U.2 : Embrace

9.2K 721 72
                                    

"Yo! Yo! Kau mau kemana Raesungie?"

Lalisa menyapa dengan heboh Raesung yang baru saja keluar dari studio. Melihat wajah mengantuk dan kusut Raesung, Lalisa yakin anak didik Teddy tersebut belum tidur sejak semalam. Kebiasaan para pembuat lagu di YG, jadwal tidurnya terbalik.

Sejam lagi ia harus syuting BlackPink House, jalan-jalan melihat keadaan Teddy dan yang lainnya bisa membantu Lalisa untuk semangat. Setidaknya ada orang bisa ia recoki.

"Sarapan dan cuci muka," jawab Raesung tidak bersemangat.

"Wae? Wae? Dimana semangat pagimu?"

Raesung mendengus, mengibaskan tangan dan berlalu begitu saja. Lalisa mengerucutkan bibirnya diabaikan seperti itu. Tidak mau merusak harinya, Lalisa membuka pelan pintu studio tempat Raesung tadi keluar — studio iKon. Lama sebelum debut, Hanbin memang sudah dekat dengan Raesung dan selalu saling meminta pendapat satu sama lain mengenai musik bikinan masing-masing atau bisa dikatakan Raesung seperti anggota ke delepan iKon.

Hanbin duduk di depan komputer dengan headset yang terpasang di telinga. Lalisa masuk dengan pelan, saking seriusnya Hanbin sama sekali tidak menyadari kedatangan Lalisa. Pria itu baru tersadar setelah Lalisa duduk disampingnya.

Hanbin melepaskan satu headsetnya, "Apa?"

"Aniyo, lanjutkan saja pekerjaan oppa."

"Aku sedang tidak mau di ganggu, Lisa-yah."

Tangan Lalisa bertumpu diatas paha, duduknya tegap, "Aku akan diam seperti ini, lagipula aku ada jadwal."

"Kenapa aku menyangsikan kau akan diam seperti itu?"

Lalisa melemaskan tubuhnya, tersenyum lebar. Tidak melupakan satu kedipan matanya untuk membenarkan pertanyaan Hanbin.

Hanbin menghela napas, "Aku sedang bekerja Lisa."

"Santai oppa, santai. Oppa terlalu tegang," Lalisa menepuk-nepuk bahu Hanbin. Dulu ia sangat takut dengan leader iKon ini, pria itu benar-benar sangat menyeramkan saat bekerja. Bukan hanya dari nada suaranya tetapi bahasa tubuhnya. Tetapi setelah mencoba mengakrabkan diri dengan Hanbin, Lalisa menemukan kalau Hanbin hanya bersikap menyeramkan karena tuntutan pekerjaan dan tanggungjawab.

Biasanya Lalisa akan menghormati siapapun yang sedang bekerja di studio rekaman maupun diruang latihan namun Hanbin terlalu memaksakan diri. Gadis itu yakin Hanbin belum pulang, Raesung saja sudah kusut sekali.

Hanbin melepaskan headset dan menaruhnya dengan cara melemparnya keatas meja. Ia mengusap-usap wajahnya, mengucek matanya yang sudah menatap komputer sejak semalam.

Getaran di ponsel Lalisa membuatnya berhenti menepuk bahu Hanbin, ia mengeluarkan ponselnya dan tersenyum membaca pesan yang baru saja diterima.

"Kenapa kau senyum-senyum?"

Lalisa mengangkat kepalanya dari ponsel yang fokus membalas pesan yang baru ia terima. "Pesan dari Jiyong oppa," ujarnya sambil tertawa pelan.

"Apa kau sesenang itu?" Hanbin mengerutkan keningnya. "Apa hyung mengirimkan pesan yang lucu sampai kau tertawa?"

"Bukan, hanya pesan pendapatnya mengenai hasil desainku."

"Terus apanya yang lucu sampai kau ketawa?"

Lalisa menepuk bahu Hanbin sekali lagi, prihatin dengan pria yang sering menulis lagu cinta namun hal kecil begini saja tidak mengerti. Ya, mumpung orang yang hanya bisa membuatnya mengakui perasaannya dalam hati sedang tidak disini, Lalisa ingin menggurui sekali-kali.

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang