28 : Seandainya

834 46 2
                                    

"Sejak jadian dengan gue lo kenapa jadi rewel banget sih," katanya mencubit pipi gue.

"Iya, baru tahu? Kenapa memang?" tanya gue ketus.

"Nggak apa-apa, untung sayang."

"Idih, apaan deh," gue bergidik, "lagi kumat lo ya?" tanya gue, "sumpah deh, gue nggak ngerti kenapa cewek-cewek pada luluh sama lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Idih, apaan deh," gue bergidik, "lagi kumat lo ya?" tanya gue, "sumpah deh, gue nggak ngerti kenapa cewek-cewek pada luluh sama lo. Gombalan lo itu nggak banget!" ejek gue menjulurkan lidah. Nggak menjawab, ia hanya tertawa melihat gue. Yailah, nggak seru amat. Balas ledek, kek.

"Nih," katanya memberikan gue sebuah ice cappucino. "Wah, makasih," gue menerimanya dan menusukkan sedotan ke dalam tutupnya, "tahu saja lo kalau gue mau kopi."

"Iya dong, waktu itu kan lo pernah bilang," katanya. "Wah, yang di toko es krim itu? Lo masih ingat?" tanya gue sedikit terkagum. "M-hm," katanya sambil menyesap sedotan dari minumannya yang juga kopi itu, "lo juga suka action."

"Action? Ah," gue teringat kembali, waktu itu dia suka genre film yang sama dengan gue- misteri, jadi gue berbohong. "Tapi nanti kita nontonnya misteri aja ya," kata gue. "Kenapa?" tanya dia. "Nggak apa-apa, lagi pingin ikutan nonton misteri bareng lo," jawab gue penuh alasan, "lo yang pilih saja filmnya."

"Benar, nih?" katanya mulai memunculkan senyum jahil khasnya, "gue yang pilih, ya."

"Iya," kata gue agak ragu, curiga anak ini akan memilih film yang aneh-aneh.
_

Kami ahkirnya tiba di dalam mall. Gue menarik nafas panjang, "Huah! Ahkirnya, adem juga."

"Sudah nggak kepanasan?" tanya dia. "Nggak, ehe," cengir gue.

Dia tiba-tiba mengulurkan tangannya dan merangkul leher gue.

Duh. Ingin rasanya gue menolak, tapi apa boleh buat, ini demi kebaikannya. Gue harus meladeni segala ke'kumat'annya itu, mewakili dan menggantikan para cewek yang nggak akan tahan dia begitukan, yang nggak seperti gue, akan berahkir menjadi korban dari ke'kumat'an playboy-nya itu. Jadi, disinilah gue, harus menjadi profesional demi kebaikan kaum hawa dan juga sang playboy itu seorang.

 Jadi, disinilah gue, harus menjadi profesional demi kebaikan kaum hawa dan juga sang playboy itu seorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang