18 : Phone Call

928 51 4
                                    

"Katanya nggak enak?"

"Hmph," ia tersenyum sambil memakan telur buatan gue, "nggak kok, lo benar, gue cuma modus. Bukan modus buat nyuapin lo, tapi biar lo makan," katanya, "sebenarnya, ini lumayan enak kok," ia tertawa.

 Bukan modus buat nyuapin lo, tapi biar lo makan," katanya, "sebenarnya, ini lumayan enak kok," ia tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terserah apa kata lo deh," kata gue acuh tak acuh, yang lebih penting itu ini enak banget.

Dalam sekejap, gue telah menghabiskan makanannya. Gue bersendawa, "Yo, thanks for the meal, ya. Makasih sudah masakin gue," gue menepuk pundaknya, "lo benar-benar istri yang baik deh," canda gue.

Ia tertawa, "Nggak kayak lo ya," katanya, "nggak kebayang gue kalau lo jadi istri gue, gue bakal makan apa setiap hari," tawanya.

Gue bergidik, "Idih, itu salah lo tahu, gue nggak fokus, jadi rasanya kacau. Lagian, orang lagi masak diganggu."

"Dih," ia menyengir menatap gue, "memang siapa coba yang mulai duluan?"

"Ya tapi nggak usah dilanjutin lah," kata gue, "untung gue sudah siapkan sambal, kalau nggak, bisa keterusan."

"Pff," ia tertawa, "kalau keterusan, gimana?"

"Ya jangan sampai lah," kata gue santai, "gue nggak mau pulang dari kos ketemu orang tua gue bawa bayi. Ugh, amit-amit."

"Hmp," dia menutup mulutnya lalu terbatuk-batuk tersedak.

"Mm, tarik nafas dulu," gue menepuk punggungnya, "nih, minum."

Ia menelan air dari gelas yang gue sodorkan, "Gue nggak akan se-jauh itu sama lo," katanya.

Gue tertawa, "Tahu, kok. Bercanda. Tapi waktu lo melakukan itu, entah kenapa rasanya gue sudah memikirkan sampai sana, maaf ya," kata gue sambil tertawa.

"Ya ampun, jadi yang salah itu gue atau pikiran lo, deh?" godanya. "Lo lah," jawab gue, "lo yang terlalu... ehm, yah, lo-nya yang 'terlalu'," oceh gue asal.

Ia tertawa, "Terlalu apa?"

"Ck, sudahlah," gue mendorong mukanya, "nggak usah dibahas," kata gue malu.

Waktu dia lakukan itu, jujur gue sempat kehilangan akal. Dasar buaya memang, giliran hal-hal seperti ini dia jago. 

...Yah, dipikir-pikir, hampir semua hal dia jago sih. Coba kalau dia nggak playboy, dia pasti jadi mahkluk paling sempurna.

"Nggak kerasa, sudah jam empat pagi," katanya tiba-tiba. "Kita sudah berdua semalaman, Val," candanya.

"Idih, kalimat apa itu. Nggak ada apa-apa yang terjadi, kok- yah, oke, sedikit."

"Sedikit," tawanya.

"Ah, gimana jadinya kalau gue di sini terus, ya." Ia tertawa, "Muncul Zac junior," candanya. "Pff," gue tertawa, "ahaha! Nggak boleh terjadi, gue harus segera pergi dari sini."

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang