32 : Degup

764 49 7
                                    

Zac's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zac's POV.

Sial.

Gue menepi dan memberhentikan mobil gue di tepi jalan. Ini berbahaya, gue nggak boleh menyetir saat jantung gue berdegup begitu keras. Pikiran gue yang nggak fokus bisa mengakibatkan gue ketabrak, gue belum mau mati.

Berkali-kali gue menarik dan menghembuskan nafas dengan menyandarkan kepala gue di gagang setir, berusaha mengontrol detak jantung gue. Tapi nggak bisa, yang ada malah gue semakin kepikiran- bibirnya yang begitu lembut, hangat, begitu manis. Semakin terpikir, jantung gue terasa seperti sedang memberontak, demo pingin pindah lapak ke tubuh orang lain yang lebih waras dari gue.

Sial, mau sampai kapan anak ini berkeliaran di dalam pikiran gue? Perlahan-lahan dia mendominasi seluruh pikiran gue, dan melahap habis seluruh akal sehat gue. Menjadikan gue gila.

Dengan bergegas gue meraih ponsel di jok sebelah gue, menyalakannya mencari kontak yang bernama 'belahan jiwa' itu, lalu meneleponnya.

"Hey, ada apa?"

Gue menghela nafas, "Mike. Gue harus apa?"

"Apaan sih, nggak jelas, nyet. Kebiasaan. Benerin kalimat lo dulu, kalau nggak gue tutup nih, gue lanjut boker," kata si keparat satu ini sembarangan.

"Gue lagi di tepi jalan," kata gue. "Terus?" tanya dia, "mau ngapain lo? Kencing di semak-semak?" tanya dia terkekeh.

"Dengerin dulu napa, gue sleding juga lo," kata gue.

"Iya, iya. Ini dengerin. Cepetan, keburu gue selesai boker."

"Barusan gue nganter Val pulang," kata gue. "Oh, habis nge-date?" tanya dia, "kenapa, ada yang nggak beres?" tanya dia tepat, seperti biasanya. Nggak tahu punya kesaktian dari Mpu mana, anak ini selalu paham situasi gue, sudah seperti hubungan insting induk dan anak piyiknya.

"Masalah. Gue nggak tahu harus bagaimana," jawab gue. "Kenapa sih?" tanya dia mulai nggak sabar, "dia marah lagi, atau gimana?"

"Bukan," jawab gue, "dia nggak marah sama sekali."

"Terus, apa masalahny- ah," kata dia tersadar, "you kissed her, did you?" tanya dia tepat, lagi. Dia terkekeh, "Dasar agresif. Baru saja jadian, sudah main nyosor saja," katanya.

"Dia yang duluan, tahu," kata gue, "gue nggak tahu kenapa dia tiba-tiba nyium gue. Yah, gue memang menyuruhnya, sih, tapi itu bercanda. Masa dia betulan selugu itu buat memercayai bercandaan gue? Biasanya saja nggak."

Terdengar tawa dia dari sebrang, "Gitu saja dibikin pusing. Dia pasti tahu jelas lah lo bercanda, ya dia cium lo karena memang mau, bukan lugu," katanya.

"Kenapa pula dia mau cium gue?" sanggah gue nggak percaya.

"Haduh, lo itu saking pintarnya jadi bego atau gimana sih," katanya, "kalian berdua kan pacaran, saling suka, ya kan? Ya wajar lah dia mau cium lo, kambing."

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang