Namun, Jiyong membiarkannya. Tidak mengambil tindakan apa-apa. Tertegun sebentar, sebelum kembali bersikap biasa saja. Justru Taehee yang jadi panik melihat Jiyong menyantap sup-nya dengan santai sementara jumlah like, retweet, dan reply terus bertambah.
Kalau terus dibiarkan, media tidak lama lagi mencium hubungan Jiyong dan Lalisa.
"Hyung?" panggil Taehee pelan, ia kembali me-refresh untuk melihat jumlah orang-orang yang memberi respon namun postingan itu menghilang. Taehee mengedip-ngedipkan mata, mencari akun tersebut namun juga tidak ditemukan.
"Hm?"
Taehee menatap Jiyong, "Bukan hyung yang melakukannya?"
"Apa yang kulakukan?"
"Postingan itu menghilang."
Jiyong mengangguk-angguk, tertawa pelan.
"Hyung?"
"Bukan aku," ucap Jiyong, meminggirkan mangkuk yang telah kosong, "Hanya ada dua kemungkinan, pertama sasaeng-ku yang lain yang melaporkan itu atau penggemar Lisa sudah ikut turun tangan."
"Penggemar Lisa belum tahu?"
"Beberapa sasaeng-nya sudah pernah menghubungiku. Satu atau dua?" Jiyong mengerutkan kening, mengingat-ingat teror yang sama sekali tidak ada pengaruh baginya. Kondisi antara penggemar gila miliknya dan Lalisa berbeda, "Kau tidak membaca respon postingan tadi?"
"Aku membacanya dan seseorang menerjemahkan ke bahasa inggris."
Jiyong tersenyum tipis, "Artinya penggemar Lisa yang melaporkan itu."
"Kenapa hyung begitu santai?"
Jiyong bersidekap, "Apa kau juga sama?"
"Sejak tadi hyung bicara apa?"
"Menganggap hanya penggemarku yang besar dan Lisa tidak?"
"Aku tidak pernah mengatakannya," jawab Taehee, masih berusaha mencari postingan tadi. Mencari yang sudah menyebarkan tapi satu persatu postingan itu menghilang.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu."
"Kalau media mengetahuinya?"
"Biarkan," jawab Jiyong ringan, tersenyum congkak, "Memangnya kenapa? Apa aku dan Lisa membunuh seseorang?"
"Tapi Lisa—"
"Persetan," Jiyong memotong, "Aku sudah bosan mendengarnya. Apa kau pikir penggemar Lisa diam saja?"
Taehee tidak mengatakan apa-apa, mengikuti Jiyong yang keluar dari kamar membawa mangkuk bekas sarapan — kalau itu bisa dibilang sarapan dengan matahari yang sudah terbit sejak delapan jam yang lalu. Jiyong mengambil soda dari dalam kulkas kemudian duduk di sofa, menyalakan televisi dengan santai.
Jiyong melirik Taehee yang berdiri diam, terlihat berpikir.
Jiyong tersenyum tipis, "Aku hanya menawarkan mainan sebelum dipermainkan."
Anehnya, dari semua perbincangan yang membuat Taehee bingung. Kalimat Jiyong itu justru yang paling ia mengerti.
"Sudah yakin menang hyung?"
Jiyong mengedikkan bahu, "Memangnya ada permainan yang sejak awal kau tahu akan menang atau kalah?"
Taehee tidak sempat merespon karena ponsel Jiyong yang pria itu taruh diatas meja di depannya bergetar.
Taehee melirik nama yang tertera kemudian menatap Jiyong yang bergeming — tidak bergerak untuk mengangkat — atau tidak melihat meloncat dengan cepat dengan senyuman lebar melihat nama si penelfon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unemotional (DONE)
Fiksi Penggemar(Lanjutan YG Princess & Queen) Lalisa pikir akan baik-baik saja setelah Jiyong pergi untuk melaksanakan tugas wajib militernya. Ternyata yang ia pikirkan itu jauh dari kenyataan, ada tempat kosong yang ditinggalkan Jiyong setelah pria itu selalu pe...
