U.2.9 : Thinks I, to Myself

4.2K 355 59
                                    

Rooftop YG gedung lama menjadi saksi beberapa artis dibawah naungan gedung itu sebagai tempat penghilang stress. Pernyataan cinta, pembicaran hati ke hati, pelukan tanpa sepatah kata, dan maupun air mata.

Tempat tersebut sudah menjadi tempat favorit untuk mengalihkan pikiran dan menjadi sosok yang paling jujur untuk diri sendiri. Lalisa tidak melupakannya meski gedung baru telah berdiri tegak.

Seminggu setelah mendengar kalimat panjang Jiyong, sibuk dengan jadwalnya — tanpa komunikasi sekalipun — membuat Lalisa butuh tempat ini. Ia memiringkan posisi duduknya, mengangkat lutut dan memeluk lututnya.

Dingin.

Matanya memandangi tempat kosong disampingnya, mengingat beberapa hari setelah kepulangan Jiyong dan mereka berdua yang berusaha terbiasa kehadiran satu sama lain duduk bersampingan.

"Seperti mimpi, huh?" tanya Jiyong saat itu, Lalisa meliriknya tapi Jiyong memilih untuk melihat langit malam tanpa bintang diatas kepala mereka. Melihat langit yang kelam dan beberapa jam ke depan bumi akan ditutupi salju.

"Ya," Lalisa menjawab.

Kemudian kembali hening sebelum beberapa menit kemudian tangan kiri yang dia letakkan disamping badan terasa hangat. Lalisa menoleh, melihat Jiyong mengenggam tangannya.

Lalisa tersenyum, membalas genggaman tangan itu. Masih canggung, perbincangan lewat facetiming dan telfon selama Jiyong melakukan wajib militer sangat berbeda dengan mereka yang berhadapan dengan sosok nyata. Tapi Lalisa tidak protes, justru menemukan dirinya menjadi sangat clingy pada Jiyong.

"Apa kau tahu aku sudah lama menyukaimu?"

Topik ini. Topik yang tidak pernah mereka bahas setelah Lalisa berlari ke pelukan Jiyong, mereka berdua memilih untuk membagi cerita kegiatan masing-masing karena itu lebih penting saat itu. Masalah yang sedang dihadapi. Tidak ada perbincangan tentang dahulu tapi Jiyong ingin membahasnya.

"Tidak, tidak pernah terpikirkan, oppa," Lalisa menjawab jujur. Sekali pun waktu kembali diputar, ia tidak akan pernah berpikir seorang Kwon Jiyong akan menyukainya. Memberinya semangat selama melakukan wajib militer. Melakukan banyak hal gila untuknya dan terlambat ia sadari terlalu banyak yang Jiyong telah lakukan demi dirinya.

"Itu karena aku juga tidak berpikir ingin bersamamu."

Lalisa memajukan tubuhnya, menoleh untuk memberikan Jiyong tatapan cemberut khasnya.

Jiyong terkekeh, "Aku serius. Aku hanya ingin melihatmu berhasil debut, berdiri diatas panggung, dicintai banyak orang, dan menjadi gadis Thailand yang sukses."

Ganti Lalisa yang terkekeh — hanya sekedar menutupi rasa gugupnya. Kenyataannya, Jiyong membuat semua yang ia katakan menjadi kenyataan. Membuatnya kembali mengingat memori tentang bagaimana Jiyong membantu mereka. Membantu untuk tetap bertahan melihat beberapa anggota asli dari BlackPink pulang satu persatu. Jiyong banyak ikut andil, kehadirannya tidak sering. Terkesan jarang tapi selalu berkesan dan membantu.

"Aku mengira aku cukup jadi seniormu tapi ternyata aku tidak bisa melihatmu dengan orang lain. Anggap saja sekarang aku sedang berhasil semua hal," Jiyong tersenyum dengan sangat lucu. Lalisa tidak tahu bagaimana menjelaskannya tapi Jiyong terlihat seperti anak kecil, begitu menggemaskan dengan menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah karena dingin tapi semakin memerah karena malu. Gummy smile yang selalu berhasil membuat terpesona.

Jantung Lalisa berdegup sangat kencang.

Lalisa hanya bisa melepaskan genggaman tangan mereka untuk jari-jari mereka bisa saling bertautan. Lebih erat.

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang