05 : Taruhan

1.4K 64 2
                                    

"Gue penasaran," katanya tiba-tiba. "Sampai detik ini, lo sama sekali belum menunjukkan tanda apa-apa."

"Hah, tanda apa?" tanya gue. Ia menatap mata gue tajam lalu berkata, "Bagaimana menurut lo, kalau gue bilang," ia menarik pinggang gue ke dekapannya dan mengelus rambut gue lembut, "kalau gue tertarik dengan lo?"

 Ia menatap mata gue tajam lalu berkata, "Bagaimana menurut lo, kalau gue bilang," ia menarik pinggang gue ke dekapannya dan mengelus rambut gue lembut, "kalau gue tertarik dengan lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Insting petarung gue keluar, dan gue menggerakan tangan untuk mengunci kepalanya dengan gerakan cepat gue. Tapi ia berhasil menghindar!

Ia mengangkat alisnya, "Whoa, I didn't expect that coming."

"Bagaimana bisa?!" seru gue. "Apa? Yah, karena lo canti-"

"Bukan, bukan. Bagaimana bisa lo menghindari jurus mengunci gue?! Belum pernah ada yang bisa menghindari gerakan cepat gue, loh!"

Ia tertawa, "Yah, jujur, belum pernah ada juga yang nyerang gue setiap kali gue melakukan itu. Yang ada mereka malah baper," dia terkikik, "kok lo nggak sih?"

Gue tersenyum dan menghela nafas, "Kadang juga gue suka bingung dengan diri gue sendiri. Gue nggak bisa terbawa perasaan. Apa gue bahkan punya hati-- oh. Gue baru aja keceplosan memberitahu lo rahasia gue."

Ia tertawa melihat tingkah gue, "Rahasia apa?"

Gue menghela nafas, "Gue nggak bisa mencintai orang. Seumur hidup, gue nggak pernah jatuh cinta," kata gue. "Masa?" tanya dia.

"Ya. Dan gue cukup khawatir, bagaimana kalau seumur hidup gue nggak akan pernah jatuh cinta, dan gue nggak bisa menikah, atau berketurunan, sehingga gue mati sebatang kara?!"

Mendengar gue berkata begitu, ia tertawa puas. Wah, kalau tertawa lepas begini, anak ini jadi terlihat segar. "Jahat banget! Lo menertawakan penderitaan gue!"

Sembari tertawa ia berkata, "Maaf, maaf. Lo unik juga, ya? Gue belum pernah deh ketemu sama anak berjenis lo," katanya, "belum pernah juga ada yang masih bisa berkutik setelah gue lakukan hal yang kayak barusan," tawanya, "lo bahkan menyerang gue."

"Yah, maaf sebelumnya sudah menyerang. Itu reflek, karena lo tiba-tiba menarik gue. Jadi ternyata, selama kita berbincang-bincang, gue sudah lo tandai sebagai mangsa?!" gue bergidik.

"Jujur aja, iya," aku dia. "Lo masuk kriteria gue, tapi melihat sikap lo yang kayak gini, kayaknya gue berubah pikiran," candanya.

"Ah, yah. Sikap gue memang nggak secantik paras gue, kan?"

Dia tertawa, "Bercanda. You're cute. And I would love to know you even more."

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang