04 : Tertandai

1.5K 77 6
                                    

Gue mengangguk dan mengulurkan tangan untuk berjabatan dengannya, "Salam kenal, gue Valentine. Panggil saja Val."

Ia meraih tangan gue dan kami berjabatan tangan, "Zac. Zac Anderson," katanya seraya tersenyum manis.

 Zac Anderson," katanya seraya tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkejut, gue berjalan mundur dan terjatuh. "A-a-a- apa?! Jadi selama ini, lo itu si buaya... buaya penakluk wanita itu?!"

Ia memerhatikan gue yang terjatuh lalu tertawa dan beranjak berdiri, "Oh, astaga. Gue nggak nyangka lo akan segini kagetnya," ia menghampiri gue dan mengulurkan tangannya, supaya gue berdiri.

Gue meraih tangannya dan berdiri, masih dalam mode shock.

"W-well, lo nggak semenakutkan yang gue bayangkan," kata gue, memeriksanya dengan seksama, dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Ia memerhatikan gue yang sedang memeriksa parasnya, "Oke, cukup. Bisa berhenti meriksa gue kayak gini?" dia menggenggam pergelangan tangan gue yang tadinya sedang menyentuh-nyentuh mukanya.

"Oh, sorry, gue hanya penasaran," kata gue. "Nggak apa," dia tertawa, lalu menunjukkan kertas di depan muka gue, "gue sudah selesai," dia menaruh kembali kertas itu di meja, lalu setengah menyandarkan dirinya pada meja, dengan gue yang berdiri sangat dekat di depannya. Dia menatap gue sembari tersenyum, memberi kode untuk upahnya.

"Uhm, keadaan jadi sedikit berbeda sekarang, mengetahui bahwa lo itu si buay- uph."

Dia mendekap gue erat, menaruh dagunya di atas kepala gue, sambil mengusap-usap bagian belakang kepala gue. Hm. Jadi ini, ya, bakat seorang playboy? Pelukannya nyaman banget.

Tepat pada saat gue membalas pelukannya, dia dengan cepat melepaskan tangannya dari gue. Dia mengernyitkan alisnya menatap gue, seakan sesuatu yang aneh telah terjadi.

"Uh, is there something wrong?"

Dia menggeleng pelan sambil tetap memasang ekspresi bingung, "No," katanya, berjalan mundur lalu duduk. Dia memegangi kepalanya, sekarang dia yang terlihat seperti orang stres.

"Yakin nggak apa-apa? Lo terlihat seperti sedang sadar akan sesuatu yang buruk, seperti telah meninggalkan kompor menyala di dalam rumah."

Dia menatap gue seakan gue ini freak. Oh, apa dia nggak tahu apa itu kompor?

Gue berdiri terpaku, merespon tatapannya tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Tiba-tiba dia menghela nafas lalu berdiri, dan berjalan mendekati batas gedung ini yang dapat terlihat seluruh kota dari atas.

Gue menyusulnya dengan pelan dan ragu, lalu ikut berdiri di sebelahnya, menyandarkan tangan gue pada pembatas yang setinggi dada gue itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang