44 : Ganti

707 37 9
                                    

☡Warning : Mature Content

"Shh, jangan bicara dulu," katanya memeras kaos miliknya yang basah itu, lalu mengompres muka gue dengan kaos tersebut, "hidung lo banjir darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shh, jangan bicara dulu," katanya memeras kaos miliknya yang basah itu, lalu mengompres muka gue dengan kaos tersebut, "hidung lo banjir darah."
__

"Ehm, Val, maaf kalau lancang, tapi... b-bisa nggak lo pakai sesuatu dulu, nutupin... itu?" kata gue menunjuk ragu pada dadanya yang hanya tertutup dengan potongan kain hitam yang seakan sedang memohon-memohon pada gue untuk dilepas dari tubuhnya.

"Oh, ini? Kenapa memang?" tanya dia datar sambil tetap fokus mengompres hidung gue yang masih berdarah. Yakin seyakin-yakinnya, yang membuat hidung gue berdarah sekarang bukan karena kecapekan atau karena ciumannya tadi ketika kami berdua berada di kedalaman air laut, tapi karena dadanya berada persis di depan muka gue seperti ini.

 Yakin seyakin-yakinnya, yang membuat hidung gue berdarah sekarang bukan karena kecapekan atau karena ciumannya tadi ketika kami berdua berada di kedalaman air laut, tapi karena dadanya berada persis di depan muka gue seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Val's POV.

"Pakai nggak?" ancam dia tiba-tiba, nggak nyantai.

Gue menatapnya aneh. Kenapa berlebihan banget, sih? Kayak dia bokap gue saja. Ini kan pantai, gue pakai bikini juga nggak akan terlihat aneh, apalagi di sini nggak ada orang selain gue dan dia- oh. Atau jangan-jangan, dia lagi tergoda melihat gue sekarang?

"Lo lagi mikir yang mesum-mesum, ya?" kata gue memicingkan mata. "Hah? Nggak, kok," jawab dia mencurigakan.

Untuk membuktikan jawabannya, gue menaruh kedua tangan gue di balik punggung gue, siap melepaskan kait yang mengikatkan pelindung ini dari-

"Lo gila ya?!" seru si buaya sambil menutup hidungnya yang sepertinya sudah mengeluarkan lebih banyak darah lagi.

"Phauahahah! Edan. Kenapa sih lo segitunya banget cuma karena gue nggak pakai baju? Biasa aja kali, ini kan pantai. Lo juga nggak pakai baju, biasa aja tuh," kata gue menunjuk badan atletisnya itu, dengan otot di tempat-tempat yang sesuai dan semuanya punya ukuran dengan takar yang pas itu. Nggak kurang, dan nggak berlebihan. Benar-benar indah dilihat. "Pikiran lo memang ya, perlu disapu bersih dari debu-debu ngeres," kata gue berdecak-decak.

"Gue juga cowok, kukang." Katanya dengan muka merah padam yang nggak bisa disembunyikannya itu.

"Pft. Jadi lo mimisan nggak berhenti-berhenti itu karena gue? Ya elah, payah banget lo. Baru segini aja sudah banjir darah, belum juga gue lepas semuanya. Nanti kalau kita malam pertama abis nikah, kayaknya bukan gue yang akan berdarah duluan, tapi hidung lo!" cerocos gue asal sambil tertawa, menertawainya yang sekarang sedang terbelalak mendengar ucapan ajaib gue. Mungkin dipikirnya sekarang, dia nggak menyesal dan bersyukur sudah menyewa pantai ini. Karena dengan begitu nggak ada orang selain dia yang melihat aksi gila pacar jadi-jadiannya ini.

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang