50 : Drug

856 33 12
                                    

☡ Warning : Mature Content

Dia menaruh tangannya menyilang di bahunya, menunduk sopan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menaruh tangannya menyilang di bahunya, menunduk sopan. "Semoga Anda puas dengan pelayanan kami. Terima kasih sudah memilih untuk menetap di hotel The Andersons, suatu kehormatan."
__

"Zac. Gue pingin mandi, i feel gross."

"Oh, sure. Lo pakai saja kamar mandinya. Putar ke kanan untuk air hangat. Biar gue cariin ganti baju buat lo," katanya sambil berjalan menuju telepon di meja, untuk memanggil customer service.

"Oke," gue beranjak dari tempat tidur tanpa memakai baju-- tentu saja, dress gue yang mahal itu sudah hancur sekarang.

Si buaya yang sedang berbicara di telepon langsung diam melihat gue. "Sebentar," katanya di telepon dan menahan gagangnya sambil tetap menatap gue. "Do you need a towel?"

Gue menggeleng, "I can just go inside the bathroom." Si buaya menghela nafas panjang. Dia menutup teleponnya, berjalan mengambil robe-- handuk yang dipakainya seperti jubah, berjalan menghampiri gue yang sedang duduk di tepi ranjang. "You need a towel," katanya berjalan semakin dekat, lalu memakaikan dengan lembut handuk itu pada tubuh gue. "Lo nggak bisa jalan-jalan telanjang begitu. Valentine."

Gue tergelak menertawainya. "Gue nggak sepenuhnya telanjang. Lagipula, di dalam kamar ini cuma ada lo. Nggak ada siapa-siapa lagi yang lihat gue telanjang."

Dia terdiam sebentar hanya menatap gue. Lalu menggeleng. "You need a towel." Katanya tegas, lalu berjalan kembali duduk untuk menelepon.

Gue lalu berjalan ke dalam kamar mandi cekikikan sendiri, menertawakan tingkah si buaya. Keingat lagi perkataan Axel : "Si ganteng sialan itu pasti tersiksa menahan diri hanya dengan mencium harum tubuh lo." Pft. Gimana kalau ditambah dengan melihat langsung tubuh gue?

Sesampainya di dalam kamar mandi, gue melepas handuk dan menyalakan shower. Lalu gue matikan lagi. "Zac! Gimana cara nyalain air panas?" Ups, astaga. Otak jahil ini kelihatannya sedang mendominasi diri gue.

"Putar ke kanan." Jawabnya simple. "Nggak bisa," jawab gue, "masih dingin."

Nggak ada suara. Si buaya terdiam. "Zac? Lo masih di sana?"

Setelah diam beberapa detik, dia menjawab. "Valentine, nggak lucu. Jangan coba-coba memancing gue."

Pftt!!

"Gue serius! Ini airnya masih dingin. Please, Zac. Bantu gue, ya? Gue nggak mau mandi air dingin, gue menggigil." Ya ampun, dasar rubah. 

Setelah beberapa detik nggak ada respon, pintu terbuka. Dia berjalan masuk tanpa memandang gue, menghindari tatapannya dari tubuh gue yang kali ini benar-benar telanjang.

Tatapannya fokus ke shower, memutarnya ke kanan dan memeriksa suhu airnya. "Sudah hangat." Katanya menyodorkan gagang tanpa melihat ke gue sedikitpun.

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang