"Tadi lu di pukulin Andre?" tanya Aslan yang baru tiba di markas tongkrongannya.
"Emang muka gue keliatan di pukulin?" tanya Sean tersenyum ironis.
"Gue sih yakin lu ga kenapa kenapa." ujar Aslan tertawa kecil.
"Iya gue sih ga kenapa kenapa tapi pasti gue yang di kira pelakunya sama tuh guru BP." ucap Sean mendengus kesal.
"Ceritain ke adek dong bang," goda Aslan, ia menyalakan rokoknya.
***
"Woi bangsat," teriak Andre pada Sean di koridor yang mulai sepi.
Dengan kasar baju Sean di tarik oleh Andre ke dekat gudang sekolah.
"Cih, sampah." gumam Sean.
Tiba tiba Andre menonjok muka Sean tapi berhasil Sean hindari, dan Sean mendekat ke arah tubuh Andre lalu sikut kakinya ia tonjokan ke perut Andre.
Andre mundur beberapa langkah, lalu Sean maju dan melompat lalu menonjok tepat di hidung Andre dengan keras.
"Ga usah sok jadi pahlawan, kalau nyatanya lu bukan jagoannya di sini." teriak Sean dekat muka Andre.
Andre sendiri sudah tergeletak di lantai dekat gudang.
"Ga usah lu deketin Karin, dia milik gue. Lu harusnya sadar kalau lu tuh ga pantes buat dia." terkas Andre membalas teriakan Sean.
Sean menatap jijik wajah Andre lalu menendang pipi Andre dengan ujung sepatunya.
"Lu pikir yang punya hati di dunia ini cuman lu doang? Atau emang yang punya hak deketin Karin cuman lu doang? Gitu?" teriak Sean lagi.
"Lu ga pantes jadi pacar Karin, lu harusnya sadar lu itu anak ga bener!" teriak Andre berusaha bangun dari lantai.
"Ga usah sok suci!" gumam Sean membabi buta Andre.
Andre semakin tak berdaya, ia benar benar tak kuat melawan Sean. Wajah Andre benar benar habis di pukuli oleh Sean.
"Lu bisa menang soal otot tapi ga dengan otak." gumam Andre sebelum ia pura pura tak sadarkan diri di depan Sean.
"Lemah." gumam Sean lalu pergi meninggalkan Andre yang sudah tak berdaya.
***
"Jadi gitu," ucap Aslan, ia menghembuskan asap rokok.
Sean yang cape bercerita pada Aslan kini memutuskan untuk tiduran di sofa yang agak rusak.
Ia memejamkan mata dan tertidur lelap, Sean pikir hari ini tak ada gunanya ia balik ke sekolah.
Sedangkan Aslan setelah menghabiskan rokoknya tidak langsung balik ke kelas tapi ia menuju kelas Karin.
Di koridor seperti biasa walau Aslan berjalan biasa tapi ia selalu mendapat tatapan dari siswa siswi di sekolahnya.
Baju Aslan yang keluar semua mungkin menjadi alasan utama Aslan mendapat banyak tatapan dari siswa siswi di sekolahnya belum lagi bau rokok Aslan yang menyengat.
"Woi, panggilin Karin suruh ke sini. Cepet!" perintah Aslan pada siswa yang masuk ke kelas Karin.
Tak lama kemudian Karin keluar dari kelasnya menemui Aslan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Fiksi RemajaPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...