35 : Pelampiasan

770 41 2
                                    

"Mesra banget deh kalian berdua, hati lo apa kabar, tuh?" katanya. "Nggak apa-apa, ledek aja gue terus," kata gue.

Dia tertawa lepas, "Makanya, ungkapin."

"Eh kampret, mending lo temenin deh tuh pacar lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh kampret, mending lo temenin deh tuh pacar lo. Gih sana, dasar hama pengangguran."

"Oke, dadah sayang," katanya cengengesan, lalu pergi menghampiri Candy dan Ann yang sedang duduk berbincang di tepi.

Val ahkirnya datang dengan baju olahraganya, menghampiri gue sambil menggigit sebuah sarung tinju, sedangkan tangannya sibuk memakai sarung untuk tangan kirinya.

"Bang, tangkap nih," dia melempar sepasang sarung tinju pada gue. "Thanks," kata gue menangkap dan memakainya. Dia berdiri di depan gue, menghentakkan kepalanya ke samping untuk merenggangkan lehernya, "Oke, gue siap."

"Siap buat ap-"

Buak.

Dia menjotos pipi gue. "Val! Kenapa tiba-tiba lo-"

Mendaratlah lagi tinjunya di muka gue. "Woi, dek. Tujuan sebenarnya kita ke sini itu buat melampiaskan unek-unek gue atau lo, sih?" kata gue nggak terima.

Dia tertawa, "Maaf ya, ini semua karena gue sudah lama nggak ke sini," katanya, dan meninju perut gue berulang kali.

"Ya Gusti, sakit, sayang!" gue menggenggam pergelangan tangannya, menghentikannya dari ayunan pukulannya. Si kampret Mike sudah tertawa puas dan yang lain menyoraki Val. "Jangan cuma mengeluh, lawan dong!" katanya dengan muka menantang sok jantannya itu. Padahal mah sama sekali nggak jantan, yang ada malah imut.

Kali ini ia mengayunkan tangan kirinya, dengan cepat gue berpindah tempat ke belakang posisi berdirinya, menarik tangannya yang tadinya diayunkan untuk meninju gue itu ke belakang hingga dia menubruk tubuh gue, lalu gue rangkul lehernya, "Got'cha."

"Cie!!" Ann dan Candy entah sejak kapan berubah profesi menjadi pemandu sorak.

Val menengadah, menatap gue dan tersenyum, "Boleh juga. But. Don’t forget this," dia mengayunkan sikut tangan kanannya yang bebas dari genggaman gue, tapi gue berhasil menghindar. "Bagus, tapi jangan menghindar terus, lawan!" katanya.

"Nggak mau, ah," kata gue terus menangkis serangannya dan bertahan. "Ih, lawan nggak, lawan, lawan!" katanya menggebuki gue. "Nggak," kata gue lagi. "Ayo dong, biar unek-unek lo keluar semua. Kenapa nggak mau, sih?" katanya cemberut.

"Ya udah, jangan lo kek lawannya, siapa gitu. Nggak bisa gue mukul lo, I don't wanna hurt you."

"Aww," mereka bersorak lagi ketika mendengar gue berkata begitu. Berasa nonton drama kali, ya.

Dia menghela nafas, "Dasar payah. Yo, Mike! Sini dong," katanya memanggil si kampret. Wah, I like where this is coming.

"Gue?" katanya menunjuk pada dirinya sendiri. "Iya, gantikan gue, tolong ya," kata Val. "Oh, o-oke," kata si jangkrik menatap gue sambil menelan ludahnya, sementara gue menatapnya sambil menyeringai. Mampus lo, kena batunya.

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang