"Ah, Val, mau temani gue ke toilet sebentar?" kata Ann, menggenggam tangan gue.
"Oh, sure." Ann menggandeng gue, dan gue melambaikan tangan pada si buaya yang berjalan berdampingan dengan gue.
"Val, kok lo malah jadi jalan berdua dengan dia, sih?"
"Oh, no worries. Gue bukannya berubah pikiran, kok. Tapi ini masuk dalam persetujuan kami, bahwa gue nggak boleh menolak dalam prosesnya membuat gue jatuh atau apalah itu."
"Ah, begitu," Ann bernafas lega, "ya sudah, sekalian saja gue ke toilet, gue benar-benar mau buang air!" tawanya. "Oke!"
__"Gue selesai! Ayo kita menyusul mereka ke ruang band."
Kami menaiki lift ke lantai paling atas, lantai 8. Kami berjalan ke arah pintu besi yang besar bertuliskan : Music Studio, dan masuk.
"Ann, mana mungkin studio sebesar ini?" tanya gue, ragu.
"Bukan. Masuk dulu, yang lain menunggu," kata Ann.
Ketika masuk, gue lihat meja counter seperti di sinema. Ada dua orang penjaga.
"Ah, hi, Ann!" sapa salah satu penjaga.
"Hey, there, Ms. Tee!" sapa Ann balik dengan ramah.
"Yang lain sudah masuk, tuh. How about this sweet girl over here?" Si guru melihat ke arah gue.
"Behold, our new member!" kata Ann dengan girang.
"Wah, begitu? Baiklah, Studio 3, as usual, silakan langsung masuk!"
"Thank you!" kata Ann.
Ms. Tee membalas dengan senyuman lebar.
Gue mengikuti Ann dari belakang. Ann berjalan menuju pintu di belakang meja counter, dan ternyata di baliknya terdapat tangga melingkar dari kayu. Kami naik ke atas tangga, dan ketika sampai pada anak tangga ke 10, dapat terlihat pintu kedap suara dan jendela kecil di sampingnya yang berjajar rapi. Mirip seperti jajaran lorong kosan gue. Bedanya langit-langit, lantai, tembok, dan pintu semua terbuat dari bahan kain abu yang kedap suara. Di atas pintu-pintu, terdapat tulisan : Studio 1, Studio 2, Studio 3, sampai Studio 6. Wah, ada banyak studio? Gila!
"Ann, ini semua studio?" tanya gue terkesiap.
"Tentu, lo pikir kita sekelas 30 orang latihan di satu studio yang kecil dengan alat-alat yang hanya cukup untuk 5 orang saja?" kata Ann.
Benar juga.
"Oh begitu. Ini kita di studio 3?"
"Yep. Studio 3 sudah jadi tempat kebiasaan kami untuk latihan. Alat-alatnya paling sempurna. Kalau yang lain, ada yang simbalnya retak, senar gitar berkarat, ampli bocor, yah, begitulah, walaupun sepele, tapi menganggu. Untungnya, yang paham soal kualitas cuma anak band betulan seperti kita. Jadi, seperti kebiasaan kita, Mike selalu langganan dengan Ms. Tee untuk mengosongkan Studio 3 khusus untuk Blue Band."
KAMU SEDANG MEMBACA
can a player fall in love?
RomanceIni adalah cerita tentang seorang playboy, si ganteng. Sebut dia predator cinta terbaik. Semua tentang dirinya- sempurna. Informasi penting : dia itu adiktif. Lo nggak akan bisa lepas dari lekat tatapan matanya. Lo nggak akan bisa mengedip setelah...