U.2.5 : Yin & Yang

5K 446 109
                                        

Jam menunjukkan angka sebelas malam tapi Lalisa masih tidak juga terlelap sementara besok pagi ia memiliki jadwal untuk syuting iklan sebelum harus terbang ke negara sakura lagi. Ia terus mengubah posisinya di atas tempat tidur. Berbagai macam cara ia lakukan agar bisa tidur tapi tidak ada yang berhasil.

Lalisa menyerah, ia mengubah posisinya menjadi duduk dan matanya langsung menangkap penghuni baru kamarnya — bunga daisy yang sore tadi dikirim oleh Jiyong sebagai permintaan maaf atas kencan mereka yang batal.

Ia sama sekali tidak mempermasalahkan kencan yang batal itu tapi yang menganggunya adalah Jiyong menjadi aneh. Lalisa tidak bisa menjelaskannya dengan jelas, berulang kali ia meyakinkan diri sendiri ini hanya perasaannya.

Ponsel yang ia genggam bergetar, membuyarkan lamunananya.

Aku diluar.

Cukup lama Lalisa menatap sebaris pesan dari Jiyong.

Buka pintunya, please.
Aku tidak bisa menekan bel dan membangunkan semua orang.

Lalisa loncat dari tempat tidurnya.

Sudah gila.

Sudah gila.

Sudah gila.

Dua kata itu Lalisa terus ulang tanpa suara, berusaha berlari menuju pintu masuk sesegara mungkin tanpa menimbulkan suara. Ia tidak tahu yang lain sudah tidur atau tidak tapi ia berharap sudah tidur dan tidak akan pernah tahu Jiyong datang.

Ini bukan pertama kalinya seorang pria datang ke apartemen tapi Lalisa yakin, Jiyong tidak repot-repot menyembunyikan dirinya sepertinya yang Bambam lakukan dulu.

Dan benar.

Lalisa membulatkan matanya melihat Jiyong sama sekali tidak berusaha menutupi dirinya selain memakai topi dan tudung hoodie-nya.

Demi Tuhan! Semua yang menempel di tubuh Jiyong bagai meneriakkan; Aku G-dragon.

Lalisa menarik tangan Jiyong masuk ke dalam, membuat pria itu tertawa.

"Sst! Oppa!"

"Hey."

"Hey?!" Lalisa melotot, tidak percaya kata itu yang pertama keluar dari bibir Jiyong yang— "Oppa habis minum?"

Jiyong tersenyum, membuka tudung dan topi dari kepalanya, "Panas sekali," ucapnya seraya menghapus keringat dikening dengan punggung tangan, "Aku hanya minum tiga kaleng."

Lalisa menghela napas, menarik Jiyong masuk dan meminta pria itu duduk. Ia berkacak pinggang melihat Jiyong langsung mengangkat Luca yang mengikutinya sejak dari kamar. Bisa dipastikan Jiyong bukan meminum wine mahal seperti tempo hari bersama Youngbae tapi beer yang dicampur dengan soju karena aromanya sangat menyengat di hidung Lalisa. Apalagi Jiyong bisa minum beberapa gelas wine tapi beer bercampur soju bukan konsumsi Jiyong.

"Lain kali aku akan membawa Iye."

"Tidak ada lain kali," sambar Lalisa, "Oppa sadar sekarang sedang apa? Siapa yang mengantar oppa kesini? Jangan bilang oppa menyetir sendiri."

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang