U.23 : Complicated

4.4K 451 47
                                        

3 Sept 2018

Dami dibuat terkejut dengan Jiyong yang bangun pagi-pagi, semenjak hari saya-menyerah-sebelum-perang, Jiyong selalu bangun kesiangan. Jarang berbicara dan lebih banyak tertawa mendengar lelucon dari orangtua mereka.

Jiyong adalah pria yang sangat sentimental. Di malam hari, ia akan duduk di halaman belakang. Menatap bintang. Melamun sambil memotret apa yang menarik di matanya.

Memiliki orangtua yang pengertian, tidak ada yang menganggu waktu sendiri Jiyong. Membiarkannya. Tetap bertingkah tidak ada yang salah kepada anak mereka. Sementara Dami selama tiga hari ini memilih diam di rumah, tidak bekerja dan memperhatikan Jiyong.

Tanpa perlu jauh berpikir, Dami sadar perasaan Jiyong terlalu besar.

"Kau mau pergi?" tanya Dami melihat Jiyong yang sudah rapi. Benar-benar aneh, setelah hari itu, Jiyong seperti menjadi pria dewasa pengangguran yang tidak begitu peduli penampilan. Melihatnya kembali modis — sepagi ini — membuat kening Dami berkerut.

"Ya, ke YG."

"Untuk apa? Soal pekerjaan?"

Jiyong menggeleng pelan, "Aku belum berpisah secara baik-baik."

Mendengar itu, Dami memutar bola matanya. "Cari alasan saja. Kalau berpisah, pisah saja. Mau berapa episode?"

Jiyong berdecak, "Dua hari ini aku berpikir, ada yang kurang. Aku tidak melakukannya dengan baik-baik noona."

"Dua hari ini kau melamun setiap malam hanya menghasilkan ide macam ini? Maksudku, kalau kau ingin berakhir, sudah, tidak usah menemuinya lagi. Kecuali kau menarik kembali yang kemarin, silahkan."

Jiyong lagi-lagi berdecak, kali ini tampak kesal.

"Jiyong," Dami menyebut nama adiknya dengan sabar. "Kau hanya menyiksa dirimu sendiri dengan menemuinya lagi."

Kekesalan Jiyong menguap, ia menghela napas, "Aku tahu noona tapi aku tidak bisa menahan. Aku ingin menemuinya."

"Untuk?"

"Kalau dia memintaku tinggal, aku akan tinggal."

"Kau besok harus kembali ke divisimu."

Jiyong mendengus, "Bukan tinggal yang itu noona."

"Ahhh," Dami menahan tawa, "Aku mengerti. Kalau dia tidak memintanya?"

Bahu Jiyong merosot, bibirnya mengerucut dan Dami ingin sekali menjadikannya gantungan baju jualan di toko-nya, "Sudahlah. Kau pergi, hati-hati. Kau membuatmu serasa berhadapan dengan remaja baru jatuh cinta. Terlalu banyak alasan, tidak konsisten, dan mood-nya tak menentu."

Jiyong memeluk dan mengecup pipi Dami, berteriak memanggil orangtua mereka yang masih di kamar dan pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari orangtua mereka.

Dami menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir. Kalau kemarin saja Jiyong sudah sangat kacau, bagaimana hari ini dan ia tidak tahu apa yang direncanakan otak jenius Jiyong itu.

Jiyong sungguh mirip dengan remaja yang sering lewat di depan toko miliknya. Dami sering disuguhkan potongan drama kacangan oleh pasangan remaja yang sengaja masuk ke dalam wilayah belanja untuk para dompet tebal. Kawasan itu — tepatnya berada di Apgujeong — sering menjadi pilihan pasangan remaja untuk bertengkar. Dami menontonnya untuk menghibur diri namun kadang ia menemukan dirinya merasa dongkol dengan para remaja itu. Mereka mengatakan tidak mau tapi dalam hati mau, mengatakan tidak suka tapi dalam hati suka, dan berbagai tingkah laku lainnya yang berbeda antara hati dan mulut.

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang