucap pelan dan hati-hati, "Oppa tidak pernah takut apa pandangan orang-orang selama dia merasa tidak melakukan yang salah. Memangnya apa yang salah dengan jatuh cinta?"
Chaeyoung tersenyum, mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Gadis yang mudah tersentuh dan menyukai hal-hal romantis itu tentu langsung menyetujui.
"Aku bilang aku mendukung kalian, kan? Itu karena aku tahu seberapa besar perasaan oppa. Oppa tidak mungkin berubah begitu saja dengan cepat. Seperti yang oppa katakan, percaya saja."
"Jiyong oppa tidak bisa begitu saja mengatakan percaya-percaya dan berubah setelahnya," ucap Chaeyoung, mengutamakan Lalisa sudah menjadi pilihan gadis itu sebagai sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unemotional (DONE)
Fanfiction(Lanjutan YG Princess & Queen) Lalisa pikir akan baik-baik saja setelah Jiyong pergi untuk melaksanakan tugas wajib militernya. Ternyata yang ia pikirkan itu jauh dari kenyataan, ada tempat kosong yang ditinggalkan Jiyong setelah pria itu selalu pe...