Val's POV.
Duh, kepala gue sakit.
Gue membuka mata, gelap. Ini jam berapa?
Gue berada di... kamar?
Kamarnya luas banget.
Ah, kasur king size! Gue di mana? Hotel? Kenapa gue ada di hotel?
Kenapa gue nggak ingat apa-apa?
"Mau gue bawa pulang, lo gue culik."
... Sebentar. Ini ingatan gue? Siapa yang bilang begitu? Kenapa di ingatan itu gue berada di dalam mobil? Jangan-jangan gue diculik om-om? Duh, amit-amit jangan sampai, dong!
Gue mulai panik dan melihat sekitar.
"Ahh!!!" Gue berteriak, melihat ada seseorang berbaring di sebuah sofa, gue nggak bisa melihat wujudnya, gelap banget di sini.
Mendengar gue berteriak, orang itu beranjak dari posisi tidurnya dan mengambil posisi duduk, mengusap mukanya dengan kedua tangannya.
Gue mengambil posisi siaga, meraih asal benda yang berada di meja tidur dekat gue dan menodongkannya ke arahnya seperti memegang pistol, "Siapa itu? Saya ada di mana? Jawab!"
Ia terdiam sesaat, lalu beranjak dari sofa dan berjalan mendekat. Lalu orang itu mengulurkan tangannya pada gue.
"M-m-mau apa?! Jangan bergerak atau saya akan-"
Klik.
Lampunya menyala.
Ah, si buaya.
"Ini cuma gue, oke?" katanya lirih. "Tenang, gue nggak mau apa-apain lo, cuma mau nyalain lampunya yang berada di sebelah lo," ia berdiri menatap gue, lalu terkekeh pelan, "Pistolnya bagus ya," katanya, dan ia membalikkan badan, memunggungi gue, berjalan kembali ke arah sofanya.
Ini... ternyata bukan pistol. Ini cuma capo yang dipakai untuk menjepit fret pada gitar. Duh, malunya.
"U-uhm, Zac. Kita ada di mana, hotel?" kata gue mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
can a player fall in love?
RomantizmIni adalah cerita tentang seorang playboy, si ganteng. Sebut dia predator cinta terbaik. Semua tentang dirinya- sempurna. Informasi penting : dia itu adiktif. Lo nggak akan bisa lepas dari lekat tatapan matanya. Lo nggak akan bisa mengedip setelah...