"Elo gila!" bisiknya sambil menahan kontrol suara yang penuh tangisan itu.
Zac tergelak ringan, seolah menyetujui perkataannya.
"Will you marry me, Marchetti?"
Tak sanggup menahan emosi meluapnya, Val meraih pundak Zac dan menjatuhkan tubuhnya, "Whoa-----" membuat mereka saling bertubrukan terhadap lantai.
"---hmph," bagaikan magnet, Zac menyambut hangat lumatan lembut bibit Val yang sangat ia rindukan itu.
"I'll take that as a yes," bisiknya diikuti dengan gelakan kecil Val, sambil mereka terus saling----
"Valentine? Gimana? Ada nggak kakaktuany---ups."
Ibu kos. Datang tiba-tiba membuka pintu kamar, membuat mereka berdua terkejut dan kembali berdiri dalam sekejap.
"Y-ya, ibu? Ada apa?" tanya Val sambil meluruskan ujung roknya yang terlipat akibat perbuatan mereka di lantai barusan.
"Omaygat. Kalian berdua abis ngapain?" April, muncul tiba-tiba di sebelah ibu kos, membuat keadaan semakin canggung.
"Ah, ehm---"
"Berhasil. Kejutannya berhasil," sahut Zac tersenyum lebar.
"Oh! Did she said yes?" tanya ibu dan April dengan mata berbinar-binar. Zac menoleh ke arah Val yang sedang sangat bingung, lalu mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum. "Totally."
"Ehm, Zac...? Bisa jelasin apa yang terjadi di sini?" tanya Val dengan muka polos kebingungannya.
"Ya," jawabnya tergelak, "inget waktu April manggil elo sambil bilang ibu udah ngomel-ngomel? Itu trik, biar lo bisa naik ke atas dan lihat kejutannya. Zackie." Katanya sambil menunjuk si Kakaktua yang sedang asik mencabik-cabik kelopak mawar dengan paruhnya. "Dan ini." Zac meraih lembut tangan Val dan memasukkan cincin berlian itu di jarinya sambil tersenyum manis.
"Kita bertiga bersekongkol," sahut April. "Cie, yang sekarang udah tunangan."
Mereka semua tergelak kecil, membiarkan udara canggung kembali memasuki ruangan itu.
"Oke!" ibu tersenyum sambil menatap satu-persatu anak-anak itu. "Ibu pergi ke kamar, ya. April juga. Kalian jangan lama-lama di sini. Ibu udah kasih kelonggaran, loh." Katanya mengedip, lalu berjalan sambil merangkul April keluar kamar.
Begitu pintu sudah tertutup kembali, Val menoleh pada Zac. "Kok... ibu izinin soal ini sih...? Tumben amat," katanya kebingungan dengan sikap ibu kosnya kali ini yang biasanya bahkan marah jika ketahuan ada anak laki-laki di depan pintu masuk gedung kosan.
Zac tergelak. "Kosan elo yang punya bukan ibu kos lo. Di atasnya lagi, ada Hailey, adik gue, yang dapet bagian sebagian besar cabang-cabang kosan di sini, dari bokap."
"Oohh, pantesan." Jawabnya tak heran.
Ring!! Ring!!
"Bentar ya," kata Zac merogoh saku untuk mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu. "Halo?"
"Oh! Tante," katanya menjawab sapaan orang yang ada di telepon tersebut. "Iya, iya. Ada kok di sini sama Zac," jawabnya sambil menoleh pada Val. Membuatnya mengernyit bingung.
"Oh boleh, sebentar," Zac menahan ponselnya sambil mengulurkannya pada Val, "nyokap lo. Mau ngomong sama lo, katanya."
"Haahhh???!" Bencana. Gimana reaksi Biyang kalau tau gue malem-malem gini ada di kosan sama Zac? Apalagi gue baru aja terima lamarannya seenak jidat. Pacaran aja dimarahin, apalagi tunangan. Batinnya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
can a player fall in love?
RomanceIni adalah cerita tentang seorang playboy, si ganteng. Sebut dia predator cinta terbaik. Semua tentang dirinya- sempurna. Informasi penting : dia itu adiktif. Lo nggak akan bisa lepas dari lekat tatapan matanya. Lo nggak akan bisa mengedip setelah...