46 : Confession

697 36 10
                                    

Sebelum baca, silahkan ambil posisi senyaman mungkin, bacanya yang pelan ya, dihayati😂

ℹ Sebelum baca, silahkan ambil posisi senyaman mungkin, bacanya yang pelan ya, dihayati😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zac's POV.

"Gue jatuh cinta sama lo... Val."

Oh sial.

Udah gila kali ya gue.

Eh tolol banget lo Zac, sumpah.

Gimana kalau habis ini dia nggak akan mau sedekat ini lagi sama gue? Gimana kalau dia ilfeel? Apa sebaiknya gue bilang ini prank? Tapi demi rumput laut, muka gue sama sekali nggak membuktikan kalau gue sedang bercanda, dan suasananya sama sekali bukan suasana prank.

Dia nggak bilang apa-apa, malah semakin menduduk dan menangis.

Oh my goodness, ini semua salah gue. Apa sebaiknya gue peluk dia sekarang? Demi apapun, gue pingin banget peluk dia sekarang, gue nggak sanggup lihat dia nangis. Tapi gimana kalau dia nggak nyaman, apalagi setelah semua ini, semua yang gue lakukan dan katakan? Gimana kalau keadaannya justru semakin memburuk?

"Zac Anderson," dia memanggil nama gue lengkap dengan lirih. "Lo bercanda, kan?"

Gue menghela nafas dan ikut menunduk untuk setidaknya mencoba menatap matanya yang berusaha dia sembunyikan. "Kalau gue bilang seperti itu, apa lo akan berhenti nangis? Apa keadaan hati lo akan membaik?"

Mendengar gue, air matanya menjadi semakin banyak. Dia menggeleng, "Jawab gue saja, Zac. Lagipula gue nggak akan percaya kalau lo bilang ini bercanda. Situasinya sangat bukan seperti candaan."

Gue kembali menahan nafas. Mengumpulkan seluruh keberanian untuk mengucapkan hal ini.

"--Nggak. Gue nggak bercanda. You are an ocean, and I'm falling in, drowning in the depths of who you are. Yes, Valentine Marchetti. I'm in love with you."

Dia menangis sejadi-jadinya mendengar ucapan gue. Nggak sanggup menahannya lagi, gue mengulurkan tangan dan membekapnya di dalam pelukan gue. Dia membalas dengan melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh gue, memeluk gue erat sambil menangis tersedu-sedu di bahu gue, mengeluarkan seluruh beban hatinya.

"Maaf sudah buat semuanya jadi rumit," kata gue mengelus lembut rambutnya.

"Maaf sudah mencintai lo."

Dia mencengkram baju di punggung gue dan memeluk gue semakin erat, tangisan menjadi semakin keras.

"Shh udah deh, apaan sih," gue tergelak pelan, "ke mana perginya Si Cantik Besi? Masa gini doang nangis? Hello?"

Dia sedikit tergelak bercampur dengan tangisannya yang masih sesengukan, "Kampret lo. Katanya predator. Katanya gue mangsa- hik. Predator macam apa yang jatuh cinta sama mangsanya sendiri?"

can a player fall in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang