58 : Library

439 37 6
                                    

"Kita putus aja."

Kenny menoleh terkejut. "Apa kamu bilang?"

"Putus aja. Hubungan yang ada maksudnya adalah hubungan yang nggak sehat. Lebih baik berhenti." Pft, gue ngomong kayak gue sendiri pacaran sama ini anak tanpa tujuan. Tapi pun kalau begitu, tujuan dia lebih parah. Reputasi, harga diri karena berhasil jadian dengan Valentine Marchetti. Itu sangat---

Dia menghentikan mobilnya di tepi jalan, dan tiba-tiba mengunci bibir gue dengan bibirnya, sedangkan tangannya mencengkram lembut leher belakang gue. Setelah beberapa saat, dia melepas bibirnya dari gue.

"Pacaran sama kamu, aku nggak pernah punya motif. Aku tulus sayang sama kamu, Vally. Soal kenapa aku mau diperlakukan beda sama kamu, bukan karena ego. Tapi karena," dia menekuk bibirnya dan memancarkan tatapan cemas, "kamu sedih, dan aku, pacar kamu, nggak bisa menjadi pendengar utama permasalahan kamu. Aku bukannya mau diperlakukan beda, tapi seenggaknya sama. Aku mau dengar curhatan dari kamu, Vally. Sebanyak yang kamu cerita sama Mike, sahabatmu itu."

Gue terdiam membisu.

Kenny menatap gue sendu, sorot matanya telah membuktikan sebesar apa rasa sayangnya pada gue.

Ternyata memang selama ini, gue-lah si setan. Setan menuduh dosa yang dia lakukan sendiri pada seorang manusia biasa.

Gue menelan ludah. Sekarang, gue benar-benar telah menemukan sosok yang tulus mencintai gue. Gue telah menemukan Lucas. Hanya ada satu langkah lagi untuk menyelesaikan aturan mainnya. "Kenny Lee, apa jawaban kamu seandainya aku bilang kalau aku mau hubungan kita berlanjut... sampai di pelaminan? Apa kamu bersedia?"

Dia terdiam membisu, matanya terbelalak. "Kamu... bercanda, kan?"

Gue menggeleng. Tentu saja nggak. Sejak awal, gue telah merencanakan semuanya ketika bersama Kenny. Setelah waktunya tepat, gue akan mengujinya apakah dia tulus atau nggak-- ceklis. Dia tulus. Begitu sudah terbukti, tahap selanjutnya adalah menjamin masa depan bersamanya, terjanji, atau nggak. Ini supaya semuanya nggak sia-sia. Ujung-ujungnya, yang gue inginkan adalah long-lasting relationship, tanpa khawatir dengan adanya perpisahan--- seperti yang telah gue alami dengan si buaya. Kalau masa depan sudah terjamin, tahap terahkir--- yang paling sulit, adalah proses mencintai. Menunggu cinta datang sendirinya dari detik ke detik, waktu ke waktu.

Mata Kenny berkaca-kaca. "Ini nggak terduga. Aku emang udah membayangkan kamu dalam masa depan. Tapi aku nggak percaya kamu memikirkan hal yang sama... bahkan sedini ini."

Gue memejamkan mata, menghela nafas penuh kelegaan. Tahap kedua, ceklis. Sekarang, tinggal tahapan terahkir, mencintai.

"Jadi, kamu mau menikah sama aku?"

Dia tersenyum sangat lebar menghela tawa pelan sambil menggeleng, lalu menggenggam tangan gue, "With all my heart."

Gue tersenyum. "Thank you for loving me this much, Ken."

Dia tergelak pelan. "Apa ini berarti kita nggak jadi putus?"

"Kita putus." Kata gue lalu tergelak, "Sebagai pacar, karena mulai sekarang kita bertunangan."

Dia tersenyum. "I am thankful as well. I love you, Valentine." Katanya sambil mencium punggung tangan gue.

Gue membalas dengan mencium pipinya, "I love you too, Kenny." Semoga. Tolong kabulkan doa gue, supaya hati gue bisa mencintai anak ini.

 Tolong kabulkan doa gue, supaya hati gue bisa mencintai anak ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang