Setelah kejadian hari itu, Karin yang tak tau apa apa benar benar sangat khawatir akan keadaan Aslan. Pasalnya setelah malam itu besoknya Aslan tidak berangkat sekolah, ingin sekali Karin menanyakan ini pada Sean tapi Karin masih takut Sean kecewa padanya dan marah.
Sedangkan kini Karin hanya melamun dan membayangkan apa yang akan terjadi nanti siang antara Andre dengan dirinya karena Karin berjanji sewaktu pagi akan menemani Andre pergi jalan bareng sebagai ganti hari itu. Karin tak punya pilihan lain bukan, ia tak mau Andre malah jadi marah marah padanya.
"Rin, kamu kenapa?" tanya Andre sambil melambai lambaikan tangan di depan muka Karin.
"Gapapa sans aja," jawab Karin sambil mengalihkan pandangan pada buku novel di depannya.
"Istirahat belum selesai, mau aku beliin minum?" tawar Andre.
"Ga usah, makasih." ucap Karin yang fokus dengan novelnya.
Tiba tiba Andre mengambil novel itu secara paksa dan menjatuhkannya ke meja di depan tempat Karin duduk.
"Apaan sih Ndre?" gertak Karin kesal.
"Aku tau kamu lagi ada masalah tapi ga gini juga dong, aku di samping kamu tapi ga pernah kamu anggep aku ada. Dari tadi Rin, aku ngomong tapi kamu cuman melamun." jelas Andre sedikit terbawa emosi.
"So what?" tatap Karin kesal.
"I know, I'm not priority but please respect me if I'm with you." bisik Andre di kuping Karin sebelum ia pergi meninggalkan kelas.
Sedangkan Karin hanya bengong melihat tingkah Andre, Karin tak merasa memberi dia harapan tapi kenapa Andre begitu dalam dengannya. Tingkahnya yang sok romantis atau bijak itu malah membuat Karin merasa jijik. Karin juga bertambah jijik membayangkan nanti siang ia makan bersama Andre.
"Aneh, bukan sapa sapa padahal." gumam Karin lalu mengambil novelnya dan membacanya lagi.
***
"Ian, gue liat mereka masuk kota ini lagi." ujar Aslan di telpon.
"Sapa?" jawab Sean di sekolah.
"Anak motor yang waktu dulu keroyok bang Sat." kata Aslan.
"Lu sekarang di mana? Gue cabut aja dari sekolahan, males juga." ucap Sean.
"Gue lagi otw markas, katanya anak SMA sebelah juga ngeliat." ujar Aslan.
"Terus rencana lu apa?" tanya Sean.
"Kita kumpulin semua anggota, kita buat mereka alamin apa yang bang Sat alami." jawab Aslan lalu memutuskan sambungan telpon.
Sean yang mendapat kabar langsung mengumpulkan geng Aslan di warung bu Dewi dan berencana cabut rame rame dari sekolah.
"Gas, kumpulin anak anak. Kita kudu cabut hari ini, mereka balik ke kota kita." ucap Sean dengan Bagas.
"Mereka?" tanya Bagas heran.
"Musuh bang Sat." jawab Sean serius.
"Kalau gitu gue ikut, persetan dengan jabatan ketua OSIS. Bang Sat lebih berarti buat kita semua." ucap Bagas lalu berlari menuju warung mba Dewi.
Sean masih berdiri terpaku terus mengingat kejadian masa lampau. Sekarang yang ingin ia lakukan cuman satu, membalas kekalahan dan menebus dosa yang pernah ia perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Подростковая литератураPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...