"Bagaimana menurut, noona?"
Jiyong menatap Dami dengan penuh harap, meminta saran dari kakaknya tersebut tentang desain rumah yang ingin ia bangun. Desain rumah yang sejak lama ia pikirkan bahkan sejak dimana privasinya terganggu, ia sudah berulang kali membayangkan rumah impiannya. Beberapa kali diubah sesuai dengan perubahan waktu dan ketika ia mendapatkan inspirasi. Keinginannya untuk membangun rumah impiannya semakin besar setelah keluar dari wajib militer. Ia merasa sudah waktunya memiliki rumah yang selayaknya dimana privasinya akan lebih terjaga.
Dami bergumam, melihat gambar kasar yang Jiyong buat.
"Sangat gayamu," gumam Dami, "Tidak minta pendapat Lisa?"
Jiyong menahan senyum.
Dami tertawa geli, "Oh please, kau terlihat seperti remaja. Aku tahu kau sangat mencintai Lisa tapi terlihat malu-malu di depan noona begini... sangat bukan dirimu."
"Aku tidak malu," timpal Jiyong, memasang wajah datar — ia berusaha.
"Kau tahu... aku hanya bertanya. Kalau kau ingin bangun rumah ini untuk inventasi masa depanmu, dimana artinya kau maksud rumah ini bukan untuk dirimu sendiri..." Dami mengedikkan bahu, "Kau perlu diskusi dengan Lisa, menjadikan rumah itu untuk rumah impian kalian berdua tapi kalau itu untuk dirimu sendiri... itu juga tidak mungkin. Rumah ini sangat besar."
"Aku mengerti, noona. Ini baru gambaran umum dari desain rumah yang kuinginkan, masih banyak hal yang kurang. Lisa bisa memberikan ide di beberapa bagian rumah terutama desain bagian dalam."
Dami mangut-mangut, melihat gambar acak Jiyong kemudian pada wajah sang adik, "Sudah sejauh mana hubungan kalian? Kau sudah pernah menyinggung soal ini? Maksudku... dia tidak takut saat kau menanyakan soal ini, kan?"
Senyum diwajah Jiyong memudar.
"Belum sejauh itu, huh?" Dami membaca perubahan raut wajah Jiyong, "Aku sudah pernah bilang, konsekuensi yang harus kau terima berpacaran dengan perbedaan umur yang cukup jauh dan dari sesama kalangan, ini. Yang lebih parah, ini Lalisa Manoban yang kita bicarakan. Gadis itu sangat besar sekarang, haruskah aku bilang lebih besar darimu?"
"Aku mengakuinya."
Dami tersenyum, "Kau bisa membahasnya dengan Lisa, asal tidak membuatnya terbebani."
"Aku tahu, noona. Aku mengenalnya cukup baik."
"Cukup baik sampai kau tahu media sudah mengetahui hubungan kalian?"
Manik mata Jiyong bertemu dengan milik Dami, jawabannya sangat jelas terlihat.
Dami berdecak.
"Bagaimana noona bisa tahu?"
"Noona punya banyak teman stylist, mereka mendengar bagaimana para idol bergosip tentangmu dan Lisa. Temanku yang bekerja di SBS sampai meminta konfirmasi soal kejadian kemarin, bagaimana kau bisa menyembunyikan itu dari noona?"
"Aku terlalu sibuk mengurusi itu."
Dami menghela napas, "Sudah selesai?"
"Setidaknya aku tahu orang itu tidak akan mendekati Lisa lagi. Noona bilang media sudah tahu?"
"Sebentar lagi, mereka sudah mendengar desas-desus. Tinggal mencari bukti, kau harus hati-hati."
Jiyong bersandar dengan lemas, mengacak-acak rambutnya, "Lisa menyembunyikannya dariku."
"Dengan mengenal sifatmu, aku juga akan menyembunyikannya."
Jiyong melirik Dami kesal, "Hanya karena noona menyukainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unemotional (DONE)
Fanfic(Lanjutan YG Princess & Queen) Lalisa pikir akan baik-baik saja setelah Jiyong pergi untuk melaksanakan tugas wajib militernya. Ternyata yang ia pikirkan itu jauh dari kenyataan, ada tempat kosong yang ditinggalkan Jiyong setelah pria itu selalu pe...