U.2.1 : The first wave

5.4K 524 142
                                    

"Apa yang terjadi ketika dua orang terlalu saling mencintai?"

Sepasang mata Lalisa fokus menatap layar laptop, acara baru di salah satu stasiun terkenal menyita banyak perhatian karena acara tersebut mengangkat berbagai masalah percintaan yang terjadi. Banyak orang yang melemparkan pertanyaan dan mengirimkan kisah percintaan mereka yang kemudian menjadi bahan diskusi untuk para host.

"Bukannya itu hal yang bagus?" salah satu host yang memimpin acara tersebut bertanya kepada host lain setelah membaca pertanyaan.

"Benar, pasangan penuh cinta, apa yang buruk mengenai itu?" kembali host lain ikut berkomentar.

"Kelihatannya seperti itu," salah satu host tidak sependapat.

Acara yang terdapat empat host wanita tersebut fokus pada host yang tidak setuju.

"Justru ketika dua orang terlalu saling mencintai, hubungan itu menjadi semakin berat."

"Setuju tapi hal itu tidak hanya berguna untuk sesuatu yang negatif, cinta yang berlebihan itu bisa digunakan untuk membangun komitmen yang lebih baik."

"Disitulah letak beratnya, dua orang yang terlalu saling mencintai sulit untuk membuka diri karena apa? Karena terlalu saling mencintai, ingin menanggung hal yang berat sendiri tanpa membaginya kepada pasangan."

Host utama menganggukkan kepala, "Kuncinya ada pada komunikasi?"

"Ya dan tidak perlu khawatir membagi beban pada pasangan. Bukannya sebuah hubungan dibangun oleh dua orang? Jika hanya salah satu, buat apa hubungan itu?"

Laptop tertutup dan mata Lalisa membulat.

"Daripada kau menonton masalah hubungan orang lain, keluar sekarang untuk selesaikan masalahmu sendiri."

Lalisa mengerucutkan bibirnya, berdecak kesal menatap Hanbin.

Hanbin melotot, "Ya, aku memang setuju untuk kita berteman lagi tapi kalau tahu studioku jadi tempatmu sembunyi, aku tidak akan setuju."

"Aku akan mengenalkan—"

"Lupakan, lama-lama aku jadi bahan lelucon karena hampir mendekati setengah dari anggota grup perempuan diluar sana."

Lalisa menahan tawanya, "Salah oppa sendiri, sikap oppa yang tidak biasa itu membuat mereka tidak nyaman."

"Aku tidak mau tiba-tiba berubah gentleman seperti yang mereka inginkan hanya untuk menyenangkan mereka. Standar mereka saja yang terlalu pemain tokoh drama."

Ouch.

"Dalam lima menit Jiyong hyung kesini, bereskan barangmu."

"Oppa memberitahu Ji oppa?"

"Kalau itu bisa mengusirmu darisini, kenapa tidak?"

"Oppa!"

"Lain kali bawa sesuatu agar jariku sibuk lain."

"Oppa!"

"Kalau kau sudah putus, aku tidak akan protes kau datang kesini."

"OPPA!"

Hanbin tertawa terbahak-bahak, ia berdeham begitu melihat wajah berenggut Lalisa, "Aku serius, Lisa-ah. Selesaikan masalahmu, aku berpikir hubungan kalian akan lurus-lurus saja tapi ternyata aku salah," ia menggedikkan bahunya.

"Aku akan perkenalkan temanku yang lain dan oppa rasakan sendiri."

"Ahh," Hanbin mengibaskan tangannya, "Aku menunggu mu putus saja."

Unemotional (DONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang